Agust dan bangwon, keduanya memiliki ambisi yang besar untuk menggapai impian mereka. Agust yang bermimpi menjadi musisi yang handal dan akan terus berkarya, sedangkan Bangwon berkeinginan besar ingin menjadi raja.
Awalnya mereka mengira tantangan m...
Terinspirasi dari sebuah lagu yang berjudul 'Daechwita'. Beberapa pemeran dan aksi diambil dari sejarah aslinya. Jika ada kesamaan tokoh dan setting, sekiranya kami hanya ingin menyelaraskan layaknya sebuah drama saeguk. Alur cerita dan konflik murni dari ide dua penulis. Harap menyikapinya dengan bijak.
Tertanda,
Penulis
. . .
Joseon, 1392
Peperangan tak terelakkan. Semua prajurit berhamburan menyerang pasukan lawan. Begitu juga pria berbaju besi dengan kain berlambang kerajaan yang terikat di kepala, dia mengangkatkan pedangnya tanpa ragu dan menghunusnya ke pihak lawan tanpa belas kasih.
Yi Bang Won, Pangeran Besar Jeongan, putera kelima dari kerajaan Joseon. Saat ini ia ditugaskan untuk menumpas para pemberontak yang masih belum menerima atas kenaikan tahta ayahandanya.
SLASH!
Darah segar mengalir begitu Bangwon menarik pedangnya. Saat menoleh ke belakang, sudut bibirnya terangkat. Mereka seperti bersujud meminta ampun meski itu tanpa kepala.
"Aakh!" Bang Won mengerang kesakitan sambil menutupi mata kirinya.
Matanya tersayat. Meski tidak begitu dalam, tapi ini mengganggunya.
“Apa yang kau pikirkan, pangeran? Ingin menjadi putra mahkota? Kau pikir raja benar-benar memilihmu? Hahaha.” Tawanya benar-benar membuat Bangwon berang.
Sialan! Mau mati saja masih sok ingin melawannya.
Ia menggenggam geram pedangnya yang belum kering, melayangkan kembali tepat ke wajah prajurit sialan itu. Menciptakan goresan yang sama, atau bahkan lebih. Bangwon menyayatnya dengan begitu dalam hingga kulitnya tampak terbelah.
Dan bola matanya, jangan ditanya. Bangwon berjalan membisikkan sesuatu, “Sepertinya akan lebih baik aku memberikan hadiah atas keberanianmu itu. Pasti keluargamu sangat senang, terutama putrimu.”
Saat Gae In membuka suara, Bangwon langsung menebas kepala dan menendangnya. Bangwon kembali beraksi dengan pedangnya, menumpas lawan tanpa ampun. Hingga matanya bertemu dengan orang yang memulai semua ini, Gae In, si pengkhianat yang lucunya pernah menjadi teman akrabnya.
Mengingat masa-masa mereka yang menyenangkan tentu membuat pria ini semakin membenci dirinya sendiri. Benci karena kepercayaannya yang begitu mudah diambil dan dikhianati.
Tanpa buang waktu langsung saja ia mengejarnya dan menyerangnya habis-habisan. Tak cukup satu tusukan, Bangwon menancapnya beberapa kali.
Semua pasukan pemberontak habis dilahap oleh pedang pasukannya. Mereka lalu bersorak karena telah memenangkan peperangan. Bangwon tersenyum bangga atas dirinya. Dengan begini, tidak ada alasan bagi Raja untuk tidak mengangkatnya sebagai putera mahkota. Ia sudah terlalu mendukung.
“Lagi-lagi kau berhasil mendapatkan mereka, Yang Mulia Pangeran,” kata seorang prajurit yang berdiri di sebelahnya.
Bangwon tersenyum, “Tentu saja. Kita harus merayakan kemenangan ini.”
Sebelum pulang, Bangwon memerintahkan bawahannya untuk memasukkan hasil tebasannya ke dalam kotak untuk dipersembahkan kepada raja. Kecuali satu. Kepala Gae In. Yang satu itu ia khususkan kepada keluarganya, hadiah atas keberanian putera mereka.
•••
Seoul, 2018
Masih berkutat dengan melodi yang dibuat, kertas berhamburan tak terurus. Ini malam ke-4 yang membuatnya depresi sebab tak mendapat ide. Agust, anggota dari sebuah grup idola Korea Selatan yang dikelola oleh agensi Big Hit, BTS. Dua tahun yang lalu ia telah berhasil meliris album solonya dan meraih lebih dari satu juta penayangan di Youtube.
Saat ini pria itu gundah, membuka botol wine disampingnya yang tercebur dalam es kemudian menuangkannya ke gelas.
Dua puluh menit. Ia masih menegak minuman ungu itu. Lantas ia bergumam sambil memainkan minumannya.
Ini pilihanku,ini jalanku, aku putuskan untuk bertanggung jawab. Tak ada yang salah dengan pilihan itu. Tapi... aku harus menyikapinya dengan segala pertanggungjawaban.
Masih tergiang di telinga cibiran haters yang mencacinya. Namun pria kelahiran 1993 ini hanya menganggapnya seperti ngonggongan anjing. Tidak begitu penting.
Tiga puluh menit berlalu dan kini wajah putih pucatnya berubah menjadi merah karena efek minuman ungu tadi.
Dia menghidupkan relay kamera-vlog pribadinya, agar penggemar tidak absen dari kehadiran idolnya di layar genggaman.
Agust membuka komputer kerjanya, melihat preview beat yang tersimpan. Dan mengatakan pada pengggemarnya bahwa ia masih belum menemukan track yang bagus untuk side track album nanti.
“Membuat lagu tidak semudah yang kalian pikirkan, ini membutuhkan mood yang kuat dan otak yang stabil.” Dengan jelas Agust sedang merekam dirinya yang sedang stress dan mabuk.
“Sejujurnya aku sangat respect pada composer atau musisi yang sudah berkarir bertahun-tahun. Mereka memiliki passsion yang membara akan hobinya,” ucapnya pada kamera yang sedang merekam.
“Bertahun-tahun juga kadang jatuh dan hampa, tapi alasan bertahan adalah respect dari orang-orang,” lanjutnya beropini, kemudian mematikan kamera.
Agust melirik ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Pria itu pun menyegerakan untuk tidur.
•••
Agust dan bangwon, keduanya memiliki ambisi yang besar untuk menggapai impian mereka. Agust yang bermimpi menjadi musisi yang handal dan akan terus berkarya, sedangkan Bangwon berkeinginan besar ingin menjadi raja.
Awalnya mereka mengira tantangan mereka seperti orang kebanyakan, nyatanya diluar dugaan mereka. Mereka seakan bermimpi menjadi orang lain di kehidupan yang jauh berbeda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.