BAGIAN 1 - Orang Baru

19 1 1
                                    

"Gimana? Udah dapat sekretaris baru?"

Ardi menanyai karyawan yang baru saja menerima berkas darinya. Mereka berjalan terburu-buru memasuki mobil yang sudah dari tadi parkir di depan pintu lobby menunggu mereka.

"Belum pak. Masih tahap wawancara"

"Kenapa lama sekali?! Kamu kira saya gak repot ngurus semuanya sendirian?"

"Maaf pak. Saya pastikan besok bapak sudah bertemu sekretaris baru" jawab karyawan laki-laki yang sedari tadi mengikuti Ardi di sebelahnya. Dia menjawab atasannya itu dengan takut-takut.

Ardi yang sudah duduk di jok mobil belakang menghela napas panjang. Sudah dua tahun dia seperti ini. Gonta-ganti sekretaris setiap tiga bulan sekali. Dia heran kenapa tidak ada seorang pun yang bertahan menjadi sekretarisnya lebih dari tiga bulan. Padahal gaji yang ditawarkan oleh perusahaannya tergolong tinggi, uang lembur juga diperhitungkan dengan baik, jangan lupa bonus yang setiap tahun mengalir lancar. Ardi hampir mempercayai mitos kutukan karena hal ini.

Sampai tengah malam Ardi berada di kantor bersama dengan dokumen dan komputer yang masih menyala. Seperti inilah kegiatannya sehari-hari. Rumah hanyalah pajangan semata. Bahkan pernah suatu ketika Ardi tidak pulang ke rumah selama tiga bulan. Dia ingat sekali waktu itu adalah masa-masa awal ia membangun perusahaannya sendiri. Bukan seperti pebisnis muda lain yang mendapat mandat melanjutkan perusahaan dari ayah nya, Ardi malah berinisiatif mendirikan perusahaannya sendiri sampai akhirnya sebesar sekarang. Meskipun dia tidak sendirian tapi setidaknya dia merasakan jatuh bangun memulai sebuah bisnis.

Ayahnya bukan pebisnis, ayahnya hanyalah seorang prajurit angkatan laut yang sudah lama pensiun. Ibunya membuka toko kue di rumah yang saat ini sudah berkembang menjadi dua cabang. Darah pebisnis mengalir dari kakek pihak ibunya. Kakeknya seorang pebisnis yang sayangnya sepuluh tahun lalu mengalami kebangkrutan. Waktu itu Ardi masih berseragam putih abu-abu. Ia ingat sekali ketika orang asing datang dan menyita rumah dan mobil yang kakeknya miliki dengan tiba-tiba. Tapi kakeknya saat ini sudah memulai hidup baru. Membangun rumah sederhana di pedesaan dekat kebun teh. Dari kekeknya lah Ardi mengerti kalau dia harus belajar lebih giat, berambisi mendirikan perusahaannya sendiri dan berjanji tidak akan bangkrut.

Dia memulai usahanya dengan belajar lebih giat, setelah lulus SMA ia masuk ke universitas nomor satu di Indonesia, lulus lebih cepat dari teman-temannya dengan nilai terbaik. Dia bahkan sering berkonsultasi dengan kakeknya. Dan dengan baiknya kakeknya menghubungi karyawan terbaik nya pada saat itu untuk membantu Ardi hingga sesukses ini. Dan dia juga tidak bisa melupakan jasa pamannya yang membantu dan menemaninya hingga saat ini.

Itulah sebabnya sampai sekarang pun ia tidak bisa bersantai. Meskipun kini perusahaannya berkembang dengan baik tapi tetap saja membutuhkan kontrol dan pengawasan ketat. Ia tidak mau hal yang terjadi pada kakeknya terulang lagi padanya.

Ardi melihat jam di dinding 02.30 wib. Kalaupun pulang besok pagi ia harus berangkat lebih awal karena ada meeting penting terkait project baru yang sedang mereka jalani saat ini. Alhasil dia memilih menginap di kantornya. Di dalam ruangannya terdapat kamar khusus untuknya lengkap dengan fasilitas bak hotel. Jadi sebenarnya tidak ada bedanya dengan dia pulang atau tidak. Toh tempat yang ia juluki rumah saat ini hanya sebagai tempat singgah. Dia sudah tinggal berpisah dengan kedua orangtuanya hanya sesekali pulang untuk memecah rindu.

Pukul 07.00 wib Ardi sudah rapih  dengan setelan kerja yang biasa ia kenakan. Mengambil dokumen penting untuk menghadiri rapat ia bergegas keluar tapi sebelum ia membuka pintu, pintu itu malah sudah dibuka oleh orang lain.

"Selamat pagi pak, saya Amira Rahma"

Orang yang membuka pintu sedikit terkejut dengan keberadaan Ardi yang mungkin tidak disangka olehnya, tapi setelah itu dia cepat tanggap dengan memperkenalkan diri nya secara langsung. Dia mengenakan kemeja warna pastel lengan panjang dan rok putih selutut. Rambutnya diikat seperti ekor kuda, make up nya natural tidak terlalu mencolok.

"Kamu sekretaris baru saya?"

"Iya pak"

"Baiklah, selamat datang. Persiapkan diri kamu 10 menit lagi kita ada meeting penting"

Sekretaris baru nya itu mengangguk dan sedikit menunduk saat Ardi melewatinya. Hanya itu ucapan selamat datang yang bisa Ardi ucapkan. Ia tidak bisa basa-basi karena masih banyak yang harus dilakukan ketimbang harus berbasa-basi. Kebiasaan yang membuang-buang waktu menurutnya.

                                ------------

My One N Only SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang