Seorang wanita berdiri di depan gedung, menatap jauh ke atas melihat betapa tinggi nya gedung pencakar langit yang akan ia masuki ini. Matanya terus menatap ke atas sampai pandangannya bertemu dengan langit biru dan awan abu-abu. Hari ini memang agak mendung, sepertinya hujan memberikan peringatan untuk bersiap-siap bahwa ia akan datang membasuh rumput yang kekeringan.
Wanita itu memakai setelan kerja, rok pensil hitam selutut, kemeja putih, dan ditutupi oleh blazer hitam. Tidak lupa rambut kuncir kuda yang rapih, make up natural dan parfum yang ia semprotkan sedikit. Wanita itu membawa map yang berisi dokumen penting memperjelas bahwa urusan dia berada di sana adalah sebagai pelamar pekerjaan. Sudah tenang menatap langit, wanita itu menunduk berdo'a dalam hati dan menyiapkan mental yang kuat. Mental yang saat ini ia bawa adalah hasil dari persiapan selama seminggu penuh.
Sekali lagi, sebelum memasuki pintu itu dia mengamati keadaan di sekelilingnya. Begitu banyak orang berlalu lalang keluar masuk pintu itu, mengenakan setelan kerja dan tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sudah cukup siap dirasanya, wanita itu pun masuk menghadapi kenyataan yang harus ia tanggung hari ini.
Dia sudah duduk bersama lima belas orang disana. Deretan kursi di isi dengan orang-orang yang berkepentingan sama dengannya. Menunggu giliran dipanggil untuk wawancara. Ada yang sibuk membaca catatan, sibuk berdo'a, dan memperbaiki riasan agar tetap terlihat 'layak'. Sedangkan dirinya? Sibuk memperhatikan orang lain.
"Amira Rahma. Kepada Amira Rahma harap masuk ke ruang wawancara segera"
Mendengar namanya dipanggil jantungnya berdetak lebih cepat, buru-buru ia merapikan pakaiannya dan segera masuk ke ruangan yang diperintahkan oleh panitia.
Hari ini Amira Rahma, untuk pertama kalinya dalam lima tahun ia mulai melamar pekerjaan lagi. Sudah setahun dia menganggur dan hanya sibuk dengan dirinya sendiri sudah saatnya ia mulai mandiri lagi dan membenahi hidupnya yang sempat kacau.
Dia memasuki ruangan yang cukup luas, saat masuk dia sudah disambut dengan tiga orang pewawancara yang akan dengan senang hati memborbardirnya dengan segala pertanyaan. Dari tahap perkenalan sampai saat ini dia merasa sudah menjawab pertanyaan dengan baik, ia merasa pertanyaan berikutnya adalah pertanyaan terakhir mengingat dia sudah cukup lama berada di ruangan ini.
"Apakah kamu bersedia langsung bekerja besok jika kamu diterima?"
Tanpa ada ragu sedikitpun Mira menjawab pertanyaan itu. Tentu saja ia bersedia bahkan jika ia disuruh bekerja saat ini juga akan ia sanggupi. Toh tidak ada bedanya karena dia memang membutuhkan pekerjaan.
Bus tua dengan penumpang yang seadanya berhenti di depan halte, sekitar enam sampai tujuh orang sudah menunggu kedatangan bus itu sedari tadi termasuk Mira. Ia duduk di bagian kanan dekat jendela. Menikmati rintik-rintik hujan yang mulai turun membasahi jalanan.
Sekitar pukul sembilan malam sebuah pesan masuk ke e-mail miliknya. Entah kabar baik atau buruk tidak ada yang tahu sebelum ia membukanya. Ucapan selamat di awal sudah membuat hati Amira lega bahkan sangat senang. Entah keberuntungan apa yang sudah ia dapatkan sampai ia bisa diterima secepat dan selancar ini.
Dengan semangat ia menyiapkan baju yang akan ia kenakan besok karena dia benar-benar akan langsung bekerja esok hari.
Pagi-pagi sekali dia sudah siap berangkat bekerja karena jarak rumah dan kantor baru nya memakan waktu sekitar 30 menit. Ia harus ekstra cepat, sengaja ia berangkat pukul 06.30 pagi agar pukul 07.00 tepat sudah sampai di kantor setidaknya ia ingin membereskan ruangan yang akan menjadi tempat ia bekerja dan memberi kesan baik pada atasannya.
Dengan semangat 45 ia membuka ruangan yang akan ia tempati dan tiba-tiba saja ia sudah disambut oleh seseorang yang sedang berdiri mengamati dirinya dengan wajah yang sedikit terkejut. Seseorang dengan badan tegap menggunakan setelan kerja rapih, matanya yang tajam dan wajahnya yang menurut Amira juga tampan khas orang Asia. Tapi itu semua tidak mempengaruhi nya, dengan sigap ia memperkenalkan diri. Ia sadar bahwa seseorang itu adalah Ardi Atmaja, bos baru tempat ia sekarang bekerja.
Hari pertama kerja, ia kira ia akan beradaptasi dengan perlahan tetapi semua tidak sesuai ekspektasi. Baru saja perkenalan bosnya sudah menyuruhnya meeting selama dua jam. Awal yang cukup berat untuk ukuran hari pertama bekerja.
"Amira, tolong kirimkan laporan hasil meeting tadi via e-mail ke saya"
"Baik pak"
Mira mengekori bosnya di belakang, untung saja Mira sudah cukup berpengalaman menjadi sekretaris. Sudah empat tahun ia bekerja sebagai sekretaris sebelum bekerja dengan perusahaan ini jadi ia sudah paham betul seluk beluk pekerjaan yang sedang ia lakoni saat ini.
Jam istirahat sudah seperti oase di padang pasir sudah lama ia tidak merasakan nikmatnya waktu istirahat karena setahun belakangan ini ia mengahabiskan waktunya hanya untuk istirahat baik secara fisik maupun mental. Kantin kantornya terletak di lantai bawah dan dindingnya terbuat dari kaca sehingga ia bisa melihat orang berlalu lalang di luar sana. sebenarnya ia sedikit kurang nyaman, selama sehari ia telah bertemu begitu banyak orang yang membuatnya kehilangan energi begitu banyak. Ia ingin istirahat di tempat yang tenang dan terbebas dari huru-hara kota metropolitan.
Saat sedang menyantap makanan ia melihat Mbak Indah, Mbak Indah adalah Costumer service perusahaan. Seperti CS pada umumnya mbak Indah ini baik dan sangat ramah, perkenalan pertama Mira dengan mbak Indah saat itu hanya sebatas mengobrol sebelum proses wawancara karena saat itu mbak Indah ditugaskan untuk mengantar calon karyawan menuju ruang tunggu.
"Mbak Indah!" yang dipanggil menoleh, mira melambaikan tangannya agar mbak Indah dapat melihat kearahnya.
"Loh, udah mulai kerja mbak? ini mbak yang kemaren baru wawancara kan?"
"iya mbak, sini mbak duduk bareng saya" Indah pun mengambil tempat duduk di depan Mira. Mereka duduk berhadapan di meja kecil yang biasanya cukup untuk empat orang.
"wah, pak bos emang ngebet ya kalau soal sekretaris" kata Indah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Emang kenapa toh mbak?"
"aduh mbak, saya ga enak ngasih taunya tapi udah kadung nyebur ya harus basah sekalian deh mbak. Sudah dua tahun sekretaris Pak Bos selalu gonta-ganti setiap tiga bulan sekali, rata-rata pada resign mbak katanya gak kuat sama tekanan kerja dan tidak punya kehidupan pribadi bahkan sampai ada yang putus loh mbak sama pacarnya karena cowok nya ngira kalo ceweknya selingkuh sama si pak bos. Haduh riweh"
Indah Melanjutkan lagi, "Hati-hati ya mbak, jaga kesehatan karena kerja sama pak bos berat. Saya do'a kan semoga mbak betah di kantor ini, kalo mbak bisa melewati tiga bulan perta nanti kita jalan-jalan ya mbak semacam girl's day out gitu, saya yang traktir"
"Beneran ya mbak, mbak sudah janji loh ini"
Belum sempat di jawab oleh Indah, Handphone Mira sudah bergetar menandakan panggilan masuk. Setalah melihat nama yang tertera di layar Mira menunjukkan layar Hp nya pada Indah dan tersenyum pahit.
"Saya duluan ya mbak" Ucapnya sambil berdiri.
Indah mengangguk dan tersenyum maklum pada Mira.
Pak Bos adalah nama yang tertera di layar handphone Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
My One N Only Secretary
RomanceBukan sibuk mencari jodoh, Ardi Atmaja seorang pengusaha muda, kaya, dan sukses malah sibuk mencari sekretaris baru. Entah kutukan apa yang telah ia terima di masa lalu sampai tidak ada seorangpun yang bertahan menjadi sekretarisnya lebih dari tiga...