4419 : Clock

866 111 87
                                    

Warn! 4000+ word. Semoga nggak bosan ya bacanya hehe.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Love u <3

***

Seungmin itu anak yang ceria, tidak pernah sekalipun ia menunjukkan kesedihannya pada orang-orang di sekitarnya. Terakhir kali ia menangis adalah saat kematian sang Ibunda, itupun sudah lama sekali. Hidup sebatang kara bukan menjadi alasan untuk terus meratapi nasib dengan menangis. Seungmin berpegang teguh pada prinsip "apapun masalahnya, tetaplah tersenyum."

Entahlah.

Prinsipnya aneh sekali.

Tapi apakah benar sosok Kim Seungmin tidak pernah menangis?

Iya, memang benar. Cintanya ditolak ribuan kali pun ia tetap tersenyum.

"Tidak masalah. Sekarang di tolak, siapa tahu besoknya di terima? Beli kolas aja ada coba laginya, masa cinta ngga ada coba laginya juga? Aku yakin suatu hari nanti dia akan menerimaku" itu adalah kata-kata penyemangat dari Seungmin untuk dirinya sendiri.

Seperti pagi ini, ia sudah rapi dengan setelan kemeja berwarna biru muda dan celana jeans berwarna biru tua. Senyum tidak luntur sedikitpun dari bibirnya. Beberapa kali ia membungkuk untuk menyapa tetangga yang sedang berpapasan dengannya.

Kaki jenjangnya terus melangkah hingga ia sampai di sebuah rumah. Rumah milik Bang Chan, orang yang selama beberapa tahun ini menduduki tempat spesial di hatinya.

Tok Tok Tok!

Pintu berwarna putih itu ia ketuk dengan tempo yang teratur. Tak lama kemudian, muncullah sosok Bang Chan dengan tampilan yang acak-acakan. Piyama berwarna hitam yang terlihat kusut dan wajahnya yang masih terlihat mengantuk. Oh! Jangan lupakan rambut hitamnya yang terlihat seperti sarang burung itu!

"Selamat pagi! Hahaha pasti baru bangun ya, kak?" Seungmin maju selangkah. Ia merapikan rambut Chan, menyisirnya menggunakan jarinya sendiri.

"Ck. Apa lagi?" Chan menghempaskan tangan Seungmin. Tatapannya terlihat tidak bersahabat.

Seungmin menggelengkan kepalanya, bibirnya masih menyunggingkan sebuah senyuman manis. Kemudian ia mengatakan, "Aku bawakan sarapan, dimakan ya!"

Chan memperhatikan kotak bekal yang disodorkan kearahnya. "Bawa pulang saja—"

"Aku sudah memasaknya penuh cinta! Kakak harus menerimanya karena aku akan terus memaksa!" Seungmin memotong perkataan Chan. Kedua alisnya saling bertautan. Bibirnya mencebik lucu.

Chan kembali menatapnya dengan tatapan yang menusuk, kemudian menyahut bekal yang diberikan oleh Seungmin dengan kasar. "Haaah, iya iya aku ambil. Sudah sana, cepat pergi dari hadapanku"

Chan hendak menutup pintu rumahnya, namun di tahan oleh Seungmin.

"Apa lagi, bocah?"

Seungmin menggelengkan kepalanya. Masih dengan senyuman, ia bertanya, "Apa ada kenaikan? Apa aku sudah bisa menggeser posisi Felix di hatimu?"

Chan sempat bergeming di tempatnya. Tatapannya kini menyelami kedua netra Seungmin yang menatapnya penuh harap. Chan dengan jujur mengakui bahwa tatapan Seungmin itu begitu lembut dan menenangkan. Mata Seungmin itu indah, seperti berlian yang mengkilap diterpa cahaya. Chan suka—

Chan menggelengkan kepalanya untuk menepis pikirannya.

"Teruslah bermimpi. Aku kan sudah bilang, sampai kamu mati pun aku tidak akan jatuh cinta padamu, Kim. Hatiku hanya untuk Felix"

Bukannya sedih, Seungmin justru tertawa mendengar perkataan Chan.

"Tapi Felix sudah menikah dengan kak Changbin tau! Apa kakak mau jadi perebut suami orang? Dari pada seperti itu, kenapa tidak memulai hubungan baru denganku? Hehe"

4419 : Clock [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang