Everything for you, Mom!

1 0 0
                                    

Sang pria mulai mengikis jarak di antara mereka. Tangan kanannya merangkul pinggang gadis itu, sedangkan tangan kirinya berada di tengkuknya. Saat bibirnya mencapai bibir ranum gadis itu, dia menciumnya dengan penuh perasaan, penuh cinta yang begitu dalam.

"Cut... ".

Teriak sutradara mengakhiri scene hari ini.

Allan masih berada di posisinya saat tepukan ringan mendarat di bahunya. Membuatnya harus mengakhiri adegan itu dengan berat hati.

"Calm, Bro... Kalau udah ga sabar, cari kamar sono".

Cengiran khas Furkan menambah kekesalan di hatinya. Namun dia sadar masih berada di lokasi syuting.

Dia menggandeng Prilly ke bangku yang tersedia untuk istirahat.

Dani, sang asisten mendekat.

" Bang, tadi ada telpon dari Pak Uus".

"Mank ada apa?" Tanya Allan tanpa memalingkan tatapannya dari wajah Prilly, sang kekasih.

"Katanya ibu di rumah sakit, habis terserempet motor".

" Apa?"

Wajah Allan terkejut dan pucat.

"Trus bagaimana keadaan ibu?"

"Katanya masih pingsan".

" Syuting udah selesai kan? Kita langsung ke rumah sakit ".

Prilly yang melihat Allan bergegas merasa penasaran.

"Hon... Mau ke mana?"

"Ke rumah sakit".

"Siapa sakit?"

"Ibu... Katanya keserempet motor".

"Aku ikut ya?"

"Tak usah"

Prilly merengut. Dan Allan menyadari perubahan ekspresinya.

Dia melangkah menghampiri Prilly yang masih membersihkan sisa make up nya.

Allan berdiri di belakang Prilly. Tangannya memegang kedua lengan Prilly dan meremasnya dengan lembut. Dagunya bertumpu pada kepala Prilly. Lewat pantulan cermin dia menatap wajah kekasihnya.

"Sabar, sweety... Belum saatnya kamu ketemu ibu".

Prilly memutar bola matanya dengan kesal.

"Iya deh kalau kamu bilang gitu".

"Pinter... Sekarang aku pergi dulu, ya?"

Prilly mengangguk sambil tersenyum.

Allan mengecup pucuk kepala Prilly sebelum meninggalkannya.

###

Malika mondar-mandir dengan gelisah di depan pintu IGD. Tangannya meremas ujung kerudung yang dililitkannya di lehernya.

"Keluarganya sudah dihubungi. Kalau kamu ada keperluan lain, kamu bisa pergi sekarang".

Suara Agus mengagetkannya.

"Bagaimana keadaan ibu itu?" Tanya Malika sambil menghampiri Agus.

"Analisamu benar. Jadi kami bisa langsung melakukan pertolongan. Beliau sudah sadar dan ingin bertemu denganmu. Beliau sudah berada di ruang perawatan bagian VVIP no. 2".

Malika dapat bernapas lega.

Huft... Untunglah! Pikirnya.

Malika melangkah ke bagian VVIP. Sebelum pulang sebaiknya dia menemui si ibu.

NO MORE PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang