Aku bersyukur mengenalmu Bre, seseorang yang sangat menyenangkan walau kamu juga menyebalkan. Bagaimana bisa sudah tiga tahun berlalu dan aku masih mengharapkanmu, Bre? Bukankah ini tidak adil jika aku harus melewati ini sendirian? Ya, tapi ini kulakukan untukmu. Bukankah aku terlalu bodoh untuk itu Bre? Mungkin saat ini, saat aku menuliskan kisah ini kamu sudah memiliki seseorang yang memikat hatimu dan sayang padamu.
"Buat apa kalo udah ga sayang sama aku lagi?"
Itu kalimat yang kamu ucapkan saat kamu memutuskan untuk meninggalkan kekasihmu saat itu, Bre. Kamu tipe orang yang sangat mempedulikan rasa sayang. Kamu akan membalas sayang seseorang dengan sayang yang lebih, itu sifatmu. Karena kamu hanya butuh seseorang yang menyayangimu untuk selalu disampingmu, ya kan Bre? Jika aku mendeskripsikan sosokmu lebih lanjut kamu adalah seorang yang bisa membuat nyaman teman-teman dekatmu. Begitu pula aku, terlalu larut dalam kenyamanan yang kamu berikan untukku Bre, mungkin kamu tidak menyadarinya.
Beberapa hari ini aku selalu memikirkanmu dan kamu selalu hadir di mimpiku, Bre. Apa arti semua itu? Apa pesan yang ingin Tuhan sampaikan melalui mimpi itu? Pikiranku buntu, kosong, aku lebih sering melamun belakangan ini. Memikirkan kabarmu, apakah kamu baik-baik saja disana, bagaimana makanmu, apakah kamu bahagia, itu yang aku pikirkan saat ini.---
Aku merasa bahwa aku harus menuliskan kisah ini dan menyelesaikan perasaanku, setidaknya untuk saat ini. Sebenarnya aku sangat berharap bahwa kamu akan datang padaku dan bersamaku selamanya. Tapi apakah itu permintaan yang terlalu berlebihan? Dalam bagian ini aku hanya akan menuliskan apa yang aku rasakan setiap aku melihat fotomu atau bahkan menyaksikan video yang dulu aku selalu buat. Rasa itu kembali muncul Bre, rasa sayang yang menyakitkan
KAMU SEDANG MEMBACA
BRE
Teen FictionBertemu denganmu adalah sebuah anugerah yang dapat mengubah hidupku menjadi lebih indah dan berwarna.