Tiba-tiba aku ingin sekali menuliskan cerita ini. Aku menulisnya saat bulan setengah lingkaran genit sudah bergantungan di atas sana malu-malu memamerkan kecantikannya. Aku menulis ini di atas kasur kamarku dengan lampu tidur yang sudah kunyalakan -ya ini sudah lewat waktu tidurku- tapi aku benar-benar merasa harus menulis cerita ini sekarang juga karena aku takut lupa. Hanya dengan menulisnya aku yakin akan bisa mengingat ceritanya. Cerita tentang si pesulap yang dulu katanya kepengin pindah profesi, mendaftar jadi peramal!
Cerita ini terjadi sekitar tujuh tahun lalu (terhitung dari aku menuliskannya saat ini) saat gadis remaja bernama Yudita bersiap untuk memakan kue pandan isi coklat kesukaannya. Oh maaf, Yudita si pemakan kue pandan itu adalah aku. Kalau kalian mau tahu kue pandan apa saja yang wajib dicoba, mungkin kita bisa berkenalan terlebih dahulu.
Aneh, aku adalah orang yang sangat sulit menghafal bahkan untuk menghafal nomor telfon teman, tapi untuk cerita ini lain. Cerita ini sempurna memiliki tempat yang rapi dalam memori otakku.
Baiklah, coba kulihat, harus dimulai dari mana dulu cerita ini supaya kalian juga bisa menyukai si pesulap tengil ini seperti aku yang ah- kita mulai saja sekarang.
[◍•◍]
Siang itu aku duduk di sebuah tangga di pojok sebuah gedung sekolah menengah pertama. Tangga itu sudah seperti singgasana saja bagiku. Enak duduk-duduk di situ, kalian bisa memandang kesibukan setiap anak yang berlalu lalang persis di hadapan kalian karena tangga ini sempurna menghadap ke seluruh pusat aktifitas sekolah besar itu. Wajah-wajah kusut keluar dari kelas beberapa menit setelah bel istirahat nyaring membebaskan mereka -wajah kusut khas anak beres ulangan fisika, ah kalian pasti tahu lah ya-, Ada pula satu dua anak yang meregangkan badan, pun yang bergerombol menuju ke kantin. Aku menunduk, merogoh isi kantong rok putih panjang seragam sekolah ini, mengambil sebuah bungkusan yang tadi aku beli dari ibu kantin. Sepersekian detik berikutnya aku terlonjak,
"Tunggu dulu! Biar kutebak, kue pandan isi coklat!" Kata seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri persis di depanku. Aku mendongak menatap orang aneh yang tiba-tiba muncul tanpa permisi ini. Aku melihat sebuah telapak tangan terangkat ke arahku lagaknya berusaha menutupi bungkusan yang ada di tanganku dari pandangannya. Aku mengarahkan mukaku lebih ke atas lagi agar aku bisa melihat wajahnya, hahaha ternyata dia memejamkan matanya juga. Dasar konyol.
"Ayo cepat beritahu aku kalau tebakanku benar" ujarnya lagi.
"Apa sih Len, nggak usah nebak juga kamu sudah hafalkan sebenarnya" balasku. Namanya Allen, dia laki-laki berbadan tinggi tegap dan memiliki rambut bergelombang yang rapi. Super tengil, tapi selalu ingin terlihat keren. Super usil, tapi juga orang yang paling ringan tangan yang pernah ku kenal.
"Ah, kamu benar juga. Coba aku ingat-ingat dulu ya. Kalau kamu lagi nggak bawa bekal, kamu bakal jajan kue pandan coklat saat istirahat pertama. Lalu istirahat kedua mungkin bisa nasi bandeng ibu kantin plus gorengan. Gorengannya udah pasti tempe goreng yang tipis atau kalau nggak, mmm risol mayo ya kan? Nggak jajan minum karena kamu bawa minum, nggak mungkin lupa." Katanya panjang lebar, aku nyengir saja mendengar semua yang ia jabarkan, toh semua yang ia sebut barusan 100% valid. "atau kadang bisa jajan soto di sebelah sekolah. Satu dua kali beli siomay yang di seberang sekolah" ujarnya lalu duduk di sampingku. Aku diam saja setelahnya, meneruskan mengunyah kue pandan isi coklat di tanganku.
"Tapi kamu mending jangan jajan siomay sendiri deh" ucapnya lagi memecah diam yang menjalar di antara kita berdua. Ia memandang ke arahku dengan serius.
"Kenapa emang?" Timpalku, setengah kaget karena melihat ekspresi wajahnya yang sangat serius.
"Kamu kan nggak bisa nyebrang sendiri." jawabnya santai dengan menaikkan bahu.
YOU ARE READING
Si Pesulap Amatir
General FictionCerita tentang si pesulap amatir yang ingin ganti profesi, semoga kalian mau berkenalan dengan dia ya!