First

18.3K 1.7K 370
                                    

Pada hari Kamis yang mendung ini Chenle tengah berdiri di depan Stasiun Hangangjin sembari meratapi sebuah handphone dan dompet berisikan uang recehan juga black card yang merupakan harta satu-satunya Chenle setelah diusir dari rumah oleh sang Ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada hari Kamis yang mendung ini Chenle tengah berdiri di depan Stasiun Hangangjin sembari meratapi sebuah handphone dan dompet berisikan uang recehan juga black card yang merupakan harta satu-satunya Chenle setelah diusir dari rumah oleh sang Ayah.

Ditengah lamunannya seseorang menepuk bahunya. Chenle menoleh dan bertatap wajah dengan Hueningkai, seorang bocah kelas dua SMA yang merupakan tetangga juga teman masa kecilnya.

"Hyung, sedang apa? Kau terlihat seperti orang stress berdiri dipinggir jalan seperti ini," komentar Hueningkai sembari meneliti Chenle dari kepala hingga ujung kaki.

"Not your bussines. Old Ferry Donut, yuk? Itu tempat kesukaanmu bukan?" Chenle membelokkan topik, dia tidak ingin kisah mirisnya diketahui oleh orang lain—apalagi oleh Hueningkai, orang dengan mulut terlicin yang pernah Chenle kenal.

"Boleh saja, setidaknya aku ada waktu sampai jam sepuluh kurang seperempat."

"Oh iya, omong-omong apa kabarnya saudaramu itu? Sudah lama aku tidak bertemu dengannya." Pria yang lebih muda berbasa-basi.

Heran karena tidak kunjung mendapat jawaban, si pria memutuskan untuk bertanya, "kau kenapa? Sedang mempunyai masalah, bukan? Cerita saja padaku."

Chenle menggeleng kukuh. "Kalau aku cerita padamu, ya. Yang ada besok tetangga sekomplek tau masalahku!"

"Tidak akan ada yang terjadi, janji!"

Sulit, walaupun sudah Chenle tolak beribu kali permintaanya itu, Hueningkai malah merengek disebelahnya sembari menunjukkan aegyo yang menurut Chenle sendiri itu merupakan hal yang mengerikan untuk dilihat.

Menghela nafas jengah, Chenle menyerah dengan Hueningkai. Dia ceritakan pada Hueningkai mengenai kisahnya, tentang Chenle yang ketahuan mabuk oleh seluruh anggota keluarganya yang kebetulan sedang berkumpul dikediaman Chenle kali ini. Tentu saja hal ini tidak akan terjadi jika Jeongin sialan tidak mengantar Chenle pulang kerumahnya setelah mabuk-mabukan dimalam sebelumnya. Ayah Zhong yang tidak tahan menanggung malu kemudian mengusir Chenle begitu saja, tidak lupa ia blokir seluruh kartu milik Chenle, dan yang tersisa hanyalah black card yang Chenle ratapi barusan.

"Kasihan sekali, mendadak miskin," ejek Hueningkai setelah mendengar serentetan kisah sialnya Chenle. "Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan? Tinggal di kolong jembatan?" ejeknya lagi, dia terbahak begitu melihat Chenle yang menunjukan raut kesal.

Mereka berdua terus berbincang-bincang hingga tidak terasa telah sampai ke tempat yang di tuju, kafe dessert yang cukup terkenal di daerah Seoul. Setelah memesan makanan yang mereka inginkan, mereka duduk berhadapan di meja bundar berwarna kelabu.

"Barangkali, kau mempunyai kenalan yang mau bayar uang sewa tempat tinggal bersama? Aku harus mengirit pengeluaran. Kartu terakhir punyaku saja ada bahan kena blokir lagi." Chenle tersenyum kecut sembari mulai menyantap Tiramisu Donut yang baru saja ditraktir Hueningkai.

7 Days | ChenJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang