Sekolah Dasar

9 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pertamaku masuk ke dunia sekolah. Seragamku bukan putih merah seperti teman-teman disekitar rumah tempatku tinggal. Seragamku berwarna putih hijau lengkap dengan jilbab yang mamah beli di pasar malam  beberapa Minggu lalu.

Sekolah Dasar yang orang sebut SD-pun, aku tidak menyebutnya demikian. Aku dan kebanyakan orang menyebutnya Madrasah Ibtidaiyah. Atau yang lebih sering disebut MI. Sekolah Dasar swasta berbasis Islam.

Aku semangat sekali hari ini. Jumlah teman-teman satu ruangan ku banyak sekali. Bisa tidak ya, aku menghafal nama mereka semua? Apa mereka akan menjadi temanku?

"Selamat pagi anak-anak!" Sambut seorang wanita paruh baya. Mungkin umurnya tidak beda jauh dengan umur mamahku.

"Pagi, Bu." Balasku bersamaan dengan semua anak yang ada di ruangan ini.

Hari itu berjalan begitu saja. Tidak ada suatu yang spesial. Isinya hanya perkenalan dan belajar menulis huruf.

Sebagai tambahan informasi jarak rumah dengan sekolahku dekat sekali, tidak sampai satu kilometer. Untuk beberapa orang mungkin jauh jika mengingat umurku masih 6 tahun. Tapi mereka tidak tahu saja bahwa sejak umurku 3 tahunpun, aku sudah berjalan kaki ke tempatku biasa mengaji. Meskipun sesekali meminta mamah untuk menggendong, hehe.

Hari keduaku, masih ditemani mamah. Tapi tidak sampai depan sekolah. Hanya sampai masjid yang berjarak 5-6rumah dari sekolahku.

Kataku, "Mamah anter sampai sini aja. Besok besok Eneng pergi sekolah sendiri."

Mamahku hanya mengiyakan. Alasanku tidak banyak, aku hanya merasa cukup berani untuk melakukan hal tersebut.

Sesampainya di sekolah aku melihat 3 orang teman sekelasku yang selalu bersamaan. Sepertinya mereka memang berteman akrab. Aku sih belum punya teman banyak, hanya kenal beberapa. Itupun aku suka lupa namanya.

"Jeni, nanti kita kelasnya pindah ke lantai satu. Kamu duduk sama aku ya." Ucap temanku. Perempuan.

Nama temanku Sari. Aku hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

Aku mengikuti kegiatan sekolah dengan semangat. Dan selalu begitu. Aku senang jika guruku bertanya dan aku bisa menjawab.

Hari terasa begitu cepat, sekarang sudah satu bulan. Aku sudah menghafal semua nama-nama teman-temanku.

Aku lupa hari itu ada kejadian apa, yang aku ingat temanku berucap seperti ini,

"Kamu gapunya teman kan? Coba sana cari teman kamu. Banyak-banyakan sama temanku."

Dan dengan polosnya aku bertanya satu-satu ke teman sekelasku dengan pertanyaan,

"Kamu mau temenan sama aku atau dia?" Dan jawaban mereka memilihku.

Hahaha, itu lucu sekali. Apalagi saat mengingat bagaimana ekspresi kekalahan dia. Sampai-sampai dia bilang begini,

"Kamu curang! Aku juga bisa kalau nanya satu-satu gitu."

Padahal dari awal dia yang minta aku untuk cari teman. Ya, aku hanya mengikuti.

Itu hanya sebagian kecil dari perjalanan sekolah dasarku. Saat itu sekitar tahun 2006 mungkin.

Aku tidak bias mengingat banyak kejadian. Seingatku, saat kelas satu semua baik - baik saja. Berjalan normal seperti anak sekolah pada umumnya.

Tak terasa sudah semester akhir, dan besok aku resmi menjadi kelas 2 Sekolah Dasar.

***

Terkesan terlalu cepat memang, tapi aku hanya ingin berbagi kisah masa laluku yang mengesankan. Mungkin setelah ini, kau bias menerima ceritaku lebih baik lagi.

Salam sayang

Rj

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang