Airin menutup kepalanya dengan papan warna yang akan digunakan untuk membuat mozaik. Pagi tadi setelah baris di depan gedung terpadu, seluruh mahasiswa baru memasuki gedung terpadu untuk membagikan kelompok. Pembagian kelompok sampai dengan perkenalan berlangsung hingga tengah hari. Dan sekarang, setelah istirahat siang seluruh maba berada di tengah lapangan luas dengan terik matahari berada tepat diatas kepala.
"Zaahhh, ga kuatt. Panas banget ini", keluh Airin kepada Izah yang syukurnya satu kelompok dengan dirinya.
"Dikira cuma kamu yang panas Rin? Semua panas, aku juga panas ini", jawab Izah
Airin mengibas-ngibaskan tangan kanannya ke wajah berusaha mengurangi rasa panas yang terasa membakar tubuhnya, sementara tangan kirinya masih memegang papan karton untuk menutupi kepalanya.
"Ini di lapangan ngapain sih, yaa Allah panas bangett", keringat mengalir di dahi Airin yang masih saja mengeluh kepanasan.
"Rin, diem sih. Ntar ditegor senior baru tau", tegor Izah membuat Airin memberengut sebal.
"Baik, kalian disini di kumpulkan untuk latihan membentuk mozaik yang akan kita lakukan pada hari terakhir PBAK. Setelah ini akan dipanggil nomor urutan sesuai barisan yang kalian dapatkan saat mendaftar PBAK, jadi dengarkan saya baik-baik. Yang dipanggil dari nomor 1-20, kemudian 21-40 dan begitu seterusnya", ucap salah satu senior di depan sana yang Airin tebak merupakan koordinator lapangan membuat Airin memfokuskan pandangan dan pendengarannya.
Saat panggilan pada nomor 61-80 Airin beranjak dari duduknya kemudian membersihkan roknya yang ditempeli rumput lapangan.
"Aku ke barisan ya Zah", pamit Airin yang diangguki Izah.Masih dengan tangan memegang papan karton dengan warna putih dan hijau untuk menutupi kepalanya, Airin berjalan masuk kedalam barisan. Sampai di posisi barisannya, Airin langsung mengambil duduk sesuai intruksi panitia sembari menunggu seluruh barisan terisi. Airin melemparkan senyuman saat mendapati teman di depannya menoleh ke belakang kemudian tersenyum.
"Devi, dari program studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam", ucap perempuan yang memakai pashmina cream dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya seraya menyodorkan tangannya."Wahh sama, Aku juga prodi BKPI. Nama ku Airin", jawab Airin membalas uluran tangan Devi.
Devi kembali menghadap ke depan, membuat Airin kembali merasa bosan tidak ada yang bisa diajak bicara.
"Pegel ihh, ini papan karton gede banget sih", keluh Airin yang mulai mengeluh saat tangannya terasa kebas memegang papan karton di atas kepalanya.
"Ini kapan selesainya siii, Panasss bangettt. Angin juga, kan jadi terbang-terbang papan kartonnya. Jadi tambah beratkan. Lama bang---et", keluhan Airin terpotong kala kepalanya yang dari tadi celingukan kesana kemari berhenti dikarenakan tepat di samping kanannya seorang mahasiswa dengan kemeja biru muda yang digulung melirik dirinya dengan ekspresi menahan tawa, hal itu tentu saja membuat Airin meringis malu.
"Reno", ucap mahasiwa tadi seraya mengulurkan tangannya.
"Airin", jawab Airin.
"Jangan ngeluh terus, apalagi ngoceh sama angin. Bentar lagi selesai kok, yang sabar" ucap Reno seraya melemparkan senyum.
"Ah iyaa", jawab Airin yang jelas meringis menahan malu.
"Ayo berdiri, mau duduk terus? Itu udah disuruh berdiri", ucap Reno membuat Airin kembali malu sedari tadi nyerocos tak jelas sampai tak mendengarkan apa yang diintruksikan.
"Tinggi 160cm ga kependekan kan? Kok cuma sebahu dia", Airin membatin saat dirinya bangkit berdiri.
"Iya. Kamu ga kependekan, saya yang ketinggian", ucap Reno yang membuat Airin melongo....
Kok???
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZAIK
Teen FictionSemuanya berawal dari persiapan mozaik untuk PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kampus). Seperti mozaik~ sikap dan perasaan Reno yang sesuka hatinya berubah-ubah layaknya warna papan mozaik, yang berubah hanya dalam hitungan detik sesuai intruksi. "ka...