2

122 15 1
                                    

author's note: hai wkwk apakabar udh lama bgt ga apdet, ni fanfic sebenernya sepi tp gapapalah lanjut aja enjoy ya.

"Wonjae banguuun," aku mengguncang tubuhnya.
"Emh..." Wonjae hanya menggerakkan tangannya.
"Bangun, cepet ke studio sana."
"Daritadi Gray udah nelfon loh." ucapku.
"Iya.." Wonjae akhirnya bangun dan membuka mata.

"Morning Na." ucap Wonjae dengan suara beratnya.
"Morning too, mandi dulu gih." aku berdiri dari dudukku.
"Sini dulu." Wonjae menarik tanganku dan mengecup dahiku.

"Ihh apasihh!"
Aku bisa merasakan wajahku yang memerah. Malu sekali rasanya. Wonjae jarang seperti ini.

Setelah itu, Wonjae berdiri dan pergi mandi. Sementara itu, aku menyiapkan sarapan.

"Naaa,"
"Ambilin handuk dong." panggil Wonjae dari kamar mandi.
"Kamu mah kebiasaan," aku mengambil handuk Wonjae dan berjalan ke kamar mandi.

Tok tok tok!
"Nih handuknya." ucapku sambil menyerahkan handuk.

Wonjae hanya diam dan menatapku.
"Ah inii cepetan ambil dongg!" Aku memalingkan wajahku.

"Wajah kamu merah, Na."
"Lucu banget."

'AH GILA GILA GILA APAAN SIH.' batinku.

"Ja-jangan gitu...." kataku sambil menutup separuh wajahku dengan tangan.
Wonjae hanya tertawa kecil dan kemudian mengambil handuknya.

***

"Wah enak nih," Wonjae menarik kursi meja makan lalu duduk.
"Bukan apa-apa kok." ucapku.
Kami berdua pun menikmati sarapan bersama sambil membicarakan rencana kami nantinya.

"Na, kamu saya anter pulang sekalian ya?"
"Ah gausah, nanti kamu telat loh. Aku bisa naik taksi kok."
"Jangan, mending sama saya. Lagian saya nggak buru-buru kok Na."

Aku bisa melihat wajah Wonjae yang memerah.

"Iya iya, yuk." ucapku sambil tersenyum.

-

"Na, nanti makan malem bareng yuk sama anak-anak AOMG jam tujuh malem." Wonjae memberhentikan mobilnya di depan rumahku.
"Makan apa?"
"Daging. Sama minum-minum juga. Yuk?"
"Iya deh, kebetulan lagi pengen daging hahah."
"Nanti saya jemput ya Na! Kamu jangan lupa makan ya, jaga kesehatan juga. Saya sayang kamu." Wonjae memelukku.
"Iya, kamu juga jangan lupa makan, jangan sibuk sendiri. Aku juga sayang kamuu," aku memeluk Wonjae dengan erat.

Sesampainya di rumah, aku langsung beres-beres. Setelah itu aku berbaring di kasur.

"Wonjae lucu banget hari ini!" ucapku setengah teriak.

Awal kita bertemu itu sangat canggung. Aku bahkan geli sendiri saat mengingat masa itu.

***

"Kamu yang namanya Nana?" seorang laki-laki dengan suara berat memanggilku.
"Oh b-bukan kak..." jawabku gugup.
"Kalo gitu, kamu tau yang namanya Nana nggak? Kelas 2-1. Anaknya pendek, rambutnya panjang, alisnya tebel. Dia dicariin Kepala Sekolah. Katanya dia anaknya abis menang lomba melukis atau apalah itu. Sori ya gue salah orang. Lo mirip sama ciri-cirinya."
"O-oh itu s-saya kak.. Tapi nama saya Anna bukan Nana.."
"Oh iya berati gue salah denger. Dipanggil kepsek tuh." Laki-laki itu menatapku dengan matanya yang tajam.
"I-iya kak. Saya permisi dulu.." Aku segera berjalan ke kantor kepala sekolah.

'Hih serem. Apaan sih, ada ya murid yang kayak gitu di sekolah sini.. Kok aku nggak pernah liat?'  batinku.

Aku melangkahkan kakiku.
"Permisi Pak, nyari saya ya?" ucapku pelan.
"Oh iya, Anna. Saya ingin mengucapkan selamat atas kemenangan kamu di lomba melukis tingkat nasional kemarin."
"Terimakasih banyak, Pak."
"Apa kamu ingin ikut lomba lagi?" tanya Pak Kepala Sekolah.
"Ingin sekali Pak!" jawabku antusias.
"Coba kamu baca ini," Pak Kepsek menyodorkan selembar kertas.

4:44 AM ; Woo WonjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang