Jangan lupa Vote dan Komennya ya gais.
Happy Reading!
~~~~Arthur memilih rawat inap dirumah sakit, ia malas pulang mendengar omelan adiknya yang akan berujung pada sang mama yang akan juga ikut andil menceremahinya. Ia tahu mereka semua akan khawatir jika tahu keadaannya, apa lagi sang papa nanti yang akan mengirimkannya banyak bodyguard.
Walaupun adiknya sedang tidak ada dirumah sudah pasti asisten kepercayaan papa nya yang akan melapor. Masih sampai kapan ia dikhawatirkan seperti anak kecil.
"Huft," helanya.
Seorang gadis masuk dengan membawa iPad nya menghampiri Arthur.
"Semua tugas sudah selesai, apa saya boleh pulang?" Tanya Yena pada Arthur yang sedang asik membaca.
"Silahkan, dan tolong minta dokter yang tadi menangani ku untuk kesini," ucap Arthur lalu fokus pada bukunya kembali. "Baiklah itu akan saya urus," kemudian Yena melenggang keluar meninggalkan Arthur sendiri.
Pemuda itu bangkit lalu berdiri mendekati jendela kaca besar yang memantulkan pemandangan luar secara langsung, dia tidak sadar bahwa Yiola sudah hadir disana.
"Kak Arthur manggil saya ada apa?" Tanya Yiola membuyarkan lamunan Arthur lalu membalik badannya.
"Ini kamu nggak ada niat mau gantiin perban aku?" Ujar Arthur sedikit gugup. Kenapa dia jadi seperti ini padahal dia termasuk orang yang banyak ditakuti oleh orang dan sekarang hatinya sedikit ketakutan.
"Udah nggak nyaman ya kak? Sebentar aku ambilin alat-alatnya dulu," kemudian Yiola berlari keluar mengambil peralatan steril untuk mengganti perban Arthur.
Terlihat kekehin kecil terukir jelas di muka tampan Arthur menyaksikan Yiola yang pergi dengan tergesa.
Ditengah ia berjalan tangannya ditahan oleh seseorang. "Kak Xav, ada apa ya?" Tanya Yiola dengan wajah sedikit memburu.
"Kamu kenapa belum pulang? Shift kamu kan udah selesai," dahi Xavier mengkerut heran.
"Ada pasien yang butuh aku saat ini," jawab Yiola lalu menatap Xavier sekilas.
"Oh begitu. Nanti mau aku anterin pulangnya?".
"Makasih kak Xav, aku nanti bisa pulang sendiri kok," kemudian Yiola meninggalkan Xavier.
Ia masuk kedalam ruangan Arthur, nampak pemuda itu tengah membaca sebuah buku ilmu pengetahuan. Yiola masuk secara perlahan karena tidak ingin menganggu kekhusyukan Arthur dalam membaca.
"Ekhm, kenapa nggak salam dulu?".
Yiola gelagapan, baru kali ini sangat tidak enak pada seorang pasien.
"Sini kak biar aku gantiin perbannya," ujar Yiola yang telah siap memakai peralatan khusus, Arthur duduk ditepi ranjang lalu membuka baju bagian atasnya.
"Kak! Jangan buka baju, cukup di buka sedikit aja itunya," pekik Yiola yang kaget.
"Nanti kalo infeksi gimana? Sudah lah, nggak ada orang lain yang lihat juga," genit Arthur lalu tertawa.
Yiola menghela nafas kasar dan dengan telaten mengganti perban yang ada dipundak serta kaki Arthur, wajah serius Yiola tak lepas dari pandangan Arthur yang membuat Yiola menjadi tidak nyaman karenanya.
"Kak jangan lihatin aku terus."
"Kamu cantik deket kaya gini," jawab Arthur yang membuat pipi Yiola memanas. Dan membuat Yiola menutulkan kapas ke luka Arthur dengan kencang.
"Argh, kamu ngapain?" Pekik Arthur terkejut. "Maaf kak aduh, ini udah selesai," lalu Yiola memasangkan perban baru.
Arthur tidak bisa menghilangkan senyum manisnya pada Yiola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Mafia's
Teen FictionWarning! Mengandung banyak unsur kekerasan! Diharap tidak membaca bagi yang takut dengan adegan kekerasan, darah dll! Yiola adalah seorang gadis periang yang bermimpi bisa menjadi dokter mengikuti sang ayah. Dengan mendapat beasiswa akhirnya ia bisa...