Never United
Oneshoot [Denneth]
-
-
-
-
-Deven prov
Seperti biasa, kami berdua selalu bersama di sebuah rumah pohon dalam hutan yang tidak begitu jauh dari rumahku. Rumah pohon itu terletak di tepi sungai pohon yang begitu kokoh dan tinggi, dilengkapi dengan lapangan basket di sekitar halamannnya. Kami? ya! yang aku maksud adalah aku dan sahabatku yang manis, Anneth. Kami memang sudah bersahabat sejak kecil hingga kami sudah duduk di bangku SMA kelas X sekarang ini. Dari kecil kita selalu bersama, hingga aku jatuh cinta dengannya sejak memasuki kelas IX SMP. Tapi Anneth belum tahu mengenai perasaanku, aku menutupinya demi menjaga hubungan persahabatan ini.
"Gak sadar ya.. sekarang kita sudah SMA" Ucap Anneth yang tengah memandang sungai di atas rumah pohon sementara aku hanya sibuk bermain basket.
"Deven.. ayo kesini, jangan main basket mulu ish.."
Ku patuhi kata Anneth lalu naik ke rumah pohon hingga duduk disampingnya. Angin kencang menghiasi suasana tersebut hingga rambut Anneth mengibas kepalanya. Aku pun memperbaiki rambut Anneth yang beracakan itu.
"Deven, kamu pernah jatuh cinta gak sama seseorang?"
Deg.. pertanyaan itu membuat tubuhku terpaku di hadapannya, mulutku seperti digembok hingga tak mampu melontarkan kata-kata. Anneth menunggu jawaban dariku dengan menggoyang-goyangkan kakinya di tepi rumah pohon yang sekarang ia duduki.
"Dev?" Tegurnya.
"Ehm.. ke-kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?"
Tanyaku sedikit terbata-bata.
"Aku hanya pengen tau aja, biasanya cinta itu datang secara tiba-tiba 'kan?"
"Apa kau sedang mengalaminya?"
Perkataanku membuat Anneth mengeluarkan tawa kecilnya.
"kenapa tertawa? malah senyum-senyum lagi?"
"Mau tau alasannya? ehmm tapi ada syaratnya!" ujar Anneth.
"Kau tidak boleh datang kesini sekitar jam 8 malam ya.. gak usah nanya kenapa, besok aku akan memberitahumu apa saja yang terjadi pada malam ini". Sambungnya. Aku hanya mengangguk menandakan patuh pada syaratnya.
Hari sudah memasuki maghrib, aku selalu mengantar Anneth pulang ke rumahnya dengan naik sepeda. Sungguh itu merupakan bagian yang paling aku suka dalam hidupku. Karena Tak ada bangku di belakang sepeda, jadi Anneth duduk dibagian depan. Rambutnya memang suka mengganggu pandanganku, tapi tak apa.. setidaknya aku selalu berada disamping orang yang aku cintai. lalu bagaimana dengan kemudian hari? akankah kita berpisah? itulah pertanyaan yang selalu berada dalam benakku.
Tak terasa waktu, kami sampai dirumah Anneth. Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke rumah, sedangkan aku masih menatapnya dari belakang dengan senyuman.
"kamu sangat imut Anneth" Batinku.
Anneth tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu kembali menghampiriku. "Ada apa?" Tanyaku sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Dia mendekatkan wajahnya lalu membisik ditelingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never United (Oneshoot)
Short StoryHari itu benar-benar sangat menyakitkan, memang sangat sakit tapi itu sudah takdir.. dunia memang kejam. Never United (oneshoot)