God's plan

1.3K 159 19
                                    


    Mataku mendongak menatap langit kelabu juga suara gemuruh setelah petir menyambar. Di jalan trotoar ini kakiku melangkah pelan. Menundukkan kepala seraya menyembunyikan tetesan air mata yang jatuh perlahan. Suara mobil berlalu lalang juga laju kaki para pejalan yang sedikit berlari. Takut hujan akan segera turun hujan. Seberisik apapun itu, tak mampu membuatku terganggu.

Rasanya terlalu sakit, sangat sakit saat kita sedang sesayang itu dengan seseorang. Tapi orang tersebut melepaskan kita begitu saja. Ya, aku akui wanita itu begitu cantik. Apalah aku yang cuma wanita biasa. Tidak cantik, tidak seksi dan terlihat jadul.

Rasa dingin yang menerpa membuatku menghentikan langkah. Mendongak lagi menatap awan yang sudah memuntahkan airnya. Aku tersenyum pedih, ternyata hujan menemani dan menyamarkan kesedihanku saat ini. Trotoar sudah sepi, hanya mobil yang berlalu lalang. Itu pun sudah hampir petang.

Sesaat aku mengingat kembali kejadian sore tadi. Ah, aku kembali menangis.

     "Maaf, seharusnya aku memberitahumu lebih awal. Dia pacarku, Ino. Dan kurasa sebaiknya hubungan kita akhiri cukup sampai disini. Aku malu jika jalan bersamamu. Kau tau kan kekuranganmu, Hinata?"

Ucapan Sasuke memang kejam. Ya, aku tau kalau aku tidak seperti wanita kebanyakan. Tidak gaul seperti mereka. Lucunya, aku mendengar langsung dari mulut orang yang telah menghancurkan hatiku sekarang. Sial memang, harusnya aku sadar diri lebih awal. Sasuke terlalu sempurna bagiku yang biasa-biasa ini.

Dan senyuman palsu ku perlihatkan saat Ino semakin merapatkan pelukannya pada Sasuke. Aku tertawa dalam hati. Setiaku, sabarku, pengertian, selalu ada saat dia butuh. Tergantikan begitu saja dengan wanita yang sangat cantik ini. Seperti, jika kamu cantik, kamu pasti akan mendapatkan apapun tanpa susah payah.

Sial... Kata-kata itu terlintas begitu saja di otakku. Terlalu dangkal, tapi kenyataannya banyak yang seperti itu kan?

Hanya kata 'baiklah' yang bisa ku ucapkan. Lalu pergi begitu saja dengan wajah masam. Hei, tentu aku sakit. Siapa yang santai saja diputuskan setelah mendengar kalimat juga kenyataan yang kejam oleh pacarmu sendiri?

Yah, sekarang aku hanya harus membenarkan penampilanku. Aku ingin jadi cantik. Aku tak ingin lagi merasakan hal kejam seperti ini. Aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik dari sekarang. Meski mungkin akan lama. Menata hati yang sudah remuk ini.

••••••

    Setahun telah berlalu, kini aku tinggal di Tokyo. Pergi jauh dari Kyoto agar bisa menjalani hidup tanpa terbayang masalalu. Hidup membosankan yang ku lalui. Hal sama yang ku ulang setiap hari.
Rasanya kosong, hambar. Seperti sudah tidak mempunyai arti hidup.

Di umurku yang mencapai 27 tahun. Aku sering di ejek rekan kerja karena belum menikah. Tapi aku hanya membalas dengan senyuman. Tak mengapa, toh perkataan mereka ada benarnya. Faktanya aku memang belum menikah.

Pegal yang kurasakan setelah bekerja membuatku ingin istirahat dirumah. Ku pasang headset ku dan ku putar lagu band One Ok Rock. Sesaat ku tengok ke arah taman dekat rumah.

Mataku menyipit menatap seorang pria tengah menangis sendirian disana. Di kursi yang biasa aku duduki saat ingin menikmati alam.

     "Kenapa kau menangis?" Tanyaku tanpa sadar.

Ku tutup mulutku dengan cepat. Seraya mengumpat bodoh dalam hati. Kulihat dia semakin menunduk. Aku yang iba segera menghampirinya. Membuka minuman kaleng rasa apel dan meneguknya pelan. Aku tak tahu harus bagaimana. Menghadapi pria menangis bukan keahlian ku.

     "Apapun masalahmu, seberat apapun itu. Jangan pernah menyerah dengan keadaan." Ucapku lembut.

Saat ku lirik, dia mulai mengusap ingusnya dengan jaket yang dia pakai. Aku menghela nafas kecil. Untung saja aku membawa sapu tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOD'S PLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang