Takut Kehilangan

2 2 0
                                    

"Pagi Bang Fadhel," sapaku sambil tersenyum manis tanpa menampakkan wajah yang merasa bersalah. Bang Fadhel tidak membalas senyumanku, dia langsung meninggalkanku begitu saja sambil membawa sepedanya.

"Bang Fadhel tunggu dong" teriakku kessel sambil mengambil sepedaku yang tidak jauh dariku dan langsung mengejarnya.

"Kebiasaan buruk" singgungku ketika langkah kaki kita mulai sejajar. Bang Fadhel masih tidak menggubris perkataanku.

"Ingat senyum sebagian dari sedekah Bang Fadhel, bukannya lo selalu bilang gitu sama gue" ucapku sinis. Dia pun langsung menampakkan senyuman tulusnya padaku.

"Nah gitu dong" ucapku penuh kemenangan karena ia tersenyum juga.

"Yaudah kita gayung sepedanya yuk, nanti kita telat lagi" usul Bang Fadhel. Aku hanya mengangguk mengiyakan.

***

Butuh waktu 15 menit akhirnya kita sampai di parkiran sekolah, aku tersenyum gembira akhirnya tidak terasa aku dan bang Fadhel udah kelas 1 SMP duhh ternyata waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin aku selalu merengek minta es krim sama bang Fadhel eh tau-tau nya sekarang udah gede. Aku melirik ke arah bang Fadhel, ia masih setia dengan ekspresi datarnya, untung aku udah kenal banget sama dia, jadi aku bisa maklumin ekspresi datarnya itu, tentu berbeda dengan orang yang tidak kenal bang Fadhel pasti ia akan mengira kalau bang Fadhel itu benci dengan siapapun yang salah faham dengan ekspresi datarnya itu.

"Bang Masuk yukk" Ajakku . Ia hanya mengangguk mengiyakan.

Kami pun melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah, saat baru saja mau masuk di gerbang sekolah, tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri kita eh bukan kita tepatnya ia menghampiri bang Fadhel.

"Fadhel kan?" Tanyanya memastikan. bang Fadhel mengangguk mengiyakan sambil tersenyuman. Aku yang melihat resspon bang Fadhel pada wanita itu jadi kaget, seumur-umur baru kali ini bang Fadhel tersenyum dengan orang yang baru ia kenal, eh bukan baru ia kenal bahkan mereka pun belum saling kenal, eh tapi cewek itu tahu dari mana nama bang Fadhel, Arrghh bodo amat. Aku yang melihat kejadian itu langsung meninggalkan mereka berdua.

"Dasar bang Fadhel mulai genit dia ternyata, baru juga ketemu langsung main senyam senyum aja, issh dasar, itu juga cewek siapa sih sapa-sapa bang Fadhel seperti itu" gerutuku pada diri sendiri.

"dhel..." aku menoleh saat mendengar seseorang memanggil namaku, ternyata bang Fadhel, aku pun semakin mempercepat langkah kaki ku dan masuk ke dalam kelas yang aku yakin itu adalah kelas ku kelas VII.2 karena ada papan penanda bahwa itu adalah kelas VII.2.

"lo kok ninggalin gue gitu aja sih?" protes bang Fadhel. Aku hanya melirik malas ke arahnya. Bang Fadhel menaikkan sebelah alisnya saat melihat tingkah ku yang seperti itu dan akhirnya ia memilih mendiamkan ku. Aku semakin kesal dengan sikap bang Fadhel seperti itu.

***

"Hari pertama yang membosankan" teriakku kesal sambil merebahkan tubuhku diatas ranjang. Untuk pertama kalinya aku dan bang Fadhel tidak pulang bareng, saat tadi baru saja mau pulang tiba-tiba cewek yang aku dengar sih namanya Siska saat bang Fadhel menyebut namanya itu datang menghampiri bang Fadhel dan menawarkan diri untuk diantarkan pulang, aku sungguh kessel dengan cewek yang namanya Siska itu, setelah itu aku tidak tahu lanjutan obrolan mereka seperti apa dan aku juga tidak tahu apakah bang Fadhel mengantarnya pulang atau tidak karena aku langsung meninggalkan mereka begitu saja dan saat menoleh ke arah mereka ternyata bang Fadhel sangat asyik mengobrol dengan Siska dan melupakanku. Mengingat kejadian itu membuat air mata ku terjatuh, aku pun menangis di balik bantal.

"duhh sakit rasanya saat melihat bang Fadhel bersama dengan wanita lain" ucapku pada diri sendiri.

Kringggg

Aku mendengar ada notifikasi whatssapp masuk di hp ku, aku pun mengambilnya di dalam tas dan menekan tombol aktif, saat kulihat ternyata notifikasi dari bang Fadhel

Bang fadhel

Dhel kok lo ninggalin gue gitu aja sih? Yaudah maafin gue kalau gue punya salah sama lo, lo maukan maafin gue? Yaudah kalau udah lo keluar dong, gue lagi ada di depan rumah lo nih.

Aku pun keluar untuk menemui bang Fadhel.

"Dheel mata lo kok bengkak gini? Lo habis nangis yah?" Tanya Fadhel khawatir. Duuh aku sampai lupa aku kan habis nangis.

"Apasih nggak kok, ini tadi gue bantuin bibi ngupas bawang, hehhhe iyya tadi gue bantuin bibi" alibiku

"nggak usah bohong deh, bohong dosa tahu" aku pun mencerna kata-katanya, sedetik kemudian aku menangis sekencang-kencangnya.

"dhel kok lo nangis sih, jangan nangis dong nanti tetangga dengar terus mengira gue nyakitin lo lagi" bang Fadhel berusaha menenangkan.

"emang bang Fadhel nyakitin gue, bang Fadhel jahat" ucapku spontan

"eh gue emang ngapain lo?" Tanya bang Fadhel mengeryitkan kedua alisnya

"bang Fadhel mau ninggalin gue dan memilih Siska" ucapku asal dengan masih keadaan menangis. bang Fadhel yang mendengarnya langsung tertawa besar. Aku yang melihat bang Fadhel tertawa semakin terisak.

"eh udah dhel nggak usah nangis" bang Fadhel yang semakin khawatir.

"bang Fadhel mau ninggalin Adhel, bang Fadhel jahat" ucapku masih dengan keadaan terisak.

"siapa sih yang mau ninggalin lo Adhel, gue nggak kemana-mana kok" bang Fadhel berusaha menyakinkan

"bang Fadhel janji nggak akan ninggalin Adhel?" tanyaku berusaha memastikan

"emangnya bang Fadhel mau ke mana?"

"kali aja, bang Fadhel ninggalin Adhel dan Adhel dipecat jadi adeknya bang Fadhel, terus bang Fadhel ke Siska adopsi Siska jadi adeknya Bang Fadhel" ucapku dengan nada khawatir. bang Fadhel yang mendengarnya semakin tertawa. Aku yang melihatnya kembali terisak.

"tuh kan apa Adhel bilang" bang Fadhel semakin mendekat dan jarak diantara kita semakin menipis, bang Fadhel membawaku ke dalam pelukannya.

"Bang Fadhel nggak akan ninggalin Adhel kok, abang janji, Adhel tetap adek abang satu-satunya dan nggak ada yang bisa gantiin posisi Adhel" Ucap bang Fadhel tulus. Aku melepas pelukan bang Fadhel dan menatap tulus kedua bola matanya, sungguh di sana terdapat ketenangan yang membuatku nyaman, aku pun kembali memeluk dan dia membalas pelukanku

"Makasih Bang Fadhel, Adhel bersyukur punya Bang Fadhel, selama kenal dengan Bang Fadhel Adhel nggak pernah merasa sendiri" Ucapku dengan menitikan air mata haru.

"Udah dong melownya" bang Fadhel melepas pelukannya dan menghapus jejak air mataku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman

"Ohhya Adhel ummi mau ketemu lo tuh, katanya lo mau belajar bikin kue?"

"Waahh, beneran? Iyya bang gue mau bangeet"ucapku antusias. Bang Fadhel langsung menarik tanganku dan berjalan ke arah rumahnya.

Kira-kira Siska siapa yah? Apakah dia akan menghancurkan persahabatan Adhel dan Fadhel?

Jangan lupa vote dan komentar, terima kasih.

Jazakumullah Khairan Khatsiran

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adhel & FadhelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang