Seulgi pov
Apa kau tahu bagaimana rasanya bila perjuanganmu tak dilirik oleh seseorang?
Apalagi bila seseorang tersebut merupakan orang yang kau anggap penting dalam hidupmu.
Aku Kang Seulgi, siswi SMA Angkasa. Seorang murid yang memiliki kemampuan rata-rata bila dalam pelajaran manapun, bahkan mungkin eksistensiku disekolah ini bisa dipertanyakan. Tak penting memang mengetahui tentang kisahku ini.
Namun, aku punya sebuah kisah yang ingin kubagikan dengan kalian semua. Kisah tentang bagaimana seorang Kang Seulgi yang berusaha mendapatkan hati seorang primadona sekolah SMA Angkasa, Irene Bae. Siswi berprestasi dengan visual menawan yang membuat hampir seluruh siswa bahkan siswi menaruh hati padanya, dan aku? Aku hanyalah siswi biasa yang hanya bisa melihatnya dari kejauhan, mengaguminya dari jauh sudah menjadi kebiasaanku saat mulai menaruh hati padanya.
Semua itu berawal dari~
Flashback
"Ayo, semua yang terlambat cepat segera berbaris didepan tiang bendera!!!" teriak seorang guru piket, pak Nandar namanya. Aku yang tersentak kaget pun langsung bergegas berjalan cepat menuju ke depan tiang bendera, berdiri didepannya sambil menahan panasnya matahari pagi yang menyilaukan mata.
"Sekarang kalian hormat ke bendera sambil menyanyikan lagu kebangsaan, setelah itu bersihkan seluruh halaman sekolah ini, baru kalian bisa masuk kelas" titah pak Nandar. Kami semua pun hanya mengikuti instruksinya tersebut, apalagi aku --aku tidak ingin mencari masalah disekolah ini.
Kami mulai menghormati bendera yang sedang berkibar dengan gagahnya itu dibawah teriknya sinar matahari pagi, mengumandangkan lagu kebangsaaan yang setiap pagi dinyanyikan walaupun tidak melaksanakan upacara bendera.
Setelah selesai dengan aktivitas hormat-menghormat tersebut, aku langsung menaruh tasku didekat koridor sekolah mengikuti jejak anak-anak lain yang juga menaruh tas mereka disana. Tanpa pikir panjang, aku langsung mulai membersihkan halaman sekolah agar dapat lebih cepat masuk ke dalam kelas.
"Huh besok-besok aku tidak ingin terlambat jika ternyata hukumannya seperti ini" gerutuku sendiri sambil memungut daun-daun kering yang berserakan diatas halaman sekolah. Setelah aku memperhatikan bahwa halamannya sudah bersih, aku akhirnya melanjutkan kegiatan bersih-bersihku didekat area kantor kepala sekolah. Sambil aku membersihkan area tersebut, samar-samar aku mendengar suara orang yang sedang bercerita,
"Kau akan diantar oleh bu Nina ke kelasmu" secara samar aku mendengar bahwa itu sepertinya suara Kepala Sekolahku, namun aku tidak bisa melihat dengan siapa dia berbicara. Secara aku terus menundukkan kepalaku, mencari sekumpulan daun kering agar aku dapat cepat menyelesaikan hukuman bodoh ini.
"Hei kau yang sedang bersih-bersih!!!",
"Kesini sebentar", katanya dengan suara besarnya. Aku yang heran pun bertanya-tanya bahwa siapa yang dipanggil oleh orang yang sudah pasti Kepala Sekolahnya tersebut. Aku akhirnya mengangkat kepalaku, menolehkan wajahku ke seluruh penjuru halaman tempatku memungut daun-daun kering tersebut. Dan terakhir, aku memberanikan diri untuk melihat kearah suara Kepala Sekolahku tadi yang menggema -Dan benar saja, ternyata dia sedang melihat kearahku.
Saat tatapan kami bertemu, dia langsung memberiku tanda untuk menghampirinya sebentar. "Saya ingin meminta tolong kepadamu uhm-"',
"Kang Seulgi" jawabku cepat.
"Ahh Kang Seulgi. Tolong panggilkan ibu Nina diruangan guru ya" timpalnya.
"Ahh baik pak, tapi saya memanggil bu Nina untuk alasan apa ya pak?",
