"Jangan didiemin, ntar keseringan. Yang diem-diem malah makin ngelunjak!"
-JoaqueenBahagia? Apa definisi bahagia menurut kalian tersendiri? Uang? Kekayaan? Harta yang melimpah? Atau apa?
Bagi Ella tersendiri definisi bahagianya adalah dimana orang yang ia sayang masih bisa berkumpul dengannya contohnya sekarang, ia sekarang sedang sarapan pagi bersama kedua orang tuanya dan abangnya. Mungkin Ella bisa dibilang beruntung, memiliki orang tua yang sangat sayang kepadanya juga mempunyai abang yang mempunyai waktu 24 jam untuknya. Orang tua Ella bukanlah tipe orang tua yang sangat akan gila harta. Namun, orang tua Ella ia sangat gila akan kasih sayang bisa dibilang anak lebih berharga daripada apapun sekalipun itu uang.
"Bang?" panggil Ella dengan mata yang masih sibuk memakan nasi gorengnya.
"Kenapa?" sahut Darrel-- Abang Ella.
"Aku nebeng ya, ke sekolah?"
"Ngga sama Eky lo?" Ella menggeleng, lalu ia meminum habis susu coklatnya.
Darrel mengangguk. "Yaudah, mau kapan berangkatnya? Sekarang? Apa dua jam lagi?"
"Ish! Abang! Ya kali dua jam lagi. Bisa telat akuu." Ella mengerucutkan bibirnya kesal sedangkan kedua orang tua Ella dan Darrel hanya terkekeh melihat kelakuan dua kakak beradik ini.
***
"Makasih ya, bang." Ella turun dari motor sport abangnya yang berwarna merah itu. Darrel mengangguk lalu membenarkan rambut sang adik.
"Yaudah, abang ke kampus dulu, DAAAH JELEKK!" motor sport itu melaju cepat dengan hitungan detik.
"Dasar!"
Ella melangkahkan kakinya dengan santay menuju ke kelasnya yang berada dilantai dua, sesekali ia bersenandung kecil dengan membalas sapaan orang-orang yang menyapanya. Ramah, itulah Ella.
"ELLAAAA!" panggil seseorang dari arah belakang, Ella membalikan badannya ternyata yang memanggilnya adalah Jizka-- teman sebangkunya yang ia kerap panggil Ika.
"Barengg!" Ella mengangguk.
Sesampainya Ella dan Jizka di kelas mereka berdua segera duduk. "Ell, lo nggak berangkat sama, Eky?" tanya Jizka.
Ella menggeleng. "Enggak, gue berangkat sama Bang Darrel."
"Pantes! Si Eky berangkat sama Leca tadi. Gue ketemu diparkiran tuh!" Jizka mulai bercerita, Ella hanya diam mendengarkan sesekali ia tersenyum getir setiap kali mendengar kata Eky dan Leca.
"Lo nggak ...." Ella tersenyum.
"Udahlah ngapain ngebahas mereka. Mending kita belajar, mapel pertama 'kan kita ulangan," ucap Ella santay membuat Jizka menepuk keningnya.
"ANJIR! SEMALEM GUE LUPA BELAJAR!"
Dan tau 'kan apa yang terjadi? Sesegera Jizka mengacak-acak tasnya untuk mencari buku fisika lalu membolak-balikan halaman secara cepat.
***
"Sumpah ya! Bagus bangeettt. Gue dari lusa sampe kemarinnya bolak-balik terus tuh ke caffe!" Joa menopang dagunya dengan kedua tangannya seraya membayangkan caffe yang maksud ia ceritakan tadi.Jizka hanya mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan dengan menjadi pendengar yang baik, mendengarkan cerita unfaedah dari Joa sahabatnya.
"Teruuss?" tanya Jizka malas.
"Kapan-kapan kita kesana ya? ya, ya, ya?!" Seru Joa menganggukan kepalanya berulang-ulang.
"Iyaa, Joaaa. Entaran kalo ada waktu," ucap Ella dengan menyuapkan sesendok bakso ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCELLA (Slow update)
Подростковая литератураHargai selagi ada, genggam sebelum "hilang." -Princella Calista