Prolog.

122 18 1
                                    

Dug dug dug.

Sasuke Uchiha berhenti meminum airnya. Dia memilih menoleh kearah tangga yang terhubung pada kamarnya. Siluet putih samar-samar nampak menuruni tangga, berjalan kearahnya. Sasuke meletakkan gelas berisi air putih, lalu berjalan mendekati bayangan putih yang berdiri tepat di anak tangga terakhir. Tanpa ragu Sasuke memeluknya. Seperti sudah menduga bahwa banyangan putih itu adalah sosok yang ia kenal.

Kain putih yang menutupi tubuh didalamnya Sasuke buka. Menampakkan seorang wanita yang menatap Sasuke berkaca-kaca. Wanita itu menangis.

"Hei," Sasuke mengusap air mata wanita itu. Kembali memeluknya lebih erat.

Tangan kecil melingkar disekitaran pinggang Sasuke. Samar ia mendengar suara tangis yang terendam. Sasuke segera mengangkat tubuh wanita. Perbuatannya dibalas lingkaran kaki di pinggang. Tangan wanitanya beralih pada sekitaran leher. Tubuh mereka menempel erat.

Sampai dikamar, Sasuke segera membaringkan tubuh yang berada digendongnya. Namun kaki dan tangan wanita itu masih belum mau lepas dari tubuhnya. Karena tidak mau pusing, Sasuke ikut berbaring di ranjang dengan wanita dipelukannya.

Wanita itu membuat sedikit jarak, memperlihatkan matanya yang membengkak. Sasuke mengelus pipi wanita itu.

"K-kau... Meninggalkan ku, lagi.." suara wanita itu serak. Bibirnya ia gigit untuk merendam tangis yang ingin keluar. Mengingat saat ia sendirian diatas ranjang, membuat tubuh wanita itu bergetar hebat.

"Sstt.." Sasuke mengerti. Ini memang salahnya. Ia pikir wanita itu terlalu pulas untuk bangun, jadi ia meninggalkannya untuk sekedar menengguk air. Tapi ternyata baru dua menit ia meninggalkan kamar, wanitanya terbangun.

"J-jangan ulangi!" Wanita itu memukul punggung Sasuke. Tapi setelahnya mengelus kemudian kembali memeluk punggung itu.

"Iya. Maaf." Sasuke mengecup ubun-ubun wanitanya.

••••

Sakura Haruno berjalan riang menuju kelasnya. Matahari bersinar cerah, sama seperti suasana hatinya yang mungkin lebih cerah. Sakura makin melebarkan senyumnya. Perbuatan Sakura menular pada siswa maupun siswi yang berpapasan. Mereka ikut tersenyum dan menyapa Sakura, tentu saja Sakura langsung membalasnya tanpa ragu. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari tanggapan positif di pagi hari.

Saat berbelok menuju gedung dua, Sakura berpapasan dengan Naruto, teman sekelasnya. Sakura mempercepat langkahnya untuk menyamai langkah Naruto. Saat berjarak satu langkah dari Naruto, Sakura memukul bahu Naruto keras.

"Pagi, To." Sapa Sakura ceria.

Naruto yang awalnya kaget kini mendengus kesal. "Namaku Naruto, Sakura, Bukan To-To!"

Sakura nyengir. "Kan Naruto. Jadi dipanggil To bisa dong?"

"Iya sih, tapi tidak enak didengar telinga ku." Sakura hanya tersenyum tanpa membalas.

Mereka berjalan bersama menuju kelas. Obrolan random membuat mereka tampak akrab. Siswa-siswi yang berpapasan gemas sendiri melihat sahabat beda gender itu. Entahlah, iri atau sekedar ingin melihat keharmonisannya.

"Pagi teman-teman." Sakura melambai ceria, diikuti oleh cengiran Naruto. Menambah suasana pagi yang indah dan damai.

"Pagi juga Sakura. Wah, kalian berangkat bersama?" Ino berkomentar dengan tangan yang sibuk memoles cat kuku. Dia mendesis pelan saat cat merah itu keluar dari garis kukunya sendiri. Dengan malas Ino menyudahi acara memoles kukunya. Terlalu bahaya jika tidak rapi. Dia akan meminta Sakura yang memoles nanti.

"Tidak kok, kami hanya berpapasan. Aku berangkat bersama ayah tadi." Jawab Sakura sambil meletakkan tasnya di meja sebelah Ino.

Ino mengangguk paham. Tatapannya beralih pada wajah Sakura yang dipoles bedak bayi. Hal biasa bagi Sakura yang tidak mau memakai bedak dewasa, berkebalikan dengannya yang sangat suka memakai bedak padat itu. Namun, ada yang aneh dari wajah Sakura.

"Matamu kenapa?" Ino menangkup pipi Sakura dengan kedua tangannya. Sedikit memegang tulang pipi Sakura.

Sakura segera melepaskan tangan Ino di pipinya, "Tadi malam Sasuke meninggalkan aku sendirian ditempat tidur." Sakura meringis saat Ino memutar mata. Melepaskan tangannya.

"Kukira apa. Lagi, kau itu maniak Sasuke, ya? Ditinggal sebentar saja menangis." Ino memunggungi Sakura untuk mengambil buku di tasnya. Hal yang membuatnya tidak bisa melihat perubahan wajah Sakura.

Pintu kelas kembali terbuka. Kali ini Sasuke yang masuk. Matanya langsung bertabrakan dengan mata Sakura yang menatapnya. Dia tersenyum kecil. Berjalan menghampiri Sakura. Tanpa mengatakan apapun Sasuke mengusap kepala Sakura lalu berjalan ke meja paling belakang. Meja belajar Sasuke sendiri.

Dari mejanya Sasuke dapat melihat Sakura dari belakang. Walau hanya kepala Sakura saja yang terlihat. Tapi setidaknya itu dapat mengurangkan rasa khawatirnya pada sang kekasih.

••••

Pernahkah kau bermimpi diacuhkan oleh dunia?

Maksudku saat kau berdiri di satu tempat, yang sangat sepi, gelap, dan sunyi. Kau tidak mengetahui dimana kau berdiri, ditempat apa kau berpijak, bahkan di dunia mana kau terbawa oleh kegelapan. 

Pikiran itu selalu muncul saat aku sendiri. Awalnya kupikir karena aku takut gelap, karena ayah memang mengajarkanku untuk mematikan lampu saat tidur. Namun aku selalu merasa tidak nyaman saat aku tidak melihat apapun. Aku merasa seperti.. buta.

Setiap hari aku berdoa agar pagi berjalan lambat, dan malam berjalan cepat. Setiap ibu mulai mematikan lampu serta menutup pintu, disitulah awal bermula aku histeris. Malam itu seperti kau ditarik oleh kegelapan yang tak kasat mata. Membawamu bersamanya.

Saat ibu kembali lalu memelukku, aku merasa dia tertawa. Seolah mengatakan saat ibu kembali pergi dia akan datang lalu menarikku lagi.

Selama dua minggu aku terus dihantui oleh si gelap yang ingin membawaku pergi. Lalu si sepi yang akan menarikku pergi. Dan si sunyi yang akan menemaniku selama aku pergi.

Aku selalu paranoid saat orang-orang meninggalkanku. Aku merasa mereka mengacuhkan ku. Seperti ikhlas jika aku dibawa pergi.

Finalnya, saat aku dibawa ayah dan ibu ke psikiater. Mereka berkata, bahwa aku mengidap.. Autophobia.

••••

P.s: aku bakal aktif nulis lagi diakun ini😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AutophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang