pertama

346 25 7
                                    

mingyu pertama kali bertemu seokmin saat usia mereka sama-sama lima. saat itu mingyu baru pindah ke desa dimana seokmin tinggal, bersama dengan seungkwan sang adik dan ibunya yang baru saja menjanda.

ibunya memutuskan untuk pindah ke desa tempat ia lahir dan dibesarkan setelah berpisah dengan ayah mingyu beberapa bulan lalu. mereka bertiga menempati rumah peninggalan sang kakek yang kebetulan berada tepat di samping rumah keluarga seokmin. rumah besar itu terlihat tua namun begitu terawat, halamannya begitu luas sangat cocok untuk mingyu yang aktif berlarian ke sana kemari.

hari pertama berada di rumah baru mingyu habiskan dengan berlarian menelusuri seluruh isi rumah sementara sang adik menangis seharian, merasa asing dengan lingkungan barunya. tawa mingyu yang begitu ceria terdengar mengisi keheningan di dalam rumah besar tersebut.

ia mendengar ibunya berteriak, "jangan jauh-jauh!" saat ia berlari keluar rumah menuju halaman depannya yang sangat luas dan dipenuhi banyak tanaman sambil bertelanjang kaki dan tertawa riang. tangan kanannya mengangkat tinggi-tinggi mainan pesawat kesayangannya. hadiah ulang tahunnya yang kemarin.

mingyu berhenti berlari saat ia mendengar suara tertawa dari balik pagar tinggi yang memisahkan rumahnya dan tetangganya. rasa penasaran menghinggapi karena suara tawa itu tidak hanya berasal dari satu orang saja.

"tangkap aku!"

"jangan terlalu cepat seokmin!"

"kakak lamban!"

mingyu kecil masih belum bisa berpikir panjang dan cepat, ia hanya mengikuti insting untuk memanjat pagar besi tersebut untuk mengetahui apa yang ada di seberang sana.

tangan-tangan kecilnya menggenggam erat besi-besi pagar yang sebagian sudah berkarat. mingyu kepayahan mencapai puncak, namun ia tidak menyerah. suara tawa itu masih terdengar dan benar-benar membuatnya penasaran. tawa itu terdengar sangat nyaring dan indah.

ketika sudah hampir mencapai puncak, ia bisa melihat dua orang anak laki-laki berusia seumurannya sedang saling mengejar di halaman depan rumah mereka yang tidak jauh berbeda ukurannya dengan halaman rumah mingyu. keduanya terlihat begitu mirip, mungkin mereka kakak adik seperti ia dan seungkwan, pikir mingyu. yang mengejar terlihat lebih tinggi dari anak yang dikejar, sepertinya ia yang lebih tua diantara mereka berdua. mereka terlihat begitu asyik sampai tidak menyadari keberadaan mingyu

mingyu meraih puncak pagar sekali lagi sampai kedua kakinya menapak di atas besi pagar yang sudah tua dan tidak kokoh lagi, ditambah dengan adanya tanaman rambat yang melingkari pagar sampai ke atas membuat pijakan mingyu di atas pagar menjadi tidak stabil. baru lima detik ia berdiri di atas pagar dengan senyum terkembang hendak menyapa kedua tetangga barunya dengan semangat, kakinya tergelincir dan membuatnya terjatuh ke halaman tetangganya dengan bunyi debum yang cukup keras.

mingyu yang terjatuh mengalihkan atensi kedua kakak adik tersebut. mereka berhenti berlari dan mendekati mingyu dengan perlahan. sang adik berada di belakang sambil menggenggam baju kakaknya dengan erat.

"aduh sakit."

hebatnya, setelah terjatuh dari ketinggian yang lumayan untuk bocah seusianya, mingyu tidak menangis. ia hanya meringis kesakitan karena kepalanya terantuk tanah dan kakinya tergores.

"k-kamu siapa?"

sang kakak bertanya saat jarak antara mereka dan mingyu sudah dekat. wajahnya terlihat penasaran namun waspada di saat yang bersamaan. sang adik mengintip dari balik bahu sang kakak, sama-sama terlihat penasaran.

mingyu mengangkat kepalanya mendengar suara itu. pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat sebelum mingyu akhirnya menjawab dengan pelan, "aku mingyu."

us, alwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang