kedua

260 22 4
                                    

mingyu dan seokmin sepuluh, wonwoo empat belas.

wonwoo kelas delapan, seokmin dan mingyu kelas empat.

naik ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah yang baru tidak membuat lingkaran pertemanan wonwoo menjadi lebih luas dan banyak. mengingat mereka tinggal di sebuah desa di pinggir kota dimana semua warga saling mengenal satu sama lain. namun sekolah wonwoo yang sekarang berada di perbatasan desa dimana anak-anak dari beberapa desa bersekolah bersama di sana. dari situlah wonwoo mengenal seungcheol si anak desa sebelah.

mereka bertemu di kelas tujuh. wonwoo memang termasuk anak dengan sikap dewasa, namun ia bukanlah orang yang supel dan cepat berteman dengan orang baru. saat itu ia hanya duduk diam di taman sekolah sendirian sambil memperhatikan orang lain berlarian di lapangan basket sambil tertawa riang, kemudian ia dikejutkan oleh seorang anak laki-laki yang duduk di sebelahnya tanpa basa-basi dan mengajaknya berkenalan.

"choi seungcheol." ucapnya sambil menyodorkan tangan, senyum cerah yang memperlihatkan gusi dikembangkan.

wonwoo merasa sedikit canggung dengan cara berkenalan yang tiba-tiba tanpa aba-aba. jadi ia hanya menjabat tangan seungcheol sambil menatapnya dengan ragu.

"siapa namamu, manis?"

"w-wonwoo." dan wonwoo tergagap oleh panggilan yang dibuat seungcheol untuknya.

manis.

belum pernah ada orang yang memanggilnya begitu selama ini. ia selalu menjadi anak tampan dan dewasa di mata kedua orang tuanya, termasuk mingyu dan seokmin.

perkenalan mereka terasa begitu canggung bagi wonwoo, namun entah kenapa kedekatannya dengan seungcheol terlihat mengalir secara natural dan cepat. wonwoo merasa nyaman berada di sekitar seungcheol yang ternyata adalah anak populer di angkatan mereka. perlakuan seungcheol padanya begitu manis dan gentle, jarang sekali wonwoo mendapat perlakuan seperti itu. ia selalu menjadi anak sulung yang kuat dan kakak yang bisa diandalkan di keluarganya. walaupun usianya masih muda, jujur saja wonwoo kadang merasa jenuh dan tertekan dengan semua itu.

hanya seungcheol. hanya seungcheol yang membuatnya merasa dibutuhkan, namun dengan cara yang berbeda. ia tidak perlu menjadi seseorang yang kuat untuk berada di sekitar seungcheol. ia tidak perlu menjadi seseorang yang dewasa agar seungcheol tetap mau menerimanya. ia hanya perlu menjadi dirinya sendiri, wonwoo yang sebenarnya tetap butuh bermanja-manja dan segala perhatian lainnya.

"pulang sekolah mau main ke rumahku?" seungcheol bertanya kepada wonwoo sambil menyedot susu pisang favoritnya.

mulut wonwoo masih penuh dengan nasi bekalnya, jadi ia membutuhkan beberapa saat untuk menjawab ajakan seungcheol.

"pelan pelan saja, aku tidak akan pergi kemana mana, wonwon." ucap seungcheol sambil terkekeh pelan melihat wonwoo yang mengunyah makanannya dengan cepat. padahal ia bisa menggeleng atau mengangguk sebagai jawaban.

wonwoo yang akhirnya menelan makanan di mulutnya, terbatuk mendengar kalimat seungcheol, ditambah panggilan manis yang hanya digunakan padanya membuat wonwoo tersedak.

"astaga aku bilang kan pelan pelan!" seungcheol mengusap-usap punggung wonwoo, berusaha membantunya.

wonwoo terbatuk beberapa kali sebelum menjawab, "i-iya aku mau."

dan merasa malu setelahnya, karena ia sadar bahwa jawabannya terdengar seperti jawaban orang yang sedang dilamar kekasihnya saja.

✨💫✨

sore itu seokmin dan mingyu sedang berkejaran di halaman rumah seokmin saat wonwoo membuka gerbang rumahnya dan berlalu begitu saja tanpa menyapa kedua adiknya. seokmin yang dikejar berhenti berlari, membuat mingyu menabrak punggungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

us, alwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang