Sakura pergi ke ruangan Guru Kakashi setelah Naruto, Si Ketua Kelas, mengatakan jika ada hal yang perlu dibicarakan. Perasaan tidak enak langsung memenuhi pikirannya, karena kemungkinan terbesar adalah pembicaraan ini menjurus ke satu orang, yaitu Sasuke Uchiha.
"Sakura, bagaimana kabarmu?" tanya guru yang suka mengenakan masker hitam menutupi hidung hingga dagunya itu, membuka pembicaraan setelah Sakura mendudukkan diri di kursi.
"Baik. Uhm ... Naruto mengatakan jika Guru menyuruh saya untuk ke sini."
"Hm, ya ..." Kakashi bergumam, bersandar di kursi. "Ternyata benar, kau cukup tenang untuk Sasuke yang beringas itu. Maksudku, kita hanya bertemu beberapa kali di kelas, dan Sasuke adalah anak yang susah diatur."
"Saya pikir, Guru hanya perlu sedikit tenang ketika menghadapi Sasuke," kata Sakura. "Dia mungkin cukup emosional dan pemarah, tetapi sebenarnya dia hanya salah sangka dalam mengartikan perlakuan orang lain terhadap dirinya."
"Ya, aku tahu. Dia menjadi penurut denganmu, bahkan sepertinya dia akan mengikuti setiap perkataanmu, Haruno."
"Jadi, Guru menyuruh saya ke sini untuk menanyai perihal hubungan saya dengan Sasuke?"
"Tidak juga," kata Kakashi, ia duduk sempurna dengan dagu yang bertengger di tangkupan tangannya. "Aku hanya ingin kau mau memberi dukungan kepada Sasuke, karena dia sudah direkomendasikan untuk ikut di klub basket sekolah."
Sakura tidak pernah menyangka jika Sasuke mempunyai minat untuk bergabung di sebuah klub. "Tapi, Sasuke tidak pernah mengatakan kepada saya kalau dia akan mengikuti klub basket," kata Sakura, setelah sekian detik membeo.
"Naruto sudah membicarakannya dengan temanmu itu," ujar Kakashi, terdengar sedikit kecewa. "Hanya saja, Sasuke mengatakan tidak tertarik dengan klub apapun di sekolah ini. Menurut Naruto, Sasuke adalah pemain basket yang andal."
Ya, itu adalah fakta, karena halaman belakang rumah keluarga Uchiha layaknya tempat olahraga; ada ring basket, kolam renang, dan tenis meja yang bisa juga digunakan untuk bermain pingpong. Sakura sering melihat Sasuke bermain basket sendirian, apalagi saat musim panas, mereka bisa menghabiskan waktu seharian di halaman yang luas itu.
Mungkin Naruto pernah bermain beberapa kali bersama Sasuke, kebetulan ketua kelas itu adalah satu-satunya orang yang tahan berinteraksi dengan Sasuke, mungkin karena sikapnya cukup humoris dan terlihat tulus saat berteman.
"Jadi, Haruno, kau mau menolong Sasuke untuk menjadi siswa yang tidak hanya mampu di bidang akademik, kan?" tanya Kakashi, karena Sakura hanya membeku tanpa mengatakan apapun. "Sasuke tidak bisa bergantung padamu terus menerus. Dia itu akan menjadi seorang lelaki, dan ... perlu sebuah kemajuan."
"Baik, saya akan melakukan yang terbaik, untuk Sasuke." Sakura akhirnya berbicara, walaupun sebenarnya ia ingin mengatakan untuk mempertimbangkannya lagi.
Hatinya seolah egois, berharap jika Sasuke akan terus bersamanya.
Saat menarik gagang pintu ketika Sakura akan keluar, Guru Kakashi berkata."Sasuke adalah murid yang cerdas, aku yakin ia akan diterima di perguruan tinggi manapun nanti. Salah satu kekurangannya hanyalah ia tidak mengerti cara bersosialisasi dengan benar, apalagi jika nanti dia tidak memiliki riwayat kegiatan luar sekolah manapun. Setidaknya, klub ini akan membuatnya untuk berinteraksi dengan baik."
"Baik, saya mengerti," ucap Sakura, yang akhirnya keluar dan menutup pintu ruangan.
Naruto ternyata sudah berdiri di depan pintu, pemuda itu sepertinya tengah menunggu kabar baik. "Bagaimana, Sakura-chan?"
Dasar ketua kelas penguping. Sakura hanya mengendikkan bahunya, ia langsung melongos pergi. Entah mengapa, suasana hatinya sekarang menjadi muram.
Kalau suatu saat Sasuke tidak membutuhkannya lagi, mungkinkah mereka masih tetap berteman? Apa yang dikatakan Guru Kakashi ada benarnya; Sasuke itu adalah lelaki, dan kelak akan menemukan jalan hidupnya sendiri, menjadi lebih dewasa dan menuntut kebebasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D.S
RomanceSasuSaku [ON GOING][MULTI CHAP]Sasuke Uchiha adalah siswa yang bringas dan tempramental di sekolah, hanya seorang Sakura Haruno yang dapat menjinakkannya. Namun, mereka hanyalah teman, dan tidak lebih.