Happy Reading ^^
Dukung cerita ini dengan vote⭐ dan comment💭 ya ^_^Note : Y/n (Your Name) = Nama kamu)
~o0o~
Seorang gadis tengah melihat ke arah pohon. Disana ada orang yang berbeda jenis tengah bercanda bergurau. Gadis itu hanya bisa menatap sendu dari kejauhan.
"Andai aku yang bersamamu." Gumamnya. Mulutnya perlahan tersenyum melihat pemandangan itu. Tapi... akankah hatinya mengikuti itu? Tidak.
Pria yang bersama gadis itu adalah sahabatnya, sekaligus seseorang yang sangat berarti baginya. Ya, Ia mencintainya bahkan sebelum ia masuk Universitas, lebih tepatnya saat mereka masih duduk di bangku SMA, disanalah ia mulai menyadari ada benih cinta muncul dalam hatinya untuk pria itu.
Ia menunggu saat dimana pria itu mendekatinya bukan menganggap sebagai sabahat melainkan seseorang yang spesial. Tapi mengingat bagaimana sikap pria itu pada para gadis, ia menjadi ragu jika harapannya akan menjadi kenyataan.
Puk!
Ia menoleh ke belakang saat bahunya ditepuk. Ia melihat gadis yang tengah menatapnya dengan khawatir.
"(Y/n), apa kau tidak mengungkapkannya kepada dia? "
Cho (Y/n) nama gadis itu, ia hanya bisa tersenyum masam. Ia menggelengkan kepala dengan menundukkan kepala.
"Bukannya aku tidak memperbolehkan kamu suka sama dia tapi kamu tau sendirikan dia seperti apa. Dia terkenal dengan playboy nya. Apa kau yakin mencintainya?." Tanya gadis itu.
(Y/n) menarik nafas panjang, ia menatap kembali ke arah pasangan yang tengah bergurau di bawah pohon.
"Aku tau Jiwon-ah. Aku mencintainya bukan sebentar saja tapi sudah bertahun-tahun aku mencintainya Ji. Aku tak tau sampai kapan aku bisa mengungkapkan perasaan ini"
Jiwon merengkuh (Y/n). Ia merasa sedih, marah sekaligus kagum dengan perasaan (Y/n). Ia tak menyangka sahabatnya ini begitu mencintai pria sialan itu.
🍁
Sebuah bola basket melambung tinggi dan mendarat ke arah seorang gadis yang tengah berjalan sendiri. Beruntung bola itu tidak mengenai wajahnya hanya mendarat tepat didepannya.
"Haechan-ah! Sejak kapan kamu menyukai basket?" Teriak gadis bernama Cho (Y/n), gadis cantik keturunan Korea Jepang ini nampak marah dengan Haechan. Pria tampan yang berhasil mencuri hatinya sejak masa orientasi kampus tiga tahun lalu.
Haechan berjalan mendekatinya, mengulurkan tangan dan mengelus rambut panjang gadis ini dengan sayang. "Kenapa kamu mengomel? Aku melakukan ini untuk mencari perhatian para gadis, untuk apa lagi?"
Mata (Y/n) mulai memanas, beruntung ia terbiasa menahan air mata untuk tidak tumpah mendengar perkataan yang sering terlontar di mulut pria ini.
"Huh! Sampai kapan kamu mau seperti ini?"
"Sampai aku mendapat yang benar-benar mencintaiku."
(Y/n) menggigit bibir bawahnya, selama ini ia sudah mencintainya selama tiga tahun apa itu belum membuktikan jika ia benar-benar mencintainya? Atau haruskah ia berteriak didepan pria ini agar mengerti akan perasaannya?
"Oppa!!"
Teriak seorang gadis yang berlari untuk menghampirinya. Saat gadis itu sudah didepan (Y/n) dan Haechan, gadis itu mengatur nafasnya.
Haechan tersenyum dan ia menghapus keringat di dahi gadis itu. Sontak membuat gadis itu terkejut, bukan hanya gadis itu saja (Y/n) pun juga terkejut.
"O-oppa, apa yang kau lakukan?" Gugup gadis itu, yang ditanya hanya tersenyum dan merangkul gadis itu.
"Lebih baik kita ke kantin saja, ayo"
Haechan merangkul gadis itu dan membawanya pergi dari hadapan (Y/n). Tanpa disadari, air mata yang tadi ditahannya mengalir juga. Perlahan kakinya terasa lemas, mau tak mau ia harus menjatuhkan lutut di atas paving sambil menangis tersedu.
Sepasang mata memperhatikannya sejak ia menghentikan kaki didepan bola basket yang memantul. Jujur ia merasa iba, namun yang namanya jatuh cinta tak akan pernah mau mengerti dengan kondisi, bahkan kondisi hati sekalipun.
Langkah kakinya memutuskan untuk mendekati gadis malang itu. "Kenapa kau memaksa hati yang tak bersalah untuk menyukai orang yang bahkan tidak untukmu?"
Kepalanya menoleh ke sumber suara, menyeka air mata yang menetes membasahi wajah cantiknya. "Jeno?"
"Katakan kenapa kau menyakiti hatimu sendiri?"
(Y/n) menolak pandang dengan pria ini, salah satu sahabatnya dengan Haechan. "Aku tidak tau."
"Maka kamu harus mengetahui satu hal." Gadis ini menoleh ke arahnya untuk meminta jawaban lebih lengkap. "Hati yang sudah rapuh tak akan bisa disembuhkan oleh orang yang sama, jika pun bisa kamu harus mau menerima semua sakit yang sudah dia berikan untukmu."
(Y/n) tersenyum miris, benar apa apa yang dikatakan Jeno tapi mau gimana lagi ia sangat mencintai Haechan walaupun yang dicintainya tak merespon apa-apa dan hanya bisa menorehkan sebuah luka mendalam.
"Berhentilah menangis, kau bisa melanjutkan tangismu saat kau menemui Jiwon." Ujar Jeno dengan mengulurkan tangannya.
(Y/n) hanya menatap uluran tangan Jeno. Tanpa berpikir panjang, ia nerima uluran tangan pria itu.
Mereka meninggalkan lapangan basket dan pergi ke fakultas kedokteran.
▪▪▪
(Y/n) menyembunyikan wajah diatas meja, seseorang dengan lembut mengelus surai hitamnya sambil berkata, "menangislah semaumu, aku dan Jeno ada disini untukmu."
Pria bernama Jeno ini berdiri didepan dua gadis yang tengah duduk di salah satu bangku dekat fakultas kedokteran, ia tak bisa melakukan banyak hal selain membiarkan Jiwon menenangkan hati (Y/n), setidaknya sampai hati gadis malang ini lega.
"Kau sudah memberitahu kami tentang perasaanmu pada Haechan lantas, kenapa kau tidak memberitahu dia juga?" Jiwon masih mengelus rambut (Y/n) sambil bertanya.
(Y/n) menegakkan kepala dan memandang dua temannya ini secara bergantian, mereka memandangnya seakan menunggu jawaban pasti. "Aku harus apa? Dia menyukai banyak gadis yang lebih cantik dariku." Ia kembali memandang bawah yang jauh lebih menarik daripada wajah kedua temannya.
"Gadis cantik tidak dipandang dari fisiknya tapi hati, biarpun dia cantik tapi tidak punya hati bahkan tidak bisa menjaga diri dengan baik maka fisiknya tak akan pernah mendapat perhatian banyak orang terutama para pria."
"Jadilah dirimu sendiri saat mencintai seseorang, maka kau akan tau mana yang mencintaimu dengan tulus atau sekedar mempermainkan hatimu." Jeno meletakkan kedua tangan diatas meja dan sedikit membungkukkan badan menghadap (Y/n).
"Um.. Gomawo Jeno-ah, Jiwon-ah"
Jiwon memeluk (Y/n) dari samping. Jeno tersenyum dan tangannya terulur mengelus kepala (Y/n). "Kita ini sahabat, apa salahnya menolong sahabat."
(Y/n) tersenyum palsu. Semua orang disekitarnya begitu senang menasihatinya, mereka tak tahu bagaimana perasaannya yang sebenarnya? Ya, ia tahu memang salah tapi gimana lagi. Ia sudah terlanjur cinta sama pria playboy itu.
Tbc.
Publish
22 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙤𝙥𝙚𝙡𝙚𝙨𝙨 𝙇𝙤𝙫𝙚 || 𝙃𝙖𝙚𝙘𝙝𝙖𝙣 × 𝙔𝙤𝙪✅
Short Story❞𝑨𝒌𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊𝒎𝒖 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒍𝒂𝒔𝒂𝒏, 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂❞ 𝑵𝒐𝒕𝒆 : 𝑼𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝑯𝒂𝒓𝒊 𝑺𝒆𝒍𝒂𝒔𝒂 (𝒕𝒆𝒓𝒈𝒂𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈...