Surrender.

116 6 3
                                    

"Kimi no kotoba ni wa ikutsu no imi ga. Aru youni kikoeru kara what is what?".

"Kata-katamu seperti memiliki banyak arti. Jadi, apakah itu?".

= = =

"Hahh ..."

Prok!  Prok!  Prok!

"Bagus, Jimin-ah. Kau sudah bekerja keras hari ini. Tarianmu memang yang terbaik", Yoongi berjalan mendekati Jimin yang kini tengah terduduk diatas lantai.

"Ah, terimakasih, hyung", jawab Jimin malu-malu. Bahkan rona merah di pipinya tidak bisa lagi disembunyikan.

Yoongi mengangguk. Ia kemudian duduk disebelah Jimin. Sembari menghela nafasnya, ia mengulurkan handuk kecil pada Jimin yang diterimanya dengan suka cita.

Sementara itu, di ruangan yang sama, duduk pula seorang namja yang hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan tatapan datarnya. Seperti memang tidak dianganggap kehadirannya. Taehyung, pemuda itu, mendengus keras.

Sialan. Batinnya dongkol.

Ia kemudian beranjak pergi. Malas melihat interaksi keduanya. Ah, sebenarnya ia bahkan sudah muak. Tapi, ia tak bisa berbuat banyak akan hal itu.

"Hyung! Mau kemana?" itu suara Jungkook.

Taehyung menoleh malas. Ck. Biasanya dia kelayapan saja tak ada yang peduli.

Tanpa menjawab pertanyaan Jungkook, Taehyung kembali melangkah. Meninggalkan dorm milik groupband BTS yang menurutnya terasa seperti neraka.

Ya, neraka untuk Taehyung yang tak pernah diharapkan kehadirannya.

Taehyung sudah tahu semuanya. Mulai dari alasan mengapa Jungkook tiba-tiba sok perhatian padanya, hingga alasan Yoongi hyung nya yang masih mempertahankan hubungan mereka meski Yoongi sendiri terlihat santai saja saat mendekati Jimin.

Seperti saat ini.

Memikirkannya saja membuat Taehyung kesal. Ah, atau mungkin marah? Taehyung sendiri tidak tahu apa yang tengah ia rasakan saat ini. Tahu-tahu, langkah kakinya telah.menuntun Taehyung kearah taman kosong yang terletak cukup jauh dan terpencil dari dorm BTS.

Seharusnya, Taehyung sudah terbiasa dengan kondisinya ini. Tapi, tetap saja rasanya menyesakkan ketika ia bahkan tidak tahu lagi harus membagi bebannya dengan siapa.

"Kalian jahat ..." gumamnya lirih.
Ia mengusak rambutnya kasar. Malam makin larut dan dingin.Taehyung bahkan lupa membawa coat nya ketika pergi. Saking kesalnya ia pada dirinya sendiri.

"Kenapa harus aku ..." monolognya lagi lirih.

Karena Taehyung bodoh. Ia hanya butuh kasih sayang saja. Lihat kan, setiap hari dia hanya mencari perhatian kita.

Deg.

"Ah, hyung-ie. Kau benar-benar menyakitiku", Taehyung tersenyum miris.

Begitu bodohnya ia yang bahkan masih mencintai pemuda kulit pucat dan bermulut pedas macam Yoongi. Meskipun ia tahu, alasan yang membuat Yoongi harus merelakan perasaannya sendiri.

"Mianhae, hyung. Mulai besok, aku akan lebih berusaha. Supaya tidak menyusahkan kalian lagi", kepalanya mendongak menatap langit malam diatasnya, "terutama kau, Yoongi hyung" lanjutnya sembari tersenyum sendu.

= = =

"

Aishh, bocah itu. Selalu saja seperti ini", Yoongi mendengus kala mendengar nama operator yang menjawab panggilannya.

"Kenapa, hyung-ie?" Jimin bertanya penasaran. Sedari tadi, Yoongi dan Jimin masih setia ditempat mereka duduk.

"Tidak apa, Jimin", Yoongi menjawab kalem.

Bocah sialan, kau, Kim Taehyung. Batin Yoongi kesal.

Jimin mengelus lengan Yoongi perlahan. "Hyung-ie, jangan terlalu di pikirkan, nde? Tae pasti pulang".

Yoongi mengangguk. Mengiyakan ucapan Jimin yang entah mengapa sedikit menenangkan  keresahan di hatinya.

Brak!

"Ah, maaf. Aku sedang mencari earphone milikku. Sepertinya tertinggal disini".

"Cari lah dulu, Namjoon hyung", suara Jimin terdengar setelah ia menganggukkan kepalanya.

"Ah, aku harus ke kamar. Jimin, kau masih mau disini?" Yoongi bertanya pada Jimin sembari beranjak dari duduknya.

"Bersama, hyung", kemudian Jimin menarik tangan Yoongi untuk meninggalkan ruangan itu. Bahkan, mereka tidak sempat berpamitan pada Namjoon yang masih sibuk mencari earphone nya.

Jimin terlalu bersemangat jika itu menyangkut Yoongi nya.

Yoongi nya?

Ah, belum mungkin?

Sedangkan Yoongi, ia hanya tersenyum melihat kelakuan menggemaskan laki-laki bermarga Park itu. Ia mengikuti kemana Jimin menariknya pergi sebelum suara pintu depan dorm yang terbuka membuatnya berhenti dan mengalihkan atensinya.

Itu Taehyung.

Yoongi melirik jam di dinding sebentar dan mendelik ketika melihat jarum jam menunjukkan pukul dua lebih seperempat.

Ini bahkan sudah hampir subuh. Kemana saja dia? Batin Yoongi.

Langkah Yoongi yang tiba-tiba terhenti membuat Jimin ikut berhenti. Ia kemudian menoleh kearah Yoongi untuk memastikan keberadaannya.

"Hyung?" tanya Jimin.

Perlahan, Yoongi melepaskan tautan mereka dan menoleh kearah Jimin seraya tersenyum lembut.

"Jimin-ah, kau duluan saja. Nanti aku menyusul", ujar Yoongi sebelum kemudian mengejar Taehyung yang melenggang kekamarnya begitu saja. Bahkan, memandangnya pun seperti tak sudi.

Jimin hanya mengangkat bahu tak peduli dan melanjutkan langkahnya ke kamar.

"Tae-ah!" panggil Yoongi pada pemuda manis yang sudah hampir dua tahun ini menjadi kekasihnya.

Namun, Taehyung tak menghiraukannya dan terus berjalan memasuki kamarnya. Kemudian, terdengar pintu terkunci dari dalam.

Yoongi menghela nafasnya pasrah. Tumben sekali Taehyung terlihat berbeda. Biasanya, jika Yoongi memanggil, bocah itu akan langsung berbalik dengan binar luci di matanya.

Meskipun begitu, Yoongi tidak berniat menemui Taehyung saat ini. Maka, dengan segera ia berbalik badan meninggalkan kamar Taehyung dan berjalan cepat untuk menemui Jimin.

Sementara Taehyung, ia mendudukkan diri dipinggir ranjangnya. Kembali menatap kosong pada cermin didepannya.

Ia tahu, Yoongi mengejarnya tadi. Namun, ia sudah terlanjur kesal  dengan pemuda itu. Mana ia melihat Yoongi dan Jimin berpegangan tangan pula.

Menghela nafas, Taehyung merebahkan tubuhnya diatas ranjang. "Aku harus menyiapkan diri untuk besok", lirihnya.

Setelahnya, Taehyung terlelap dalam tidurnya.

= = =

TBC

Parakan, 1st July 2020.

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang