Kisah seorang pemuda, yang berasal dari keluarga yang sederhana. Yang tidak memiliki apa-apa, hanya atap lah sebagai tempat berteduh mereka. Sedangkan alasnya, hanya tikar yang membentang panjang untuk mereka tiduri.
Orang tuanya hanya lah seorang petani. Segalanya mereka tanam, dari segi sayur-sayuran dan buah-buahan. Rezeki yang mereka cari hari ini, mungkin akan habis untuk hari itu juga. Begitulah kehidupan yang mereka alami.
Pemuda ini sudah berusia 20 tahun. Semasa ia sekolah, hari-hari nya ia habiskan untuk membantu orang tuanya. Tidak seperti anak pada umumnya, yang menghabiskan hari-harinya untuk kesenangan semata.
Pemuda ini pernah berjanji kepada kedua orang tuanya saat ia masih berada di bangku kelas 6 SD. "Ayah Ibu Kenapa aku tidak mendapatkan uang jajan, lihat itu ayahnya sering memberinya uang."
Sang ayah perlahan-lahan meneteskan air matanya, tidak sanggup lagi dengan apa yang diucapkan anaknya. Ayahnya pun langsung memegang pundak anaknya itu "nak, dia anak orang kaya. Sedangkan kita, kita tidak punya apa-apa. Kamu sekolah aja yang rajin, agar kamu menjadi orang yang berhasil"
Anak itu hanya bisa menundukkan kepalanya, tapi dengan lantang ia berkata "tapi aku berjanji ayah, aku akan menjadi orang yang sukses. Dan ayah tidak perlu lagi bekerja seperti ini" sambil memegang kedua tangan orang tuanya.
Pemuda ini bernama Raihan Daffa Maulana, atau sering dikenal dengan Daffa. Ia adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Ia memiliki seorang abang dan dua orang adik.
Abang nya sudah menikah sejak tamat SMA, dan sudah memiliki keturunan. Nasib abangnya Tidak jauh beda dengan mereka, abang nya juga seorang petani sedangkan istrinya jadi pembantu rumah tangga.
Daffa memiliki seorang adik perempuan, yaitu anak ketiga. Adiknya itu sekarang sudah berusia 15 tahun dan masih sekolah. Sedangkan anak keempat adalah seorang adik laki-laki yang masih berusia 8 tahun. Sayangnya ia berhenti sekolah karena orang tuanya tidak sanggup membayar uang sekolahnya.
Selain orang tua yang menjadi mata pencarian, Daffa dan adik perempuan nya itu bekerja setelah pulang sekolah. Namun tanpa sepengetahuan orang tuanya. Orang tua nya tidak pernah mengizinkan anak nya untuk bekerja, hanya belajar dengan rajin lah yang diharapkan oleh orang tuanya.
Daffa bekerja di sebuah rumah makan yang begitu ramai yang tidak jauh dari sekolahnya. Setelah ia pulang sekolah ia langsung menuju ke tempat kerjanya.
Walaupun gaji yang di dapat tidak seberapa, tapi dengan gaji itulah ia bisa melanjutkan sekolahnya. Buku yang harus ia beli, peralatan sekolah yang dibutuhkan hingga seragam sekolah. Tapi disaat ayahnya bertanya berapa harga dari semua itu, mereka menjawab "Ini gratis Yah dari sekolah." Mereka tau berbohong itu adalah dosa tapi mereka tidak ada pilihan lain.
Tapi Tuhan itu adil, di saat Ia memberikan begitu banyak kekurangan, disamping itu ada keistimewaan yang ia sisipkan
Pemuda itu memang miskin, namun ia hanya miskin harta tapi tidak miskin ilmu.
Itulah keistimewaan yang diberikan Tuhan untuknya. Ia pintar dalam segala bidang. Ia sering mendapatkan juara satu di kelas dan pernah mendapat juara 1 umum di sekolah nya.
Orang tuanya memang bangga, tapi di dalam kebanggaan itu ada rasa takut. Takut akan goyahnya tekat anaknya, karena mereka sudah tidak sanggup lagi menyekolahkannya.
*HIDUP INI BUKAN MEMBAHAS SEBAGAIMANA BANYAKNYA TAPI SEBAGAIMANA USAHANYA*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Roommate Became My Boyfriend
Teen FictionAku tidak mengerti kenapa aku bisa seperti ini pada teman sekamar ku. Kenapa aku bisa menyukainya, menyayanginya, padahal dia tidak pernah menghiraukan aku. Namun aku mengakui kebenaran itu, aku menyukainya, aku menyayanginya dan aku juga mencintain...