Bagian 3

1 1 0
                                    

Kemudian di tengah hari, Nisha sudah sampai di rumah. Dia pulang dengan wajah sangat lelah, seperti telah kehilangan mood karena bertemu dengan Suraj. Ketika memasuki rumahnya, tiba-tiba dia melihat Shivam bersama ayahnya di dalam rumah. Betapa herannya dia, karena sebelumnya belum pernah melihat Shivam ke rumahnya.

"Nak, kenapa berdiri disitu,.. ayo kesini, kenalkan ini sahabat kecil ayah. Sudah lama kita tak bertemu, terakhir bertemu waktu kuliah, ya kan Sameer?", Kata ayah dengan senang.
"Perkenalkan ini putri keduaku, Nisha.", Ayah sambil merangkul Nisha yang berniat untuk memperkenalkannya dengan sahabatnya.
Kemudian Nisha meminta berkat dari ayah Shivam.
"Kenalkan, ini putra semata wayangku, Shivam.", Ayahnya memperkenalkan putranya kepada Nisha.
Mereka saling menatap, seperti menyimpan kekesalan.

Ketika Nisha berada di luar rumah dengan berdiri sambil menatap gerimis, Shivam menghampirinya.
"Nisha, aku ingin memberikan..-"
"Memberikan apa?!, Memberikan ketidakberuntungan lagi?", Nisha berbalik arah ke Shivam dengan kesal.
"Apa maksudmu?, Ketidakberuntungan?, Ohhh haloo Nona, seharusnya aku juga bisa marah padamu. Kau tahu tadi, jalanmu terburu-buru dan tidak melihat orang di depanmu."
"Apa???,, Jadi aku yang salah begitu?, Kau ingat tadi?, Gara-gara kacamata hitammu itu, semua jalan yang ada di depanmu terasa gelap gulita."
"Jangan salahkan kacamata hitamku ya..!, Aku masih bisa melihat jalan."
"Kalau begitu kenapa menabrakku?, Seharusnya kamu bisa menghindar kan?"
"Sebelum aku menghindar, kau sudah menabrakku."
"Terserah, yang jelas kau yang salah."
"Wanita selalu benar.", Gumamnya.
"Kau bicara apa tadi?", Nisha mendengar gumam Shivam.
"Bukan apa-apa. Ini jam tanganmu.", Shivam menarik tangan Nisha dan meletakkan jam tangan di telapak tangannya. Lalu pergi.
Namun, Nisha menyetopnya.
"Ehhhh,, tunggu. Kenapa ada padamu?"
Shivam berbalik arah.
"Ada apa lagi?, Itu tadi jatuh, aku menemukannya, tapi aku lupa memberikan kepadamu waktu di kelas."
Nisha hanya terdiam dan masih heran.
"Jam tanganmu jatuh saja kau tidak tahu dan tidak memperdulikannya, lalu bagaimana dengan hatimu nanti yang jatuh kepada orang lain?"
Nisha hanya diam dan menatap Shivam. Lalu Shivam meninggalkannya.

------

"Kami pulang dulu ya, Veer.", Sameer memeluk sahabatnya.
"Hati-hati, lain kali kesini ya.", Ajak ayah kepada sahabatnya.
Mereka masih di depan pintu.
"Nak, kau sudah pernah bertemu dengan Shivam?", Tanya ibu kepada Nisha.
"Dia sangat menyebalkan, Bu.", Kata Nisha lalu masuk rumah.

Di malam hari, Nisha berada di kamarnya, duduk termenung di atas tempat tidur. Dia masih terbayang-bayang dengan kata-kata Shivam tentang hatinya di depan rumah tadi.
"Kenapa aku memikirkannya?, Kata-kata orang itu tidak bisa dipercaya.", Benaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mera Pyaar (My Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang