Dua Garis

59 5 0
                                    

Pagi itu, suamiku harus bergegas ke Surabaya untuk sebuah urusan. Entah mengapa, aku merasa ada yang berbeda dariku. Aku benar-benar kelaparan, tak kuasa menahannya, perih sekali.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi membeli makanan. Iseng-iseng aku membeli beberapa testpack untuk persediaan dirumah.

Setelah sampai dirumah, aku mengingat kembali kapan terakhir kali aku haid. Dan ternyata aku sudah telat satu bulan lamanya. Ingin sekali hati ini melakukan test kehamilan, namun aku takut, aku takut hasilnya negatif.

Aku memang tipe wanita yang haidnya tidak teratur. Apalagi beberapa waktu lalu ada kista di rahimku, jadi sudah terbiasa dengan hal seperti ini.

Tapi melihat gejala-gejala yang ku alami akhir-akhir ini, kuat dugaanku bahwa aku tengah mengandung.

Akhirnya aku memutuskan untuk melakukan test kehamilan tersebut.

Dan hasilnyaaaa, POSITIF.

Betapa terkejut aku saat itu. Air mata tak sanggup ku bendung lagi. Seolah tak percaya, aku melakukan dua test lagi, dan hasilnya tetap sama.

Aku langsung lari ke dalam kamar, sujud syukur atas kabar baik yang Allah beri saat itu. Aku menangis sejadi-jadinya.

Setelah itu aku memberi kabar kepada suamiku, dia pun turut bahagia dan memintaku untuk beristirahat saja.

Aku pun menghubungi kedua orangtuaku, betapa bahagia mereka mendengarnya. Tak lupa nasehat-nasehat mereka berikan agar aku dan calon anakku sehat dan baik-baik saja.

Hari itu, hari terindah dalam hidupku. Hari yang ku nantikan selama ini. Aku dan suami sudah menikah selama satu tahun empat bulan, dan Allah baru memberi kabar baik itu.

Beberapa bulan setelah kami menikah, dokter memvonis bahwa ada kista dalam rahimku. Betapa down aku dan suamiku saat itu. Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kista tersebut. Tapi suamiku tak mau, dia kurang begitu percaya dengan apa yag dokter katakan. Dia menyarankanku untuk mengonsumsi pengobatan ala Rasulullah, dan mengubah pola hidupku. Pelan-pelan aku mengikutinya.

Hari terus berganti.

Hasratku dalam memiliki momongan semakin tak terbendung. Belum lagi melihat teman-teman yang baru saja menikah tapi sudah Allah beri amanah itu.

Sedih.
Tak sanggup aku menahan air mataku setiap melihat teman-temanku memberi kabar kehamilan mereka.

Aku mulai menyerah saat itu. Seolah tak ada harapan. Seolah Allah tak adil terhadapku.

Kemudian aku mendengarkan murottal melalui youtube. Disitu ada arti disetiap ayatnya. Saat itu yang ku putar adalah Surah Maryam. Yaa aku begitu menyukai nama Maryam. Entah kenapa saat itu aku juga memutuskan untuk mendengarkannya.

Tak kuasa aku menahan air mataku.

"......Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku" (QS. Maryam : 4).

Ya, ayat itu menyadarkanku seketika. Betapa malunya diri ini.

Awal dari surah itu menjelaskan tentang Nabi Zakaria yang sudah berusia tua renta dan istrinya mandul, namun sangat ingin memiliki keturunan. Tak pernah lelah dalam berdoa, meminta kepada Alla Azza Wa Jalla. Tak pernah berputus asa dalam menjalani takdir yang Allah beri.

Sedangkan aku?
Allah baru mengujiku seperti ini, aku sudah menyerah. Aku sudah bersuudzon padaNya.

Astaghfirullah.

Pelan-pelan aku mulai mengikhlaskan semuanya. Aku mulai menjalani kehidupanku seperti biasa. Tak pernah putus dalam berdoa dan berikhtiar.

Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Yang dapat menolak takdir hanyalah doa. Yang dapat menambah umur hanyalah amalan kebaikan." (HR. Tirmidzi)

Tak terasa satu tahun kami menikah. Saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. Aku meminta suami untuk menemaniku melakukan pemeriksaan tentang kista yang ada dalam rahimku.

Keesokan harinya kami pergi ke salah satu Dokter Kandungan langganan teman-temanku. Walaupun lokasinya cukup jauh dari rumah orangtuaku.

Begitu sampai disana, sudah banyak ibu-ibu hamil yang sedang menunggu antrian. MasyaaAllah, betapa bahagia raut wajah mereka. Aku begitu ingin merasakan hal itu. Tapi sudahlah, bukan itu yang ada dalam pikiranku.

Tak lama, tiba giliranku untuk masuk ruangan. Dokternya begitu ramah dan santun. Bertanya apa yang sedang ku alami saat itu sambil melakukan usg.

Aku hanya bertanya, "Apa baik-baik saja dok?"

"Alhamdulillah baik, tidak ada yang bermasalah bu. InsyaaAllah sehat" ucapnya.

"Bukan kah ada kista disitu bu, dibagian kiri rahimnya".

"Tidak ada bu, insyaaAllah bersih dan sehat" ucap dokter meyakinkan.

Tak henti-hentinya aku mengucap alhamdulillah saat itu. Betapa bahagia hati ini mendengarnya.

Yaa, aku sembuh.
Aku yakin Allah akan menyembuhkanku.
Aku yakin Allah akan mengabulkan doa-doaku.

Setelah itu aku kembali menjalani kehidupanku seperti biasa. Tak begitu fokus akan momongan. Aku menyerahkan semua kepada Allah Azza Wa Jalla. Tak lagi sedih melihat orang lain sedang mengandung. Mulai terbiasa dengan hal-hal seperti itu.

Hingga, tiba-tiba Allah memberi kabar bahagia itu untukku.

"......Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku" (QS. Maryam : 4).

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malaikat KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang