Seorang pemuda bersurai orange berjalan dengan tergesa gesa melangkah dengan cepat dilorong lorong yang ada menuju satu tempat
BRAKK...
"TEME SIALAN!! " bentaknya saat masuk kedalam ruangan itu tak perduli pemuda yang kini menatapnya datar, tak perduli ini ruangan siapa
Karena saat ini dirinya benar benar kesal dengan temannya ini Uchiha Sasuke si pantat ayam sialan
"Apa apaan kau?!! Kau fikir aku suruhan mu??? Kenapa kau tidak pulang saja brengsek!! Telfonku berdering panjang hari ini karena bibi Mikoto " sembur pria yang bernama Uzumaki Naruto
"Hn"
Sialan!! Pemuda pantat ayam ini memang menguji kesabarannya, jika saja dia bukan sahabatnya mungkin pria ini tak akan hidup lagi, ARGHHH....
Entah apa yang terjadi di mansion utama Uchiha hingga Sasuke melarikan diri dari rumah bagai pengecut dan sekarang berakhir dengan dirinya yang ikut dalam masalah si pemuda ini dan dirinya jugalah yang menjadi sasaran amuk dari nyonya mikoto
Naruto berjalan dan duduk disofa ruangan Sasuke yang kini mengabaikannya memilih fokus pada kerjaan pemuda itu, Naruto menghela nafas kasar
"Jangan jadi pengecut Sasuke, berbicara lah jika itu sebuah penolakan" ucap Naruto yang kini berubah santai berbeda saat masuk tadi
Sasuke tak membalas dan tetap memilih diam mengabaikan Naruto yang kini kesal menatap sahabat sepopoknya ini
"Hah~ terserah padamu tapi bibi mikoto khawatir padamu, pulanglah walau hanya sebentar atau bicarakan ditelfon aku tidak mau menjadi sasaran nyonya Uchiha"
Sasuke menghela nafas lalu menatap Naruto sebentar lalu fokus kembali pada laptopnya
"Hn, jika hanya itu pergilah" ucap Sasuke yang kini mendapatkam pelototan tajam dari Naruto
"Pantat ayam brengsek!! Sudahlah, aku hanya ingin mengatakan jika kau harus menghubungi nya, bibi mikoto menelfon dia dan karena itu dia jadi khawatir padamu"
Pemuda itu pergi meninggalkan Sasuke yang masih diam kini dia menatap ponselnya yang berdenting dan itu pesan dari ibunya namun Sasuke mengabaikannya
"Sudah 3 tahun ya? " bisiknya pelan
.
.
.
.
.
.
.
.
.Seorang gadis bersurai indigo duduk disebuah ayunan ditaman bermain, banyak yang ada dipikirannya
"Hinata? " suara itu membuatnya menoleh
"Neji nii? Ada apa? " tanya gadis itu menatap pemuda berambut coklat panjang itu, yang kini berdiri didepan nya membuatnya harus mendongak menatap kakaknya ini
"Kau baik baik saja? " tanya pemuda itu
"Iya, kau tak perlu khawatir"
Neji menatap adiknya itu dalam diam, dia kemudian berjongkok dan menggenggam tangan gadis itu dengan lembut
"Jika kau tidak mau kau bisa menolak Hinata" ucap Neji
"Aku baik baik saja kak, tapi untuk menolak aku tidak yakin. Ayah selalu tetap pada keputusan nya" ucap Hinata
"Maafkan aku"
"Ini bukan salahmu kak, ini memang sudah seharusnya aku berharap kalau semua akan baik baik saja"
"Apa dia sudah tahu? "tanya Neji dan dibalas gelengan halus dari Hinata
"Aku tidak tahu"
"Kau tidak berniat memberi tahunya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect In Love
FantasySemua ini terlalu rumit dan aku terjebak didalamnya kenapa Tuhan menciptakan takdir seperti ini padaku? Apakah rasa cinta harus merasa sesakit ini? Jika iya tolong bantu aku menghilangkan nya