PART 1
Dalam sepi angin malam, aku terbawa oleh suasana, dingin, gelap, sepi itulah suasana favorit bagiku dimana kutemukan kedamaian dan ketenangan.
Kini aku telah berada ditengah-tengah gelapnya malam, disini lah aku didepan toko pinggir jalan yang sudah tutup beberapa jam yang lalu, jalanan pun mulai rengang karna malam mulai larut, kuhisap dalam-dalam rokok yang berada diantara jari-jariku, kunikmati rasanya dan kuhempaskan asapnya, begitu nikmat rasanya tiada duanya.
Kulirik sekejap arloji yang setia melingkar dipergelangan tanganku,
'01:30 huh, kuhempaskan napas ini dengan kasar
"Bro!!" entah siapa dia berani sekali membuatku terkejut
"Njir, Lo berani-beraninya ngagetin gue ya" kutatap wajahnya dengan tatapan tajam
"Hehe, maaf, maaf Ya gue reflex tadi," timpalnya dengan cengengesan
"Lo dari mana" sedikit basa basi mungkin akan mencairkan suasana dimalam ini.pikirku.
"Biasa patroli" dengan bangganya ia menyebut kata patroli
"Halah elu, patroli aja bangga, btw si Rijwan gak bareng sama lu"
"Kagak, tadi dia duluan, katanya sih ada urusan" jelasnya panjang lebar
Kujawab saja dengan anggukan
"Sekarang jam berapa Ya" tanya Rio padaku
Kulirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kiriku
"02:15, eh gue pulang dulu ya dah cape nih" entah kenapa rasanya diri ini ingin segera kembali kerumah dan menemui omah Eli
"Tumben tumbenan lu jam segini dah pulang, lu lagi ada masalah ya?" Tanya Rio padaku
"Hah! Lu tau aja Ri, gue udah kepengen curhat ama omah Eli," jawabku dengan seringai kecil
"Jam segini mana masih melek nenek tua Bangka itu" Rio menyeringai
"Lu jangan berani-berninya jelekin nenek Eli didepan gue ya! Karna gue paling gak suka sama orang yg udah berani jelekin nenek Eli walau itu temen gue! termasuk elo!" suaraku meninggi saat Rio mulai memanggil nenek Eli situa Bangka sungguh rasanya sakit hatiku saat nenek Eli dijelek-jelekan oleh Rio
"Dah gue pulang dulu bye" aku pergi meninggalkan Rio yang sedang menunduk dengan tatapan kosong. Aku berdiri dari tempat yang sedari tadi kududuki dan mulai melangkahkan kaki ini meninggalkan tempat tongkrongan, lalu membuang sisa batang rokok yang sedari tadi kuhisap
Sedikit berlari membuat perjalananku sedikit cepat sampai pada tujuannya yaitu rumah nenek Eli
15 menit, sudah kuhabiskan waktuku untuk berlari kecil dari tempat tongkrongan kerumah nenek Eli, sebenarnya aku tak tega untuk mengetuk pintu rumah nenek Eli karna itu pasti akan menganggu waktu istirahatnya, tetapi rasa ingin berbagi masalahku ini lebih besar daripada rasa tak enak kepada nenek Eli
Tok tok tok
Dengan ragu kuketuk pintu rumah nenek Eli
1 detik
2 detik
3 detikCeklek'
Pintu terbuka dan menampakkan seseorang yang sangat kusayanngi yang telah membesarkanku hingga aku sebesar ini
"Omah ...." Dengan manja aku mengayunkan tangan kananku dan mengambil alih tangan kanan nenek dan berlalu mencium punggung kanan Omah Eli dengan halus
"Syut! Jangan berisik sayang, nanti tetangga pada bangun ...." Omah Eli mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang dan
"Sini, sini, uh... Cucu omah, sini omah peluk" omah menarik tubuhku dan memberikam pelukan erat yang membuatku tenang seketika
"Omah... Risa kangen bunda...." Kupejamkan mata ini erat-erat agar tak mengeluarkan air mata walau hanya satu tetes, aku tak mau terlihat lemah dihadapan semua orang termasuk omah Eli
"Sini masuk dulu ya... Biar omah buatin teh hangat, pasti kamu kedinginan kan" omah menuntunku kedalam rumahnya
Huh' kuhempaskan napas ini dengan gusar, kalut sudah pikiranku saat ini
"Omah tahu, kamu pasti rindu sangat pada bundamu itu, tapi apalah daya ini sudah takdir nak, kita hanya bisa berdoa' agar bunda bisa ditempatkan disyurganya" omah menasihatiku dengan begitu bijaknya
The end
Ikuti terus cerita SARANGHAE to my HARIM ya gaes
KAMU SEDANG MEMBACA
SARANGHAE to my HARIM
Teen Fiction'Klarisa Nur Laila' gadis yang cantik rupawan dengan rambut sebahu hitam legam, bibir merah keunggu-ungguan yang diakibatkan seringnya merokok, dan kulit putih Langsat, gigi gingsul ditambah dengan tubuh yang ideal yang membuat dirinya sempurna Dima...