QFTK #2

7.5K 1.2K 178
                                    

SKUYYYY RAMEIINNN !!!!


























"Aku tidak mau!"

Chanyeol mendengus kesal, ia masih setia berdiri dengan kedua tangannya yang bersidekap di depan dada. Matanya mendelik tajam pada sang Nenek yang sedang duduk di belakang meja kerjanya.

Sedangkan Baekhyun yang juga masih setia berada disisi Chanyeol, hanya bisa meringis mendengarkan pertengkaran antara nenek dan cucu ini.

"Aku tidak memintamu untuk menolak." Balas Nenek Park dengan santainya, membuat Chanyeol kembali memprotes.

"Nek, tak bisakah kau mempertimbangkan ini sekali lagi?! Mau ku letakkan dimana wajahku jika aku harus menjadi petugas kebersihan?!" Teriaknya protes, membayangkan pekerjaan yang menurutnya berhubungan dengan sesuatu yang kotor. "Pokoknya aku tetap tidak mau!"

Nenek Park menghela napasnya, cucunya benar-benar tak mengerti kondisi tubuh yang sudah rentan ini. Bahkan ia masih berdebat dengan orang yang sudah sangat tua.
"Baiklah." Ucapnya membuat senyum kemenangan terlukis di wajah Chanyeol, kepada pemuda itu mengangguk-angguk. Setuju dengan keputusan sang Nenek.

Namun detik berikutnya ucapan sang Nenek membuatnya malah memprotes dengan keras. Matanya melotot tak terima sedangkan rahangnya terjatuh hampir menyentuh lehernya.

"Tapi kau akan ku coret dari daftar calon pewaris!" Ucap Nenek Park dengan tegas.

Matanya mengerjap cepat, ia membuka lalu kembali menutup mulutnya. Tak percaya dengan sikap sang nenek yang ia ketahui berhati lembut itu.

"Oh Astaga!" Keluhnya sembari memegang leher belakangnya. "Nenek jangan berbuat curang seperti itu! B-bagaimana b-bagaimana bisa nenek berbuat sekejam itu pada diriku?! Kau bahkan sangat tega melakukan ini kepada cucu tersayangmu huh." Komentarnya berlanjut.

Yang benar saja. Di satu sisi ia tak ingin mengambil pekerjaan hina seperti itu, tapi di sisi yang lain jika namanya di coret dari daftar pewaris itu benar-benar merugikannya. Ia tak akan dapat fasilitas yang sudah selama ini ia nikmati. Teman-temannya akan menjauhinya, begitu juga gadis yang baru saja ia ajak kencan minggu kemarin.

Oh shit! Dia bahkan sudah menjanjikan sebuah mobil mewah untuk hadiah ulang tahun gadis itu.

"Itu adalah konsekuensi yang harus kau terima. Aku tak bisa membiarkan kau berfoya-foya seenakmu, kau hampir tidak di rumah setiap hari. Dan hanya bersenang-senang saja yang kau tahu, sedangkan banyak orang yang bekerja disini mereka lebih membutuhkan uang yang kau hamburkan secara percuma itu." Nenek Park memberikan sedikit ceramah yang hanya di tanggapi malas oleh Chanyeol.

Pemuda tampan itu mendesah pelan, lalu melirik oramg asing di sampingnya. Baekhyun yang merasa di pandangi pun menoleh dan hanya sebuah kerjapan mata yang ia berikan.

"Baiklah, berapa lama aku harus menjalankan ini semua? Satu jam, dua jam, atau dua hari?" Tanya Chanyeol yang begitu mengharapkan jika hukuman sang nenek tidak membuatnya menderita. Satu atau dua jam itu tak masalah baginya dan dia akan menyelesaikan hukuman itu secepat mungkin.

"Tiga bulan."

"Huh?" Chanyeol membeo. Ia membungkuk, mendekatkan sedikit telinganya pada sang nenek. "Maafkan aku, Nek. Sepertinya pendengaranku sedikit terganggu tadi. Kau bilang apa tadi?"

"Masa hukumanku adalah tiga bulan. Kau harus bekerja dengan baik dalam jangka waktu tiga bulan, jika kau bolos satu hari maka masa hukumanmu akan ku tambah menjadi lima hari." Ulang Nenek Park dengan tegas dan juga lugas.

Dan Chanyeol tak bisa lebih drama dari itu. Tiba-tiba saja kedua kakinya melemah, hingga ia harus bertopang pada meja kerja sang nenek. Wajahnya ia buat sememelas mungkin, agar diberikan sedikit keringanan.

"Nek, kau tega sekali dengan cucumu ini. Bagaimana aku harus menjelaskan dengan semua temanku?"

Nenek Park pura-pura tak mendengar, ia melengos.
"Dan selama tiga bulan, kau akan tinggal bersama dengan Baekhyun di rumahnya."

"Ya?! / APA?!"

Baekhyun yang sejak tadi hanya diam pun seketika terkejut. Raut wajah keduanya menampilkan ekspresi yang sama, shock berlebihan. Dengan mata yang membesar dan hamoir keluar, juga rahang mereka yang sama-sama hampir menyentuh leher.

"Nek, kau tidak bisa begitu padaku?! Baiklah, aku akan menjalankan hukuman darimu. Tapi tolong lah, alu tidak akan bisa tidur selain di kamarku sendiri." Protes Chanyeol yang merengek tanpa sadar. Pemuda tampan itu menghampiri sang nenek dan berlutut, seraya mengusak wajahnya di paha wanita tua itu.

Pemandangan aneh yang tak luput dari pengelihatan Baekhyun. Bagaimana pemuda yang tadinya sekeras batu bata sekarang merengek seperti anak kecil yang menangis tak rela di tinggal orang tuanya. Anak orang kaya memang negitu dimanja, hanya dengan bersih-bersih saja seakan diminta untuk belerja bangunan.

"Nah Baekhyun, ku harap kau menerima permintaanku. Sebagai balasannya, gajimu akan kuberikan dua kali lipat selama Chanyeol yang menjadi tanggung jawabmu."

Penawaran yang menggiurkan, ia akan mendapatkan gaji yang lebih besar selama tiga bulan. Ia bisa membelikan makanan yang lebih berkualitas untuk Ayah dan adiknya. Juga bisa membayar les private adiknya.

Kemudian matanya beralih pada Chanyeol yang mengedipkan satu mata ke arahnya berkali-kali sembari mulutnya yang mengeluarkan rengekan. Baekhyun bukannya tak tahu isyarat yang di berikan pemuda asing itu padanya. Namun ini adalah kesempatan emas yang belum tentu datang untuk kedua kalinya.

"Bagaimana, Baekhyun?" Tanya Nenek Park dengan senyum misteriusnya, namun di mata Baekhyun itu adalah senuah senyum tulus untuknya.

Maka tanpa ragu, pemuda cantik itu mengangguk dengan senangnya.
"Baik, Presdir. Saya akan berusaha sekuat tenaga agar cucu anda bekerja dengan baik."

Keduanya melempar senyum kepuasan satu sama lain, melupakan raungan pasrah dari Chanyeol di bawah sana.

"Aku sangat menyukai pemuda yang penuh semangat seperti mu." Puji Nenek Park yang di balas ungakapan terima kasih malu-malu dari Baekhyun. Lantas matanya beralih pada sang cucu yang terlihat seperti hidup segan mati tak mau. "Bangkitlah dari dudukmu itu. Kau tidak malu pada Baekhyun? Merengek seperti anak kecil.

Matanha mengerjap, ia berdehem. Sadar akan situasi yang bisa mencoreng ketampanan dan kewibawaannya, Chanyeol segera bangkit dari acara berlututnya. Ia kembali berdehem, sembari membersihkan dan merapikan bajunya yang menebarkan bau alkohol yang menyengat.

"Baiklah, bisa aku pergi sekarang Nenek?" Tanya Chanyeol yang hanya dibalas anggukan remeh dati sang wanita tua itu. Pemuda tampan itu mengangguk, lalu dengan langkah angkuhnya ia berlalu dari sana. Disusul Baekhyun yang juga membungkuk pamit pada sang Presdir.

"Tuan Park." Panggil Baekhyun pada Chanyeol yang lebih dulu melangkah. "Kau ingin kabur ya? Aku akam mengadukanmu kepada Presdir."

Chanyeol berdengus kesal, ia menghentikan langkahnya dan memasukkan kedua tangannya pada salu celana jeansnya.
"Kau ini tukang pengadu ya? Lagi pula aku sudah sangat bersemangat ingin memulai pekerjaanku."

Baekhyun memutar bola matanya malas, ia menunjuk sisi kirinya dengan tak minat.
"Jalannya ke arah sini, bukan ke sana."

Pemuda tampan itu diam-diam meringis, ia berdehem. Lantas segera memutar arah dan kembali berjalan dengan angkuhnya.

"Cepatlah, kenapa jalanmu lambat sekali?! Aku harus segera menyelesaikan hukumanku!" Titahnya seakan dia adalah seorang bos.

Baekhyun yang melihat itu menyipitkan matanya kesal, kemudian ia menghela napasnya berat. Lalu melangkah mengikuti Chanyeol di depannya. Dan ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, kala pemuda tampan itu menutupi wajahnya dengan jaket yang ia kenakan.

"Dasar anak orang kaya."

Sepertinya ini adalah hal berat yang harus ia lakukan. Bisakah ia mencabut perkataannya kembali?



























To Be Continued

QUEEN FOR THE KING [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang