Cerpen ~ Kembali Pulang

13 1 0
                                    

Medan.

Sabtu,
03 Juli 2020.

♡♡♡

Aku adalah anak tunggal dari orang tua yang yah, cukup harmonis. Tapi mungkin dulu aku tidak tau bagaimana kisah mereka sampai harus selalu harmonis seperti itu. Aku sekarang sudah berumur 23 tahun. Tapi memang belum pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki partner atau pasangan. Aku lebih suka menyebutnya dengan pasangan dari pada pacar karena bagiku pacar adalah untuk anak SMA atau mungkin anak labil yang selalu mendamba akan hadirnya seseorang atau dekat dengan lawan jenis yang bisa membuatnya tertawa. Padahal kan ya, kalo nanti mereka putus atau pisah bisa juga break pasti bisa juga tidak saling sapa ataupun bisa juga saling memaki mencaci dan segala macam hal. Itu sih menurutku tindakan yang kurang dewasa. Tapi, mauLQ bagaimana lagi? Tidak semua orang harus sama. Bahkan orang kembar pun memiliki sifat yang berbeda...

***

Aku ingin sedikit menceritakan kisah yang menurutku bisa menjadi sebuah pengalaman ataupun menjadi pelajaran. Terserah ingin ingin menjadikannya pelajaran hidup atau pelajaran dalam memilih hal yang mana benar dan salah juga tentang pasangan hidup. Bagaimana kamu menilai nya setiap orang punya pandangan yang berbeda beda.

Saat itu aku masih SMP dan kira kira masih kelas satu. Itu sih seingatku. Karena aku pun sepertinya lupa. Yah, aku adalah orang dengan ingatan yang kuat bahkan ketika aku berumur 3 tahun aku bisa ingat permainan apa saja yang sudah bisa aku mainkan. Tapi permasalahannya adalah kadang kala ingatanku itu minus atau bisa lupa kapan aja saat dibutuhkan. Lucu? Tidak sih, namanya juga manusia. Itu mah lumrah. Hehe.

Jadi, ibuku pernah bercerita bahwa dulu mereka pernah berpisah, ya maksudnya adalah ayahku dan ibuku ketika aku masih kecil kira kira berumur 1 tahun, Ayah pergi selama setahun lebih begitulah kira-kira. Akupun sebenarnya tidak terlalu tau bagaimana ceritanya.

Tetapi yang pasti ayah dan ibuku memang berbeda keyakinan, hanya saja saat belum  menikah dengan ibuku pun memang ayah sudah berpindah keyakinan jadi, tidak bisa dikatakan bahwa ayahku mengganti keyakinan nya karena ibuku atau karena menikah dengan ibuku. Hanya saja, banyak orang yang beranggapan seperti itu. Yah, namanya juga orang - orang ya dan aku mah diam saja santai karena tidak tau mau merespon apa juga. Ya tapi karena memang pada kenyataannya kan ga semua sama.

Kalau kata ayah mah, biarkan orang berspekulasi yang penting kita yang jalani aja ga terbebani, kritik yang baik diambil lalu yang buruk buang dan yang ga penting abaikan. Jadi dulu ada cerita sedikit tentang ya, permasalahan rumah tangga.

Family's matter atau problematik keluarga. Ya begitulah aku menyebutnya. Mungkin itu sampai sekarang tapi yang aneh nya adalah saat itu bukan ayah dan ibuku yang bertengkar tetapi tanteku yaitu keluarga dari ibuku. Lebih tepat nya adik perempuan ibuku yang paling kecil bertentangan dengan ayahku sampai ayahku harus pergi.

Sebenarnya ayahku tidak ingin pergi tapi mungkin orang ya, namanya juga sakit hati jadi terpaksa ayahku pergi dan meninggalkan aku serta mama.

¤¤¤

Jadi, saat itu ayahku bertengkar dengan tanteku sampai menyebabkan ayah pergi, yang paling disesali oleh ibuku adalah dia tidak ikut dengan ayah. Ibu ku sedikit menyesal dengan keadaan nya saat itu juga dengan kedua orang tua nya yakni, kakek dan nenek ku. Mereka tidak membantu ayah atau ibu atau setidak nya tidak terlalu ikut campur tapi yang ada mereka justru membiarkan saja ayahku pergi sampai ibuku merasa bahwa itu adalah salah dan keadaan yang salah memang. Yah, dan akhirnya selama setahun ayahku pergi, Ibu ku banyak menangis. Ibu bilang saat itu adalah saat terberat yang dia alami setelah melahirkan ku. Karena sering diam diam menangis saat semua orang sedang tidur nyenyak. Apalagi saat di mana aku selalu memanggil ayah untuk pulang. Saat itu umurku sudah hampir dua tahun dan aku sudah cukup fasih mengatakan ayah atau mama. Karena memang kata mama aku adalah anak yang aktif. Tipe yang cepat berjalan dan tumbuh gigi juga lancar berbicara bahkan di umur dua tahun aku sudah fasih.

Di mana aku sering memanggil nama ayah untuk pulang ibuku Selalu bersedih. Aku tidak tau dan mungkin belum tau. Untuk anak sekecil itu aku tidak terlalu tau atau memperhatikan bagaiman raut wajah ibuku. Karena yang aku tau pun ayah pergi karena bekerja. Ya, walaupun pemikiran itu tidak lah salah. Ayah memang pergi bekerja dan yang mama ku tau dia akan kembali pulang. Akan ada waktunya dia kepada kami kembali.

Lama.? Tidak juga. Tapi namanya suami dan istri satu tahun setengah berpisah ya termasuk lama dan tidak kembali. ayahku pergi selama itu dan aku bahkan selalu menanyakan bagaimana kabarnya setiap hari. Aku selalu memanggilnya di kala sore hari ketika ibuku memberi makan ternak nya yang berupa kerbau saat itu.

Ya, ayah memang kerja dan aku tau dia akan pulang. Pemikiran itu selalu terlintas. Walau aku tidak berjumpa lama. Dan ayah pun tidak pernah melihatku tetapi ternyata dia selalu bertanya keadaan ku secara diam diam kepada saudara angkatnya yang mana itu adalah sepupu ibuku juga.

Di saat itu ibuku sangat sedih, jatuh terpuruk tetapi dia tak pernah mengeluh bagaimana tidak. Ibu ku tidak bercerai semua orang tau dia bersuami dan aku punya ayah tetapi, dia tak dapat melihat suaminya dan aku tida bisa berjumpa dengan ayahku. Semua nya karena keegoisan. Keluarga? Ya, keluarga ibuku lebih tepatnya. Tapi aku pun tidak bisa membenci mereka, mengapa ? Karena saat itu aku masih kecil. Dan ingat? Yang aku tau ayah pergi bekerja. Yang paling menderita adalah mama. Saat itu dia harus kerja lebih keras lagi untuk melupakan sedikit masalah hidupnya, untuk sedikit menghindari pertanyaan dariku seperti, "kapan ayah akan pulang?" Ibu tersiksa? Ya, jawabannya adalah IYA. Dia yang mengatakan nya kepadaku. Karena saat dia bekerja di kebun kakek dan nenek ku dia harus meninggalkan ku dan menitipkan pada kakek dan nenek ku.

Aku sebenarnya tidak tau apa permasalahan mereka. Namun, ayahku saat itu tidak ingin kembali. Hanya saja dia mengingatku. Hanya karena aku mungkin juga karena memang dia masih sayang kepada ibuku. Hanya saja jika ditanya,
ayah akan menjawab "kamu anakku maka sudah tanggung jawabku untuk segala hal yang ada, dan ayah tidak pernah rela tanggung jawab itu diemban orang lain selain aku."

Dari situ aku tau ayah pulang karena sangat menyayangiku dan mungkin tidak akan pernah tergantikan. Walau dia sayang juga pada ibuku.

Jadi, saat ayah pulang kami langsung pindah ke Riau, pekanbaru di sebuah kota kecamatan yang tidak terlalu jauh dari kota ataupun tidak terlalu terlihat bagai sebuah desa.

Saat ayah pulang dan membawa kami kehidupan lambat laun membaik dan rezeku sedikit demi sedikit ada walaupun tidak banyak setidaknya menjadi sederhana tidak lah dosa asal cukup untuk makan dan bersama dengan orang yang disayang. Itulah adalah sesuatu yang selalu ku ingat dari ayah.

"Untuk apa kaya jika tidak punya waktu untuk keluarga?"

Kata - kata itu selalu ku ingat dan kujadikan pedoman ku ke mana pun aku berada dan melangkah.

Ya, walau kita tau "ada uang waktu yang akan berkurang, namun banyak waktu maka uang yang tak ada."

Itu sudah biasa. Namun untuk saat ini aku benar benar menikmati sedikit waktu dengan keluargaku walau aku jauh dari ayah dan ibuku. Tetapi, ketika mereka bersama dan bahagia aku juga bahagia. Apalagi ketika natal dan tahun baru kami akan berkumpul bersama. Itulah adalah kebahagiaan yang hakiki menurutku.

Semoga kami selalu bersama setelah pernha terpisah. Karena apapun yang terjadi dan pernah dialami jadikan pengalaman dan pembelajaran. Karena semua ada hikmah nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kembali Pulang ( cerpen : Selesai ) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang