EPS 1 : Mila-Nor

53 5 3
                                    

Namaku Yolkho

Aku tinggal di pinggiran kota Aster, salah satu kota dari negara paling maju di bumi, negara Atlen. Negara tempatku tinggal disebut benua yang hilang pada zaman kalian, benua Atlantis.

Sejak kecil, aku hidup sebagai petani kopi. Aku telah di tinggal oleh kedua orangtua ku, mereka berdua meninggal karena perang saat aku masih berusia 3 tahun. Yang aku tahu, orangtuaku adalah petani kopi juga. Aku diasuh oleh bibi Amar, seorang petani kopi yang mengadopsiku. Bibi Amar juga telah di tinggal oleh orang terkasih nya karena perang. Kini aku berusia 17 tahun, kegiatan sehari-hariku adalah bertani dan berlatih kemampuan, baik magis maupun fisik.

Di zamanku tidak ada yang namanya sekolah akademis, yang ada hanyalah sekolah ilmu magis dan fisik, fisik yang dimaksud adalah ilmu berperang karena perang adalah trend dan menjadi kompetisi yang menentukan peringkat suatu wilayah.

Sekolah di zaman ini sangatlah mahal dan ketat seleksi masuknya. Di kawasan ku tinggal aku memiliki tetangga yang merupakan tenaga pengajar di salah satu sekolah termewah di Aster, yaitu unit sekolah NeA. Tetanggaku bernama Aro, aku sering memanggilnya sebagai Pak Aro. Selain mengajar di NeA, Pak Aro juga sering menggunakan waktu luangnya untuk bertani kopi. Saat sedang bertani kopi, pak Aro juga sering mengobrol denganku tentang NeA, dari obrolan-obrolan itu aku jadi mengenal ilmu yang ada di sekolah dan mencoba menerapkannya dengan kemampuanku dibantu dengan pak Aro. Bibi amar juga senang melihatku berlatih sejak kecil dibantu pak Aro

Hari-hari berlalu seperti biasa, dengan bertani kopi dengan beberapa petani lain. Namun semua berubah sejak berita bahwa turnamen Mila-Nor dibuka untuk semua kalangan. Mila-Nor adalah sebuah turnamen dengan tujuan mencari para petarung terkuat di alam hidup yang sanggup menjaga keseimbangan dunia. Sejak dahulu, turnamen ini hanya diperuntukkan bagi kalangan kaum elite yang telah menyelesaikan sekolah tinggi, namun kali ini turnamen dibolehkan untuk semua kalangan dan semua ras.

Aku langsung mandi setelah pulang bertani. Hari mulai malam, setelah makan malam aku langsung tiduran di kasur. Anehnya, walaupun tubuhku kelelahan tapi ada satu hal yang terus mengganjal pikiranku sejak tadi siang. Turnamen Mila-Nor, apakah aku harus mengikuti nya atau tidak. Aku sangat ingin bersaing bersama orang-orang hebat, aku bosan melakukan kegiatan sehari hari hanya dengan bertani, kemampuan fisik dan magis yang kulatih sejak kecil pun tidak akan berguna jika tidak ada wadah yang menampungnya.

Aku bimbang, disatu sisi aku sangat ingin memaksimalkan kemampuanku, disisi yang lain aku tidak tega untuk meninggalkan bibi amar yang semakin menua dengan pekerjaannya. Pikiran-pikiran ini membuatku susah tidur.

Hari sudah pagi dan aku tidak sempat tidur. Bibi amar sudah bersiap pergi ke ladang, sedangkan aku masih terdiam dikasur, masih memikirkan keputusan apa yang harus kuambil.

"Yol cepat siap-siap, kita ke ladang" ucap bibi Amar yang melihatku yang masih terdiam di kasur.

Aku mengangguk dan segera mengambil peralatan bertani. Jika tidak ada aku bibi akan susah membawa semua alat tani yang berat ini, karena aku satu-satunya cowo di rumah.

..........................

FARM

..........................

Sekarang adalah waktunya tanaman kopi untuk panen, maka kami harus bekerja lebih semangat dari biasanya. Tapi entah kenapa aku merasa tidak bersemangat sama sekali. Mungkin ini efek karena tidak tidur semalam.

"Ikut turnamen apa engga ya" sahut pikiranku yang selalu berhasil memutilasi sang realita tanpa sisa.

Hal itu terlintas begitu saja di benakku, aku mulai berpikir lagi harus ikut atau tidak.

Hidden TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang