"Tidak ada yang tau tentang takdir orang lain begitu juga dengan takdir diri sendiri."
.
.
.
.
.Happy Reading!!!
Soobin terbangun di zebra cross, ia menatap sekelilingnya. Di depannya terdapat mobil dan motor yang berjejer menunggu lampu hijau. Soobin tak tahu kenapa ia bisa bangun di sini dan tidak ada yang memperdulikannya. Lampu lalu lintas menunjukkan warna hijau, Soobin segera bangkit dan berlari mengikuti seorang laki-laki yang melewati zebra cross.
Soobin membeku seketika melihat laki-laki itu menoleh memperlihatkan wajah yang rusak malah nyaris hancur. Soobin berteriak histeris lalu berlari berlawanan arah.
Sebuah mobil putih melaju kencang ke arahnya, membuat Soobin terpaku. "AKH!" teriak Soobin sambil menutup matanya.
Soobin membuka matanya perlahan. Soobin meraba badannya lalu menatap mobil tadi yang sudah pergi menjauh. Aneh, pikir Soobin.
Tanpa Soobin sadari ada sebuah mobil truk di belakangnya dan menembusnya. Soobin kembali menatap tangan dan badannya.
Soobin menginat semuanya, ia tertabrak mobil saat diperjalanan menuju tempat perayaan ulang tahun pernikahan kedua orangtuanya.
"Gak, gak mungkin. Gue masih idup," monolog Soobin.
Soobin terus menangisi dirinya tanpa henti di taman yang ramai, tak ada satupun yang memperdulikannya karena ia sudah menjadi arwah sekarang. Soobin tak menyangka ia akan mati secepat ini. Soobin merasa takut dan kesepian.
Klik...
Terdengar ada suara letikkan jari di depannya. Soobin mendongak menatap gadis cantik di depannya. Ia sama seperti Soobin, arwah.
Arwah cantik itu mengulurkan tangannya. "Yelena Judith, panggil aja Yeji."
"Lo sama kaya gue?"
"Jabat dulu tangan gue, nama lo siapa?"
Soobin menatap tangan dan wajah Yeji secara bergantian. Yeji mengangguk sambil tersenyum mencoba meyakinkan Soobin.
Dengan ragu Soobin menjabat tangan Yeji. "Sutan Bilal Narendra."
Soobin segera menarik tangannya. "Gue panggilnya Sutan, Bilal, Narendra, mas, abwang, kakak, aa atau om?"
"Soobin."
"Oh, Soobin." Yeji duduk di samping Soobin. Matanya tak lepas menatap Soobin sambil tersenyum.
Soobin merasa merinding. Padahal mereka sama sama arwah tapi tetap saja Soobin merasa takut pada Yeji.
"Gue gak papakan duduk di sini?"
Soobin menangguk. Tanpa permisi Yeji menyusut air mata Soobin. Soobin tak merespon, ia hanya bisa diam menatap Yeji.
"Lo pasti arwah baru kan?"
Soobin menangguk. "Iya."
"Gak usah takut sama gue, kita sama-sama arwah."
"Kenapa lo bisa tau kalo gue arwah baru?"
"Gue itu arwah senior, udah mau ke 2 taun gue jadi arwah. Jadi gue bisa ngebedain mana arwah baru mana arwah lama, arwah baru itu biasanya nangis mulu kaya lo. Lo kenapa bisa gini?"
Soobin tak menjawab pertanyaan Yeji. Soobin malah menangis lebih kencang dari sebelumnya.
"Jangan nangis dong, maaf, maaf. Gue gak bermaksud bikin lo sedih, sebagai tanda permintaan maaf, gue bakalan ngajak lo tinggal sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARWAH | Soobin ft. Yeji
FanfictionSoobin ditakdirkan untuk bertemu Yeji, arwah cantik yang selalu bersamanya selama koma. Rasa takutnya perlahan hilang setelah terbiasa bersama Yeji dan teman barunya yang memiliki kisah hidup tersendiri. Mulai dari kecelakaan hingga sakit keras ada...