Chapter 2

905 97 28
                                    

Vote


Comment


Follow


Happy reading💕


Irene point of view

Aku sudah bangun lebih dulu dari pada anak dan suami ku mereka memang susah bangun pagi. Untung saja ini hari libur jadi yeri tidak berangkat sekolah dan terlambat. Aku masih harus mengurus beberapa keperluan pasien ku jadi aku akan berangkat lebih awal. Hanya ada sarapan nasi goreng yang aku siapkan untuk mereka. Aku melihat jam yang melingkar ditanganku dan aku hampir terlambat sekarang. Ada jadwal operasi pagi ini dan aku tidak boleh terlambat. Aku mengambil stikey note didalam tasku dan menuliskan pesan singkat untuk yeri.

Anak itu tidak pernah membaca maupun membalas semua pesan yang selama ini aku kirim untuknya. Jadi setidaknya dengan begini dia akan membacanya.
'Makanlah yang banyak dan belajarlah dengan giat walau hari libur. Eomma ada jadwal operasi pagi ini jadi selamat bertemu saat makan siang'.

Kemudian aku menempelkan itu digelas susunya. Aku segera mengambil tasku dan pergi. Aku melihat mobilku sudah terparkir rapi didepan halaman rumah. Aku segera masuk dan menjalankan mobil dengan sedikit kencang karena mendesak. Setengah perjalanan aku menemukan perawat park sedang menunggu dipinggir jalan. Aku memberhentikan mobilku dan turun menghampirinya. Ia sedikit terkejut dan kemudian membungkukkan badannya.

"Sedang apa disini? Bukankah kita ada jadwal operasi lagi ini?". Tanya ku sambil menatapnya ia terlihat gugup sekarang entah ada apa dengannya.

"Saya menunggu taksi dokter bae". Katanya dengan ramah dan aku menganggukan kepalaku. Kalau aku biarkan dia menubggu taksi pasti aku akan kekurangan tenaga medis nanti saat operasi.

"Masuk lah kita berangkat bersama saja lagi pula kita sedang dikejar jadwal". Kata ku sambil masuk kedalam mobil dia menganggukan kepalanya dab kemudian masuk kedalam mobil. Setelah ia masuk aku langsung menjalankan mobilku dengan cepat.

Selama perjalanan terasa hening tidak ada pembicaraan yang kami bahas sampai akhirnya dia berdehem dan aku menatapnya sekejap dan kemudian menatap jalan.

"Bagaimana kabar yerim? Oh dia teman anakku jadi aku juga mengenalnya. Aku tau kabar dari wali kelas mereka tentang kejadian kemarin". Katanya sambil menatapku.

"Ah. Dia baik-baik saja. Hanya ada luka sedikit dibagian wajahnya tidak ada luka serius. Lagi pula ia masih dibawah umur saat dibawa ke kantor polisi". Kata ku menjelaskan mungkin itu yang ingin ia tau dariku.

"Aku bersyukur akan itu. Hmm maaf sebelumnya lancang dokter". Katanya sedikit merasa bersalah dan aku tertawa kecil.

"Tidak apa-apa aku mengerti kita sesama ibu dan aku akan melakukan hal yang sama dengan mu. Tapi perlu kau tau kalau anakku bukan seperti yang orang lain bicarakan dia hanya sedang tertekan dan melampiaskan itu pada orang lain. Kuharap dia tidak melakukan hal seperti itu lagi". Kata ku memberikan dia pengertian tentang bagaimana kondisi yeri. Aku tidak ingin anak ku di cap sebagai anak yang nakal dan membuat kekacauan aku yakin kalau yeri anak yang baik.

"Hmm. Saya juga berpikir seperti itu karena di lihat-lihat dia anak yang baik". Katanya dan aku menganggukan kepalaku.

Irene pov end

•••••

Author point of view

Yeri menuruni tangga dengan pelan matanya masih tertutup dia masih mengantuk tapi ia sangat haus sekali. Saat sudah sampai didepan kulkas ia mengambil air dingin disana dan meminumnya secara perhalan. Karena minum itu matanya terbuka dan sadar dari mengantuknya. Setelah menyimpan air dingin itu dia langsung kemeja makan dan melihat nasi goreng kimchi diatas meja. Ia duduk dengan segera dan langsung melahap makanan buatan irene itu. Ia melihat stikey note digelas dan mengambilnya ia membacanya dan terkikik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang