1

19 1 0
                                    

"loh Ara,lu lagi nulis apaan tu?"
"Hah? Oh ini. Baru selesai nulis tentang bipolar gitu"
"Hahaha semakin hari lu makin tertarik sama psikologi ya. Emng nanti kuliah mau ambil jurusan psikologi?"
"Enggak sih. Emak gw lebih prefer ke kantoran biasa gitu biasalah emak emak mau nya PNS"
Dua sahabat itu Elina dan Alara. Bersahabat sejak SMP dan lanjut sampai SMA kelas 2.
"Btw ra katanya ada anak baru loh cowoo hihi. Gilak gw semangat banget"
"Sumpa? Ish semoga ganteng hahah"
Ya,seperti pada gadis umumnya mereka menyukai pria tampan. Lumayan untuk cuci mata haha.
Tapi mereka gak akan ngejar ngejar cowo itu,karena mereka teguh dengan prinsip kodrat cewe untuk di kejar bukan mengejar. Cukup mengagumi dari jauh aja,kalo jodoh pasti dapat. Prinsip keduanya.

Kriiingg...kriiinggg...

Btw,mereka ada di kelas 8³. Jurusan IPA
"Selamat pagi anak anak"
"Selamat pagi bundaa"
Disekolah Ara kalau sama guru panggil nya bunda dan ayahanda (disingkat=yanda)
"Oke,kali ini karena ada murid baru kita persilahkan dia untuk perkenalan terlebih dahulu"
Seorang anak laki laki tinggi sekitar 180 cm masuk dengan santai dan memasang muka....songong.
"Halo nama saya Rainer"

Loh???udah gitu aja??? Wah gila- ara

Daritadi ia memperhatikan bawa laki laki itu menatap nya,bukannya suka malah ara geli dan langsung membuang muka.

"Baiklah Rainer,kamu duduk di belakang angeline. Angeline angkat tangannya"

Angeline pun mengangkat tangan nya dengan semangat. Ntah lah,cewe cabe itu langsung semangat 45 melihat murid baru tersebut.

Pelajaran pun berlangsung dan Ara memperhatikan ada seseorang yang menatapnya. Karena kalau menurut psikologi jika ada yang menatap kita pasti akan terasa.
Ia pun mencari dan ketemu. Si Rainer Rainer itu memperhatikannya dengan tatapan datar.
Ara pun menjadi takut lalu sok sibuk sendiri.

Kringg...kriiingg

Bel pulang berbunyi dengan keras.
"YEEE PULAAANG" Arnold dengan semangat mengemasi barang dan lari keluar kelas.
"Eh arnold salam bundanya dulu!!" Bunda shinta berteriak dan geleng geleng kepala melihat tingkah arnoldm
"Pulang ya bunn" salam Ara
"Iya nak hati hati" Senyum bunda shinta yang sangat maniez.

Ara pun berjalan bersama Elina menuju depan gerbang. Ara biasanya pulang naik ojek online sedangkan Elina naik motor.
Tiba tiba ada yang menarik Ara
"Bentar Ara nya gw pinjem"
"WOE TEMEN GW MO DIBAWA KEMANA!"
Ara yang terkejut langsung melihat.
Itu Rainer.

Sesampainya di tempat tujuan mereka Ara menyadari ini di rooftop.
Mereka berdua ngos ngosan. Karena berlari dari gerbang utama sekolah.
"wah gilak lo! Ngapa sik harus lari lari cape tauk hah... hah.. hah..." Ara pun memegang pinggang nya sambil tetap ngos ngosan.
Rainer menatap nya penuh arti,tiba tiba mendekap dan memeluk Ara.
Ara mengelak,gerakannya cukup cepat. Karena keseringan nonton film action. Mungkin ketularan.
Membuat Rainer gagal memeluknya.
"K...kamu menghindar" katanya pelan , Rainer mengangkat kepalanya dengan mata berkaca kaca.
"Loh. Kok nangis" Ara yang langsung iba mendekat.
"Siapa tadi nama lo? Rain?"
"Panggil aja Rain. Aku suka"

Asffhhkldhlzj main aku kamu aja ni setan baper ni dd bngsd - Ara

"I..iya. Rain kok nangis?" Ara pun menangkup muka Rain. Entah la dimatanya kayak ada luka mendalam. Ara jadi ikutan sedih.

"Ara menghindar. Rain gak suka"

Woe imut bngt ini jingan -ara ver. Ngegas

"Namanya kita baru kenal masa main meluk meluk aja. Ga wajar dong" katanya mencoba menjelaskan

Rain pun mengenggam kedua tangan Ara erat.
"Ara.. Kamu mau kan jadi pacar aku?"

Loh...loh ape ni?! Gua gapaham gua gapaham - ara

"Tapi kita kan baru ketemu hari ini,dan baru aja ngobrol sekarang. Ini lu kena truth or dare apa gmn?" Ara panik karena baru pertama kali ia merasa auranya gabagus. Jadi ia takut melukai hati pria di depannya ini. Kan takut nnti dd kena santet.
"Oh jadi Ara gak mau"
"ish bukan gitu. Gimana ya. Iya gw gamau. Ehh, tapi. Maksud gw bukan gitu. Secara kita baru ketemu hari ini. Jadi kan ga mungkin. Em Rain kayaknya kita turun ke bawah dulu deh"
"Haha kenapa? Ara mau lari dari Rain?" Tiba tiba Rain tersenyum. Bukan senyum manis tapi senyum menyeramkan yang membuat Ara takut.
"Eng..enggak kok. Maaf ya Rain. Maaf Ara ga bisa nerima Rain"
"Kenapa??....kenapa? KENAPA?! Kenapa gak ada yang mau nerima Rain di dunia ini hah? Kenapa? Ara gak mau nerima. Papa mama juga. Apa?! Rain ga layak ya hidup di dunia? Iya Ra?... Jawab Ra! Kalau kayak gini Rain mending mati aja" Rain berjalan kearah pinggir rooftop.

Ara yang shook dengan bentakan Rain lalu tersadar dan melihat cowo itu sedang memanjat melewati batas rooftop.
Ara yang panik langsung menarik Rain menjauh dan segera memeluknya.
Mengusap ngusap punggung Rain yang naik turun terengah engah karena marah tadi.
Ara tersadar dia bukan cowo biasa. Dia manusia yang terluka.
Ara mengingat setiap kata Rain yang mengatakan tidak ada yang mau menerimanya. Rasa kasihan pada dirinya untuk Rain semakin menjadi jadi
Rain sudah mulai tenang dan tetap memeluk Ara. Tapi ia sedikit terisak. Entah la,ia merasa jika Ara menolaknya hatinya akan hancur.
Dan memilih bunuh diri.

Ara melepas pelukannya dan mengelus kepala Rain pelan.
"Rain, bikin Ara jadi cinta ya sama Rain"

Need youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang