ATHEIS. "Tuhan itu imajinasi!" katanya berapi-api. Dalam hati, ia menangis, ada rasa cinta yang tak berbalas di sana. ~ Harry Irfan
Wajah Lita pias. Kedua alisnya berkerut dan ujung bibirnya berkedut. Dihelanya napas panjang agar gemuruh di dadanya berkurang, dan tangannya yang sedari tadi mengepal dilepasnya perlahan. Masih terngiang-ngiang ucapan Ida barusan sebelum dia meninggalkan ruang kerjanya.
"Kamu, akan mendapatkan balasannya! Gusti Allah nggak sare, orang kayak kamu pasti akan dapat karma! Dasar perempuan tak bermoral!"
Ingin sekali Lita menampar Ida saat itu juga, yang dengan berani menyebut nama tuhan di depannya. Padahal, Idalah yang bodoh. Kalau dia ingin promosi jabatan itu, harusnya dia bekerja keras dan bekerja cerdas. Seperti Lita.Perjuangan yang dilakukannya sampai jatuh bangun, hingga akhirnya seperti sekarang ini, semua karena usahanya yang tiada henti. Dia yang dulu hanya gadis kecil pemulung, dan kemudian diusir ibunya hanya karena kedapatan mencuri roti-roti dari toko Pak Abdul.
Lalu bertemu Arga yang katanya mencintainya namun tega memerkosanya. Kemudian mengenal keluarga yang katanya akan melindunginya tapi ternyata memperalatnya, sudah cukup membuat Lita menjadi perempuan kuat.Karena itu, dia memutuskan untuk membunuh semua kenangan-kenangan suramnya di masa lalu, khususnya tentang ibunya. Sekaligus, membunuh nama Tuhan yang dia rasa tak pernah menolongnya.
*
Lita masih terlihat marah saat sampai di kantin. Setelah memesan jus jambu kesukaannya, dia duduk dan menonton tayangan televisi yang memperlihatkan tayangan berita terkini. Ah, bahkan meskipun hari raya sudah tiga hari berlalu, euforianya masih saja diberitakan di layar kaca.
"Pemirsa, ini adalah Ibu Lika, pemulung yang menyisihkan uangnya selama dua tahun agar dapat ber-qurban. Selamat siang, Ibu. Bagaimana dan apa sebenarnya yang menjadi tujuan Ibu melakukan qurban ini?"
"Sebenarnya ini adalah wasiat dari Ibu saya. Beliaulah yang rajin menabung untuk qurban ini. Ibu meniatkan ini untuk adik kami, agar dia mau pulang ke sini. Tapi, sekarang sudah ..."
Lita mengenali wajah menangis itu dan tertegun. Lalu air matanya mengalir deras secara tiba-tiba.
***** FF (FlashFiction) ini juga dimuat di buku "Dunia di Balik Pintu Kayu" karya MFF grup (Monday FlashFiction)
****** Sebenarnya ada niat mau merevisi, nunggu inspirasinya lewat dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Kenangan (FF - FlashFiction)
Short StoryFF tentang Lita yang menyimpan banyak dendam