01

18 4 0
                                    

Raihan berlari melewati koridor panjang sekolahnya. Pelajaran sudah dimulai delapan menit yang lalu entah kenapa ia bisa terlambat seperti sekarang ini. Hari ini akan diadakan ulangan matematika dan lebih parahnya lagi pada jam pelajaran pertama.

“Sial kenapa sih gue bisa kesiangan. Padahal udah pasang alarm. Mana kelasnya diujung. Ayolah kenapa ini kaki jalannya lambat amat,” gumamnya sepanjang koridor dengan terus memantau pergerakan jarum jam tangannya.

Tepat jam tujuh lebih empat puluh menit ia sampai di depan kelasnya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ia langsung menghampiri lelaki yang duduk di meja guru.

“Assalamualaikum, maaf pak saya telat” katanya setelah mencium tangan gurunya.

“Waalaikumsalam Raihan, kamu sudah telat sepuluh menit.”

Dengan tatapan tak lepas dari lawan bicaranya Pak Ridwan pun melanjutkan ucapannya.

“Diluar juga sedang hujan jadi saya maklumi. Tapi tindakanmu ini harus jadi yang pertama dan terakhir. Kalau sudah tau mendung seharusnya kamu bawa payung atau jas hujan supaya tidak basah seperti itu. Yasudah silahkan duduk soal sudah ada di meja kamu.”

“Terima kasih pak” ia menghela napas lega.

“Kenapa ngga langsung nyuruh duduk aja sih. Kalo gini kan jadinya gue udah ketinggalan dua soal. Dasar pak botak. Gue sumpahin ngga bakal tumbuh rambut biar sekalian jadi seperti lampu taman” gumamnya dalam hati sembari melangkah ke mejanya.

Belum juga duduk Raihan sudah mendengar suara cempreng yang selalu mengganggunya selama satu semester ini.

“Raihan kenapa bisa telat?”

“Lu ngga liat diluar?”

Setelah menjawab Raina, Raihan menyapa teman sebangkunya dan meletakkan tasnya.

“Emang diluar ada apa?”

Dengan jawabannya kali ini Raihan berharap tidak mendengar suara cempreng itu lagi sehingga ia bisa mengerjakan ulangannya
“Langit sedang menangis.”

Berbeda dari beberapa menit yang lalu yang terus mengajukan pertanyaan dengan tatapan lurus kedepan sekarang Raina berbalik menengok ke belakang.

“Baru tau gue langit bisa nangis. Kira-kira apa ya penyebabnya?” tanya nya polos.

“Kepolosan lo” habis sudah kesabaran Raihan.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus memperhatikan interaksi mereka sejak awal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang