Assalamualaikum Wr. Wb, selamat menjelang malam, di cerita kali ini aku akan buat cerita yang berbeda dari cerita aku sebelumnya dan semoga kalian suka sama cerita ini, yap:)
Aku mau tanya nih, siapa yang udah ikut open PO novel Young marriage? Hayo yang belum yuk buru di pesan, yap;)
Dan selamat menikmati cerita baru aku💗
Happy Reading 🌷
***
Tepatnya hari ini setelah beberapa hari Lysta dan Lysha merencana untuk pergi berkunjung ke rumah Ommanya yang berada di London.
Mereka saat ini sedang bersiap- siap untuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke Bandara.
Seorang pria paruh baya yang begitu terlihat awet muda masuk ke dalam kamar kedua putri kembarnya. "Gimana kalian sudah siap?" Tanyanya kepada kedua putrinya.
"Siap, Pah," sahut Lysta.
"Ayo," kata Ayah si kembar, sebut saja Arsen Liandra.
Arsen keluar berserta dengan kedua putrinya yang mengikutinya dari belakang. "Sayang, maaf mamah gak bisa hantar kamu," kata Risma ibu dari Lysta dan Lysha.
"Iya, Mah. Mamah jaga kesehatan, Lysta sama Lysha bakal pulang secepatnya."
"Iya, Sayang. Mamah akan selalu nunggu ke pulangan kamu."
"Ayo, Sayang," kata Arsen kepada putrinya.
"Aku pamit, Mamah jaga kesehatan."
"Iya, hati- hati."
Mobil milik suaminya sudah tidak terlihat lagi, Risma tersenyum tipis ada rasa yang mengganjal ketika kedua putrinya pergi, Risma takut sekali jika akan ada hal yang terjadi pada ke dua putrinya.
Sesampainya di Bandara, Lysta dan Lysha langsung berpamitan kepada Arsen karena sebentar lagi pesawat mereka akan take off. "Pah, Lysha berangkat dulu. Nanti kalau Lysha udah sampai Lysha akan kabarin Papah, Lysha bakal kangen bangat sama Papah," ujar Lysha dengan perasaan tidak karuan.
"Hey, kamu kenapa mau nangis gitu? Kamu gak pergi selamanya bukan?"
"Lysha takut aja, Pah," sendu Lysha.
"Gak boleh gitu, ayo sini anak papah peluk papah dulu," Lysta dan Lysha berhamburan memeluk Arsen dengan penuh kasih sayang.
"Aku sayang Papah," bisik keduanya.
Arsen merelaikan pelukan mereka. "Yaudah sanah kamu berangkat," keduanya mengangguk dan menyeret kopernya masing- masing.
Lysha dan Lysta melambaikan tangan tanda perpisahan mereka, sedangkan Arsen hanya bisa tersenyum di balik kekhawatirannya.
Saat ini keduanya telah tiba di pesawat yang akan mereka tumpangi, sekitar satu menit lagi mereka akan lepas landas untuk menuju tempat tujuan mereka.
Di dalam pesawat begitu cukup ramai ada sekitar 60 orang yang terdiri dari 50 orang dewasa, 5 orang remaja, 3 orang balita dan 2 orang bayi.
Lysha dan juga Lysta mengambil tempat duduk berdampingan dengan khusus 2 orang, Lysha menaruh koper miliknya dan juga milik Lysta.
Cuaca keberangkatan hari ini juga lumayan sangat mendukung, tapi kita tidak tahu ke depannya akan seperti apa.
Suara pramugari yang merintah untuk segera memakai sabuk pengaman karena dalam hitungan detik pesawat ini akan lepas landas.
Semua orang yang berada dalam pesawat mengikuti intruksi dari pramugari agar memasang sabuk pengaman mereka masing- masing. Pesawat lepas landas dengan sempurna semua penumpang bernafas lega.
Lysha melihat sekeliling pesawat, mereka semua begitu nampak bahagia sekali, namun tidak dengan hatinya yang begitu sangat gelisah, Lysha juga tidak tau mengapa dengan dirinya saat ini? Kenapa dirinya begitu gelisah dan takut?
"Lysha," panggil Lysta, Lysta begitu jengah melihat Lysha yang terus saja membaca buku.
"Kenapa?" Tanya Lysha dan menutup bukunya.
"Gue cuma mau bilang, luangi sedikit waktu buat gue bis----"
Ucapan Lysta terpotong begitu saja ketika pesawat tiba- tiba saja terkena guncangan besar. Semua orang yang berada di dalam pesawat berteriak histeris.
Suara perintah pramugari bergema di pesawat ini, semua orang mengikuti segala intruksi dan arahan dari pramugari, guncangan pesawat semakin hebat, Lysta dan Lysha berpegangan begitu erat.
Awalnya pesawat baik- baik saja namun ketika sudah 3000ft tiba- tiba pesawat mengalami guncangan begitu hebat.
Pilot dan pramugari berserta staf lainnya berusaha untuk pesawat tidak hilang kendali, awan hitam mulai berdatangan dan secara tidak di sengaja petir datang dan membuat sayap pesawat mengalami sedikit keretakan.
Suara tangis, tasbih, suara yang menyebut nama tuhan memenuhi pesawat ini, Lysha dan Lysta juga begitu sangat cemas.
Keduanya begitu sangat takut.
Pesawat begitu semakin tidak kondusif dan semakin berguncang. "Lysha, gue mau bicara kalau ini yang terakhir gue hidup," ucap Lysta di sela- sela keadaan seperti ini.
"Kamu jangan ngomong yang enggak- enggak aku mohon, percaya kita akan selamat, ada allah Lysta," sedikit meyakini Lysta tapi Lysha juga tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya pada mereka semua saat ini.
Dan Lysha berharap ada sebuah keajaiban yang menghampiri semua orang yang berada di dalam pesawat ini.
"Gue mau minta kalaupun gue meninggal gue minta satu hal sama lo tolong jadi gue jadi Clysta bukan Clysha."
***
Gimana perasaan kalian setelah membaca prolog kali ini?
Gimana udah siap untuk lanjut ke part selanjutnya?
Yuk jangan lupa untuk vote and komen, biar aku cepat untuk update part selanjutnya:)
Spam next yuk?
TBC💗
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days Love You
Teen FictionSebelum baca budayakan untuk follow dan jangan lupa untuk vote and komen! *** Semenjak kejadian itu butuh waktu 365 hari untuk aku mengingat siapa diriku. Butuh waktu 365 hari untuk aku mengingat semuanya. Butuh waktu 365 hari untuk bisa menemuka...