1

34 3 2
                                    


maaf kalau typo!









Andai youtuber kaka-beradik waktu itu tidak membuat julukan yang sekarang tengah tenar. Sekedar untuk mengejek atau memang benar-benar di sematkan untuk seseorang.

Kata-kata yang paling orang hindari bahkan suka marah kalau disebut-sebut.

Apa itu???

Bucin.

Kata yang tercipta entah tahun berapa gue kurang tahu pasti tapi kata itu sekarang selalu jadi bahan seseorang untuk mendeklarasikan rasanya tiap liat orang update snapgram, story wa, bahkan dikehidupan nyata mereka akan bilang. "Idihhh bucin."

Sama gue juga gitu. Suka berkomentar tiap kali melihat tiap rentetan update orang-orang. Tapi itu dulu kalau dihitung-hitung sekitar 5 bulan yang lalu terakhir gue menyebut-nyebut orang lain dengan sebutan bucin.

Persis seperti kata orang-orang yang suka menasehati, begini kalimatnya "jangan suka begitu nanti jilat ludah sendiri".

Gue masuk ke dalam jajaran orang-orang yang jilat ludah sendiri.

Yang dulunya amit-amit jangan sampe nyatanya malah kesampean beneran. Yang dimana gue bilang tidak akan seperti itu faktanya gue malah melakukan.

Emang ya kalau omongan jelek tuh pasti berbalik ke diri sendiri.

Gue sebagai buktinya.

Bahkan sekarang kebalikannya, dimana dulu gue seneng banget bilang si Dita bucinnya kak Tora dan si Wina bucinnya Dimas. Sekarang malah gue yang dikata-katain sama mereka.

"Dihhh bucinnya pentolan kampus gaya bener."

Bukan itu saja tapi banyak lainnya kalimat yang mereka keluarkan sambil mencibir-cibir gue dengan kalimat yang berbulan-bulan lalu gue ucapkan.

Seakan mereka balas dendam dan gue hanya bisa diam karna memang sebuah fakta yang mereka ucapkan.

Gue juga ngatain orang bucin karna gue sendiri belum pernah menjalin suatu hubungan dengan orang lain, bisa dibilang kurang pengalaman. Jadi setiap liat orang yang mesra-mesraan kaya pacaran bahkan sudah menikah pun gue akan merinding disko, merasa aneh serta asing dan kalimat itu kontan keluar sendiri dari bibir.

Faktor kebiasaan dengar juga sih.

Bisa dibilang iri, dengki tapi untuk iri gue tidak sama sekali tapi untuk dengki mungkin saja, yang biasanya manusia suka melakuan lupa ngaca. Ya itu gue sebelum punya pacar.

Inget sebelum punya pacar.

Jadi sekarang gue udah nyesel dan taubat-- terdengar kurang meyakinkan.

Semoga aja yang gue kata-katain posisinya lagi gak mendengar biar nanti pas ketemu gue bukan jadi bahan bulan-bulanan deh.

Cukup dua anak itu aja yang lain mundur semua.

"Win, mau makan bareng gak??"

Gue dengan cepat menggeleng. "Gak deh, mau ketemu mas pacar. Bye bye muachh."

Gue melambaikan tangan sambil berjalan menuju lift. Tadi Joy menawarkan untuk makan bersama sepulang ngantor tapi jelas gue menolak walau nyatanya sedang gak ada janji sama siapa-siapa apalagi pacar gue sendiri.

Yang tadi cuma alasan doang.

Joy sendiri adalah teman kantor yang lumayan dekat. Ah, gak. Malah dekat banget kalau dibilang. Mungkin karna umur kita yang setara membuat topik pembicaraan dan cara berpikir juga nyambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

bf, minseoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang