satu

292 17 7
                                    

Tapi kalo nyerah, semua yang lo lakuin akan sia-sia,
—keysha

"Cha, udahlah Galang ga akan suka juga sama lo." Kata Tasya menasehati.

"Iya tuh Cha, mending lo terima ka Daren aja. Ganteng gitu malah lo tolak." Timpal Karin.

Echa semakin kesal, bukan masalah ganteng nya,
tapi masalah "rasa" nya ini ke Galang bukan ke Daren. Lagian kalo Echa bisa memilih, Echa jelas akan pilih Daren. Sayang nya cinta tidak bisa memilih untuk jatuh ke siapa.

Echa mengusap wajah nya kasar, "gue sukanya Galang, bukan Daren." ujarnya bernada frustasi.

Karin menghela nafas nya, "hadeh Cha-Cha, elo yang jatuh cinta, gue sama Tasya yang pusing."

"Dahlah, Kantin kuy!"

"Lah lah lah kuyy!" sahut Tasya gembira.

Mereka bertiga berjalan menuju area kantin. Setelah pusing memikirkan Echa yang kekeuh selalu pilih Galang padahal jelas-jelas Daren juga ga kalah menariknya. Echa dan Karin menuju area pojok kantin untuk memilih tempat makan nya, sedangkan Tasya yang memesan nya.

"Bekal buat Galang lagi?" Tanya Karin.

Echa menyengir kuda, "iyalah, masa buat elo."

"Kapan nyerah nya?" 

Echa sedari tadi terus memperhatikan orang-orang, mencari dimana Galang dan teman-teman nya duduk. Belom dateng kali ya.

Terlalu fokus sampai tidak mendengar pertanyaan Karin.

Karin yang kesal karena di cuekin, menepuk pundak Echa, "Cha dengerin ih!"

Echa melongo, "eh iya, apa?"

Memang dasar Echa, kalo udah fokus ke Galang, berasa dunia engga ada orang lain.

Karin menghela nafas, "tadi gue nanya, lo kapan nyerah nya?"

"Gu—" Ucapan Echa terpotong karena Tasya sudah kembali dengan membawa makanan.

"Ada apaan? Serius banget." Tanya Tasya yang baru saja datang.

Ketika Karin hendak menjawab mulut nya di tutup oleh Echa, "iya gue jawab."

Mereka pun makan sambil menatap Echa, menunggu jawabannya.

"Lo kan nanya, 'kapan nyerah nya?' jujur aja gue ga tau, pemikiran kayak gitu juga sering terlintas di pikiran gue, tapi-" Echa menggantungkan ucapan nya.

Karin dan Tasya sibuk ingin mendengarkan lebih, Echa malah makan dengan enak nya. Di gantungin kan ga enak.

"Cha!" Echa masih sibuk makan tanpa menghiraukan keduanya.

"KEYSHA!"

Echa tertawa, lalu menyengir, "--tapi kalo gue nyerah semua nya akan berakhir kan?"

Karin dan Tasya tertegun, bisa-bisa nya sahabatnya satu ini bijak seperti ini. Kalo Echa sudah bertekad kayak gini jelas Karin dan Tasya akan mendukung nya.

Tapi pertanyaan Tasya berhasil membuat kedua nya terdiam, "kalo lo lelah duluan sebelum dapetin hati Galang gimana?"

Echa terdiam cukup lama, lalu menatap keduanya sambil tersenyum,

"Kalo gue udah di fase itu, gue akan berhenti berjuang. Bukan nyerah, tapi setiap orang akan lelah kalo perjuangan nya ga di hargai."

"Ga usah murung gitu ah, kita akan dukung elo ko Cha!"

"OKE!" Echa meletakkan uang dua puluh ribuan di meja untuk mengganti uang Tasya,  "gue mau ke kelas Galang yaa, kayaknya dia engga ke kantin, mau kasih bekal CINTA!" Kata Echa sambil tertawa.

"Yeh gila, udah sana pergi."

Echa tak menjawab lagi, langkah kaki nya menuju koridor kelas 11 MIPA 1. Tatapan orang-orang jelas tertuju pada Echa. Mereka sangat kenal gadis cantik yang sangat di suka Daren itu.

"Eh itu Echa yang di sukain Daren bukan sih?"

"Eh iya anjir, tapi dia nya suka Galang." katanya di lanjutkan dengan tertawa.

Ersa tidak menghiraukan mereka yang membicarakan dirinya, tapi tetap fokus untuk mencari kelas Galang. Setelah beberapa kelas ia lewati akhirnya Echa sampai di depan kelas Galang.

"Lang, Lang, liat siapa yang datang Lang." kata Aland menepuk pundak Galang.

"Berisik."

"Lang, liat dulu itu Echa anjir." Timpal Devan.

Akhirnya Galang menatap ke arah pintu, melihat seorang perempuan dengan bekal di tangan nya.

Galang menaikan satu alis nya, "ngapain?"

Devan tertawa, "yaelah Lang, manis dikit napa sama cewek."

"Jangan Lang, lo masih polos jangan mau jadi fucek boy kayak Devan."

Devan menoyor kepala Aland, "bego! elo tuh fucek boy."

Galang melirik sinis, "samanya lo berdua."

Devan dan Aland tertawa,

"Echa cantik, sini. Mau kasih bekal kan? Galang belom makan tuh," Kata Devan.

Echa berjalan menuju tempat Galang, "Lang ini gue bawain bekal," kata Echa sambil tersenyum manis.

"Taro, nanti gue makan."

"Ceritanya mulai suka sama Echa ya Lang?" kata Aland.

Echa tersenyum, namun kata-kata Galang membuat nya terdiam.

"Menghargai bukan berarti membalas kali."

"Anjing! itu namanya lo ga menghargai."

Galang mengerutkan dahi nya, "gue menghargai makanan yang dia buat, bukan menghargai perasaan dia ke gue." jawab Galang lalu memakan bekal buatan Echa,

Galang menatap Devan, "makan nya jangan salah paham,"

"Ngapain masih disini? Kelas lo bukan disini."

"Lang." tegur Aland.

"Gapapa ko Al, Galang emang gitu 'kan." Echa tersenyum, "cuma sebentar ko Lang, ini gue udah mau balik."

Satu langkah Echa berjalan, ia berbalik menatap Galang, "Kalo sekarang lo belom suka sama gue, besok gue berusaha lagi Lang!" kata Echa menyengir lalu mengangkat jari berbentuk V.

"DAH GALANG!"

"Lang, Lang, yang kayak gitu elo sia-sia in? serius?" Tanya Aland.

Devan menatap tak percaya, "yaudah lah buat gue aja, cantik gitu, lucu, gemesin lagi."

Galang menatap Devan beberapa detik, "ambil."

Aland tertawa, "Dev, gue kasi tau ya, si Daren aja dia tolak buat Galang, apalagi elo?"

"Sialan."

Tbc
maaf ya kalo jelek:(

mau lanjut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang