Fatma lebih memilih segera pergi menuju rooftop yang berada dilantai 2 dan menunggu gurunya, setelah mendengar perdebatan antara Ayah dan Ibunya di balik kamar. Setiap hari. Selalu ada perdebatan tidak jelas yang memuakkan hati Fatma untuk berada dirumah. Sejak SMP Fatma ingin sekolah reguler, Namun nyatanya Pak Ali (Ayah Fatma) melarang Fatma untuk bersekolah Reguler, dan lebih memilih homeschooling. Alasannya karena takut anaknya itu akan bergaul dengan teman yang tidak-tidak. Kini jika Fatma sekolah reguler, mungkin dia sudah menduduki kelas 1 SMA diakhir semester dan akan naik ke kelas selanjutnya.Desiran angin tiba-tiba menderu kencang di rooftop tempat Fatma biasa belajar. dan dengan perlahan mendung awan berkelabu datang pula, menyambut gundah hati Fatma yang tengah duduk di kursi sofa merah yang ada di rooftop itu, tempat dimana dia biasa beristirahat setelah kegiatan belajar mengajar usai.
Matanya Berbinar mengarah kedepan sambil bola matanya bergerak seolah mengamati pemandangan yang ada di belakang rumah nya. Kalian tau, apa yang ada disana? Tentu saja lapangan olahraga keluarga yang begitu besar yang dibuat Ayahnya sendiri karena Hobi dan karena pak Ali seorang Atletis di zaman nya. Kaya raya memang sudah dipundak Pak Ali sejak Kakek Umar (Ayah pak Ali) yang mempunyai Perusahaan, dan mempunyai beberapa cabang Restoran di berbagai pelosok negeri itu begitu lancar. Namun kepergian kakek Umar, bukan hanya meninggalkan duka dihati Pak Ali, tapi dia juga yang harus menggantikan posisi Kakek Umar itu sebagai anak tunggal. Dan sejak itulah, berakhir pula gelaran Pak Ali sebagai Atletis ternama Tapi berubah menjadi Direktur Ali."Aku ingin Berlatih pedang..." lirih Fatma lalu mengambil ponsel nya yang berada diatas meja kaca berbentuk segi empat.
"Paman Andre, Punya waktu atau tidak? Aku ingin berlatih pedang" ucap Fatma memulai pembicaraan di telepon.
"Bukannya Nona Ada kegiatan belajar mengajar hari ini?". Suara seseorang yang berumur 30 an yang biasa dipanggil paman oleh Fatma itu terdengar kebingungan dan sedikit khawatir, jika Fatma melanggar peraturan Ayahnya lagi seperti minggu lalu.
"Ada, tapi aku akan meminta KBM berlangsung selama 2 jam saja. Sisanya aku akan ambil libur". Cetus Fatma dingin. Seperti ingin melampiaskan rasa sakit yang tidak tahu disebut apa. Andre pun menyetujui permintaan Fatma asalkan dia belajar walaupun hanya sebentar. Fatma yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri sejak kecil begitu disayangi nya, karena banyaknya kenangan indah yang bisa membuat nya bertahan Hidup setelah ditinggal Istri dan anaknya terakhir kali dalam tragedi kecelakaan mobil yang jatuh ke jurang akibat rem blong 10 tahun yang lalu."Fatma". Panggil Ibu Sukma. Rupanya guru privatnya itu sudah datang sejak tadi, namun tidak mengganggu perbincangan Fatma dengan Paman Andre di telepon.
"Oh sudah datang Bu, Mari kita belajar. Jadwal hari ini Bahasa Inggris kan ya?". Sambut Fatma lalu berdiri dan mengikat Rambut nya yang tergerai sambil berjalan menuju meja belajar. Bu Sukma tersenyum, sambil menaruh tas diatas meja khusus dan beberapa buku yang dibawanya di pelukan tangan sejak tadi.
"Bu Sukma, hari ini..." ucapan Fatma terpotong melihat senyum tulus yang menyungging di bibir Bu Sukma. "Ibu tau, pasti ingin ambil libur kan?". Tebak Bu sukma dengan lancar. Fatma hanya terdiam. Sepertinya lambat laun orang-orang akan memahami apa yang terjadi dikehidupan nya. Kehidupan yang begitu sepi. "Iya Bu, maafkan Aku". Jawab Fatma meminta pemakluman dirinya. "No worries, Fatma. Mungkin kamu memang butuh hiburan. Tapi Ibu akan tetap bersama mu selama jam KBM usai ya" Ungkap Bu Sukma memahami. Fatma tersenyum. "Baiklah Bu".
Karena tidak ada jurusan yang Fatma ambil di homeschooling tidak seperti disekolah reguler, akhirnya Fatma mempelajari semua pelajaran yang berada di jurusan IPA dan IPS Namun lebih sedikit menjurus ke IPA. Baginya tidak apa-apa mempelajari semua pelajaran itu selama dia dapat memahami dengan jelas.
Kegiatan Belajar Mengajar usai tepat pukul 10 pagi. Paman Andre yang baru tiba pun langsung menggantungkan jaket di tempat yang sudah disediakan di lapangan sebelum akhirnya mengambil pedang kayu untuk dibersihkan terlebih dahulu karena debu yang menempel. "Paman, sudah datang?" Fatma membuka suara. Setelah KBM usai dia kembali ke kamar lebih dahulu untuk mengganti baju olahraga. Bu Sukma yang seharusnya masih ada jam KBM pun tidak langsung pulang, untuk melihat murid privat nya ini berlatih pedang. Fatma mengambil pedang kayu yang diulurkan paman Andre kepadanya dan lalu menunjukkan kepada Bu Sukma. "Masih kayu Bu, tenang saja. Sebentar lagi pedang sungguhan," jelas Fatma memberi tahu dengan kesungguhan yang tertera di wajahnya.
Paman Andre diminta pak Ali Mengambil Alih semua tugasnya yang dulu sebagai Pembentuk pelatihan pedang, untuk mengasah kemampuan bangsa. Itu hanya akan berlaku pada orang-orang yang ingin menggunakan kekuatannya untuk berbuat kebaikan dan melawan kejahatan. Saat ini ada sekitar 100 orang peminat yang mengikuti pelatihan pedang setelah sebelumnya telah meluluskan 300 orang dalam tiga tahap. Memang setiap tahun, mereka hanya akan menerima 100 peserta, tidak lebih dari itu mengingat berlatih pedang juga tidaklah mudah. Sebagian orang yang telah lulus di kirim ke berbagai kota di mana cabang pelatihan pedang berada, tujuannya untuk melatih murid baru yang berada Di kota cabang masing-masing.
"Kira-kira berapa teknik lagi yang harus ku kuasai paman?" Tanya Fatma sambil mulai beradu dengan paman Andre. "Ada 2. Dan setelah itu kamu akan mendapat pedang sungguhan mu," jelas pak Andre. Fatma senang, setelah 8 teknik yang dia kuasai akhirnya tinggal 2 teknik lagi. Dengan total 10 teknik untuk mendapatkan pedang sungguhan. Namun ini tidak semudah yang dibayangkan. Berlatih untuk mengetahui 10 teknik pedang itu tidak hanya sekali atau dua kali saja. Tapi menghabiskan waktu hingga 4 bulan agar terlatih begitu benar dan tepat. Fatma tidak sama dengan murid yang lain, pelatihan untuk Fatma lebih cepat karena Paman Andre selalu datang untuk melatihnya 3 kali seminggu, ditambah Fatma yang terkadang tiba-tiba ingin berlatih seperti ini dan total pelatihan Fatma hanya sekitar kurang lebih 2 bulan saja. Berbeda dengan murid yang lain, yang diajarkan hanya 2 kali seminggu dan tidak ada penambahan waktu lain.
"Lawan, serang, lakukan dengan benar Fatma!" Perintah Paman Andre memberi intruksi. Fatma melakukannya sekuat tenaga, dia ingin cepat untuk bisa. Pernah beberapa minggu lalu untuk mendapatkan teknik satu, dua, dan tiga dalam 2 hari dia harus menerima banyak memar ditangannya karena tidak mau berhenti untuk berlatih. Sampai pada akhirnya pak Ali tau kondisi anaknya itu dan menghentikan pelatihan Fatma untuk beberapa hari hingga memar-memar itu hilang dan kondisi Fatma kembali fit.
"Break!" Perintah paman Andre setelah Fatma tidak bisa menghindari pedang kayu paman Andre dan mengenai lengan tangannya. "Aku tidak apa-apa paman," ucap Fatma agar tidak membuat Paman Andre khawatir. "Sudah, masuklah. Kali ini kita cukupkan sampai disini saja," pinta paman Andre. "Tapi paman..." . "Tidak ada tapi-tapi an Fatma, kamu sedang tidak fokus berlatih. Kamu hanya menggunakan kekesalanmu dalam menggunakan pedang. Kamu tidak sedang berlatih, tapi sedang melampiaskan kekesalanmu. Dan itu hanya akan berakibat fatal seperti ini," jelas paman Andre. Fatma terkejut, paman Andre seolah mengetahui kekesalan yang dia punya, dan akhirnya menerima perintah paman Andre lalu pergi. "Sampai jumpa, paman." Ujar Fatma. Paman Andre hanya tersenyum.
"Kelemahan seseorang adalah ketika sedang berada dalam kondisi marah dan kesal. Lalu janganlah bertingkah dan pikirkan semua dengan baik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile of beauty
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Gadis remaja yang kaya raya, namun hidupnya begitu berantakan dikarenakan kedua orang tuanya yang tidak sejalan. Bertemu seorang lelaki bernama Hilal Ramadhan yang merupakan teman dari sepupu laki-laki Fatma (Daffa Siregar)...