KENANG (1)

3 0 0
                                    

Aroma pagi merasuki hidung,
Dengan sambutan daun yang gugur.
Simpang jalan dan polisi tidur menjadi awal yang indah.
Awal di mana tawa melambaikan suara.
Dan simpang jalan tempat tersesat tanpa ingin bertanya.

Tapi itu dulu,
Sesaat sebelum berlalu.
Sebelum kita menjadi pilu.

Wahai langit biru,
Yang menjadi atap ketika berkelana.
Harusnya kau jatuh ketika kami bersekutu,
Harusnya kau runtuh ketika kami tidak bersatu.

Tapi kenyataannya tidak, yang jatuh malah hujan di pipi ku,
Yang runtuh malah rasa ku.
Kata-mu, biru langit akan menghantar kan kita masing-masing ke ujung senja.
Namun..
Ketika kau bertemu senja,
Aku hanya menemukan gelap malam tanpa bintang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang