"Rein.., bagaimana? Apa semua anak baru itu sesuai ekspektasi kita?"
"Sesuai bagaimana? Mereka bahkan tidak bisa memegang bola dengan baik. Bagaimana bisa mereka meneruskan tim kita? Perbedaannya terlalu jauh! Sialan sekali"
Alex tertawa mendengar gerutuan sahabat sekaligus kapten tim basketnya itu."Yah..paling tidak mereka sangat tinggi itu permulaan yg bagus bukan?"
Rein menatap Alex datar."Well, tiang di depan rumahku juga tinggi kalau kau penasaran"
Alex terkekeh keras. Rein yg sedang kesal adalah tontonan yg menyenangkan."Yasudah..kau bisa melatih mereka besok. Hari hampir gelap. Ku rasa hujan akan turun lagi"
Rein mengangguk pelan. Melambaikan tangannya saat Alex permisi pulang lebih dulu..
.
.
.
.
.
.Rein POV
Ah, hujan lagi.
Seulas senyum terbit dari bibirku. Aku sangat menyukai hujan, walaupun aku tidak suka tubuhku basah. Terdengar aneh? Tapi begitulah faktanya.Hujan itu indah, menurutku..
Ia tetap datang meskipun banyak yg memakinya.
Memberi pelangi setelah habis masa hidupnya.
Baik sekali..Banyak yg bilang saat hujan turun,
Orang-orang teringat akan kisah hidup mereka.
Trauma, masa lalu atau cinta.Hmm..cinta ya?
Haha..
Aku tidak memiliki pengalaman sedikitpun masalah cinta.
Aku tidak tertarik pada wanita.
Hmm, aku tidak bercanda. Ini serius.
Dari awal aku sudah tau bahwa aku tidak tertarik pada wanita. Tapi aku juga belum tau apakah aku tertarik pada pria atau malah memang tidak tertarik pada 'cinta'.
Aku berhenti sejenak di gerbang sekolah, merentangkan tangan dan menengadah merasakan tetesan hujan. Menyenangkan sekali. Aku selalu menikmati suasana ini. Tak peduli orang-orang menatapku aneh. Well, kebahagiaan ku lebih penting untukku.
Langitnya gelap sekali. Hujan juga semakin deras. Mungkin sekarang saatnya aku harus pulang. Tapi baru saja melangkahkan kakiku, seorang pria dengan ukuran tubuh mungil yg meringkuk dibawah pohon mengusikku.
Sekedar informasi, aku lumayan mengenal siswa di sekolahku karna kedudukanku sebagai ketua tim basket di sekolah ini. Meskipun tidak tau namanya setidaknya aku mengenal wajah siswa sini. Tapi dia..
Siapa?
Aku tidak pernah melihatnya sekalipun
Ku rasa?"Hai.. kau kenapa? kau sakit? aku bisa memberimu tumpangan..
ayo!"
ujarku dengan suara yg sedikit keras. Hujan turun sangat deras siang ini. jadi aku terpaksa mengeraskan suaraku agar dia mendengarnya."Ti..tidak. Bi..bisakah kau hentikan hujannya? A..aku-"
Aku memandangnya bingung. Menghentikan hujan? bagaimana caranya?
TBC
Halo..aku author baru 😅
Dan ini cerita bl pertamaku.. sekedar informasi
Ini ceritanya bakal ada adegan *tiit* nya..
Dan m-preg. Kalau gk suka kalian boleh skip aja, gk papa..
Mohon dukungannya dengan vote + komen ya.. 🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Like a Rain
Teen FictionApa yg ku benci dari hujan? suaranya? atau keegoisannya yg seenaknya turun kapan saja dan dimana saja? apa yg ku benci dari hujan? rintiknya yg membasahi jalanan? atau aktivitasku yg tertahan? . . . . Dari awal aku sudah tau bahwa aku tidak tertarik...