SECRET

BLAST

Suasana kantor kepolisian lebih ramai dari suasana kantor tim pengintai. Disini banyak masyarakat berlalu lalang keluar masuk kantor untuk melaporkan maupun mem-follow up kasus yang sudah diserahkan. Lagipula polisi disini juga tidak terlalu memperdulikan pekerjaan mereka, makanya tidak jarang banyak warga protes terhadap kinerja kepolisian. Berbeda dengan Valen, dia terlihat cekatan dalam menangani kasus masuk dan dengan sigap membuat kasus masuk tersebut menghasilkan output yang diinginkan pelapor. Kukira keunggulan lelaki itu hanya pada bidang psikologis, ternyata dia hebat juga.

Tempat ini benar-benar 180 derajat berbanding terbalik dengan lingkungan kerja ku sebelumnya. Benar, disini kegiatan sosial lebih ditonjolkan karena pekerjaan ini mengabdikan diri kepada masyarakat. Dari sisi meja agak berjauhan terlihat detektif lain sedang cekcok dengan pelapor hingga memukul meja. Emosi di ruangan ini sangat bercampur aduk hingga rasanya kepalaku hampir pecah. Betapa terkejutnya aku ketika satu kotak besar penuh berkas diletakkan begitu keras di atas meja kerja. Lagi-lagi wanita berandal ini datang dengan penuh kejutan. Michelle. Tidak habis pikir kenapa Achelle memungut anak ini untuk diberikan biaya hidup. Melihat perilakunya saja sudah membuatku muak sejak awal bertemu. Entahlah, tidak ada lagi hal yang membuatku tertarik untuk merajut kembali jalinan sosial demi menumpaskan segala pengkhianatan. Semuanya berujung pada ketiadaan. Hilang. Lenyap. Mati.

"Aku membawamu kemari bukan untuk melamun, Tuan Putri" Michelle mengetuk meja didepanku agar tersadar dari lamunan. Padahal sedari tadi aku hanya berfikir sejenak untuk jalan kedepannya. Kuambil satu berkas tebal di dalam kotak itu yang memperlihatkan profil kepala panti asuhan ceria. John Grey. Seorang kepala panti asuhan yang berkepribadian hangat namun bengis dalam urusan bisnis terutama politik. Memiliki catatan kerjasama dengan perusahaan besar di empat negara, Jepang, Swiss, Afrika, dan Korea Selatan. Pantas saja ia memiliki jalinan dekat dengan Erick Yohanes. Jika tim ini memberikanku tugas menyelidiki sang kepala panti asuhan, artinya Valen dan Michelle memang berniat mengejar si Tanpa W ajah.

Valen yang sedari tadi sibuk menangani kasus pencurian, kini sudah duduk dengan santai di sebelahku. Kami berada pada tim gagak hitam. Nama itu memiliki makna dimana setiap kali tim ini menangani kasus, pasti bangkai pada permasalahan itu selalu tercium. Jika Valen adalah ketua timnya, maka sudah tidak bisa diragukan lagi. Lelaki itu memberikan selembar kertas buram yang berisi tanda tangan kesepakatan dimana John Grey berhak atas kewenangan mengelola panti asuhan dan satu saham minuman keras di New York apabila Erick Yohanes bekerja sama dengan Simon. Dari goresan tanda tangannya terlihat kaku dan seakan terdapat tekanan ketika proses kesepakatan terjadi. Isi perjanjian ini juga aneh, kenapa harus ditandatangani ketika Erick bekerja sama dengan Simon? Menjadi semakin abu-abu bahwa ini kertas perjanjian yang dibuat oleh Erick atau Simon. Karena kedua lelaki itu sama-sama mencapkan ibu jari dengan artian persetujuan resmi akan kesepakatan itu.

Rumit, jadi selama ini Achelle berada di tim gagak hitam pasti memiliki informasi lebih aktual dan mengetahui rahasia-rahasia yang selama ini ingin aku gali lebih dalam. Kumasukkan kertas itu ke dalam box dan pergi dari ruangan. Valen dan Michelle hanya memandang kepergianku. Di luar kantor polisi, sepuntung rokok kuhisap dalam sambil memandang langit. Selalu saja, ketika sudah mendekati kebenaran maka keberadaan pembawa kebenaran itu akan lenyap layaknya ditelan bumi. Seluruh berkas Achelle yang Michelle berikan padaku tidak sanggup untuk kubaca. Bahkan diary milik Achelle hanya berisi rasa syukurnya yang telah melalui hidup di waktu-waktu mendekati ajal tak terduga. Benar, Achelle hanya meninggalkan berkas kasus kematian keluarga Elton, diary, dan foto anak kecil di taman kota.