Unknown Killer-
Kuraih sebilah pisau kecil dari saku lalu kembali menatap sesosok tikus berdasi yang terus meringis kesakitan di hadapanku. Mengingat betapa percaya dirinya ia setiap kali membacakan laporan palsu itu membuatku ingin mencabik mulutnya hingga tak lagi berbentuk, sayang sekali aku tak punya banyak waktu. Kuraih dagunya higga ia mendongak dan menatap ke arahku. Kesakitan yang terlukis di wajahnya memberikan rasa puas tersendiri di malam yang dingin ini. " Kau tau berapa banyak nyawa yang melayang karena konstruksi rongsokan itu? "
" Ampuuun. Tolong ampuni saya. Saya bersedia memberikan seluruh uang itu untuk anda tuan. " tawarnya dengan suara bergetar, ia meringis seperti hampir sekarat padahal aku baru memberinya tujuh pukulan. Terlihat sekali bahwa ia tak pernah tau rasanya dipukuli.
Sejak awal kasus roboh itu terjadi aku sudah curiga dengannya, apalagi ia sendiri sudah sering memalsukan nota percetakan dan alat tulis kantor. Bagaimana aku bisa tau? Itu sebuah rahasia. Sebagai kepala daerah, ia bertanggung jawab atas pembangunan itu. Ia mengklaim bahwa sebagian besar bahan baku didapat dari perusahaan lokal dan sebagian lagi dari Singapura. Masyarakat tidak tau bahwa sebenarnya 80% bahan baku mereka diimport dari Vietnam. Kenapa mereka memilih Vietnam? Bukan hanya karena alasan harga, tapi juga karena si tikus ini memiliki beberapa persen saham di perusahaan baja konstruksi dan kayu Vietnam.
Ia meraih kaki ku lalu mencium sepatu kananku. " Saya baru menggunakan dua milyar, sisanya ada di brangkas dalam kamar. Jika anda memberi saya waktu, saya akan menjual mobil koleksi saya. Jadi totalnya pas dua pul.. "
Sebelum tikus ini sempat menyelesaikan kalimatnya, aku menendang wajahnya hingga ia terpental ke belakang. Kepalanya terbentur lantai dengan keras hingga membuatnya semakin meringis kesakitan. Aku mendekat lalu menapakan satu kakiku di atas perut buncitnya. " Tawaran yang bagus. Dua puluh milyar bukan angka yang kecil. Jika aku menerimanya maka aku tak perlu khawatir tentang uang untuk seumur hidupku."
Secercah harapan muncul di kedua sorot matanya. Meski sedang menahan sakit, ia berusaha tersenyum ramah padaku. " Jadi anda setuju? Saya tidak akan memberitahu siapa pun. "
" Seharusnya aku setuju. Tapi.. " aku menendang wajahnya dengan keras, emosiku sudah terlanjur memuncak karena tawarannya. " Sayang sekali apa yang kulakukan sekarang adalah hobi, bukan pekerjaan sampingan ataupun tuntutan seseorang. Jadi aku lebih memilih mengeluarkan uang daripada menerima uang. "
" To..Tolong ampuni .. saya. Sa.. ya berjanji akan mengembalikan .. seluruh dana itu. " ia kembali memohon sambil memegangi hidungnya yang terus mengalirkan darah.
Aku berjongkok di sampingnya kemudian menatap pisau buah yang sedari tadi ada di tanganku. Meskpiun harganya murah tapi mata pisaunya sangat tajam karena sudah ku asah dengan baik. " Aku bukanlah Tuhan Yang Maha Pengampun. Jika kau ingin diampuni maka biarkan pisau cantik ini mengantarmu ke hadapan-Nya."
" Jangan! Tolong ampuni saya! " ia terus meneriakan kalimat itu berulang kali. Aku sudah muak, ku ayunkan pisau itu dengan cepat ke arah lehernya. Ujungnya yang berhasil menembus kulitnya dengan mudah. " Aaaaaargh. Ampuuun Haaah "
Pisau itu menancap pas di bagian tengah, kutarik benda tajam itu ke arah samping lehernya hingga kulitnya terkoyak cukup lebar. Darah segar menyembur, membuatnya mirip seperti hewan yang sedang disembelih. Aku sudah terbiasa melakukan hal ini, jadi tak ada satupun cipratan darah yang mengenai baju atau sepatuku. Pria itu mendelik ke arahku, meski mulutnya terbuka lebar ia sudah tak sanggup lagi berkata apapun.
Aku meraih selembar kartu dari saku jaket lalu menaruhnya di mulut pak tikus itu. Sedikit hadiah manis agar kematiannya diingat kawanan tikus lain. Ah iya tidak ketinggalan aku kembali mencabut pisau kesayanganku sebelum mencari cara untuk melarikan diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/232666353-288-k434976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ace of Democracy
Mystery / ThrillerSeorang pembunuh berantai gemar mengeksekusi para penjahat yang menurutnya pantas menerima hukuman mati. Kehadirannya tak begitu disadari hingga suatu saat ia membunuh seorang kepala daerah yang tersandung kasus korupsi 20M. Dari kasus itu pula ia m...