Mereka berkata aku sempurna. Aku terlahir dengan paras yang cantik, sifat lemah lembut, dengan prestasi yang cukup membanggakan. Berhasil masuk dalam 5 besar sejak di bangku sekolah dasar memang membuat kedua orang tuaku selalu membanggakanku.
Mereka berkata aku adalah perempuan yang sempurna. Aku tidak pernah mengeluh dan selalu bisa diandalkan oleh kedua orang tuaku.
Mereka tidak pernah tahu berapa banyak luka yang ku pendam selama ini. Menjadi sempurna tidak pernah menjadi keinginanku.
Namaku Luhan. Wu Luhan. Anak pertama dari dua bersaudara. Adikku, Wu Baekhyun, hanya terpaut perbedaan usia 1 tahun dariku. Aku ... tidak begitu dekat dengannya. Yang aku tahu dia sangat membenciku.
Sama-sama anak perempuan di keluarga kami membuat kami tidak jauh dari yang namanya perbandingan. Kemanapun kami beranjak, mereka yang tahu bahwa kami bersaudara akan terus membandingkan kami. Dan dengan sifatnya yang supel dan cablak juga tidak begitu peduli dengan prestasi membuat diriku selalu lebih dibanggakan daripadanya.
Dari sana aku mengerti jika dia membenciku.
Dan jangan heran dengan marga kami yang terdengar aneh. Kami memang berasal dari China hingga kemudian Baba memutuskan untuk pindah ke Korea Selatan karena salah satu dari dua cabang utama perusahaannya terletak di Seoul. Wu Henry, kakak dari Baba-ku yang memegang alih perusahaan di China sementara Baba memegang alih perusahaan di Korea.
"Mama, Baba, dimana Baekhyun?" Aku menuruni tangga, beranjak ke ruang makan dan mendapati meja makan kami hanya ditempati oleh orang tua-ku.
"Sudah berangkat." Jawaban Baba-ku tentu saja membuatku mengerutkan keningku, heran.
"Naik apa?"
"Sehun dan Chanyeol menjemputnya." Aku mengangguk begitu mendengar jawaban dari Mama-ku.
Baekhyun memang menjadi perempuan yang sangat cablak. Namun itulah sisi menggemaskan dan menyenangkannya. Tak heran para laki-laki banyak yang senang menjadi temannya.
Berbeda denganku, sekalipun mereka berkata bahwa banyak pria yang menyukaiku, aku tak akan percaya.
Bukan tanpa alasan. Kata cantik sudah muak ku dengar dalam kehidupanku. Mereka hanya akan tertarik padaku karena aku cantik kemudian mencampakkanku karena aku adalah sosok pendiam dan tidak menyenangkan.
"Kau akan berangkat sendiri, Lu?" Aku memasukan dua lembar roti yang telah diolesi dengan selai Strawberry kesukaan-ku ke dalam kotak makan seraya mengangguki pertanyaan dari Mama. Nafsu sarapanku hilang begitu saja mendapati Baekhyun sudah berangkat duluan. Dia sepertinya memang berniat menjauhiku. 19 tahun hidup bersama Baekhyun, terakhir kali kami dekat adalah saat dia berusia 10 tahun. Setelah itu, dia perlahan menjauh dariku. Menjadi pribadi yang tertutup. Seharusnya aku sudah biasa saja saat melihat ia menghindariku, tapi mungkin efek aku sedang berada di masa pra-menstrual membuatku menjadi lebih sensitif hari ini.
"Lebih baik begitu, Mama. Aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku tidak nyaman jika harus terus menerus diantar oleh Baba sementara Baekhyun selalu pergi dengan orang lain."
"Itu karena dia tidak mau mendekatkan diri pada Baba. Memangnya dia pikir siapa yang selama ini banting tulang untuk membiayai keperluannya?" Aku menghela nafas mendengar celotehan Baba, memandang datar pada Mama.
"Jangan mulai lagi, Yifan." Tegur Mama.
"Luhan berangkat." Setelah memasukan kotak makan-ku ke dalam tas, aku beranjak meraih kunci mobil pribadiku dan melesat pergi ke kampus.
Setelah memarkirkan mobilku, aku beranjak menuju kantin kampus. Jam kuliahku memang baru akan di mulai 2 jam lagi. Aku sengaja lebih dulu berangkat mengingat situasi di rumah adalah situasi yang selalu memicu sakit kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistreated (Oneshoot)
FanfictionTentang Baekhyun yang harus menjadi orang yang tidak pernah dibanggakan. Dan tentang Luhan yang menelan semua sendirian. --- WARNING !!! Gender Switch. Mental Issues.