▌dinner

298 63 6
                                    

‍doyoung tidak pandai memasak, sungguh. kemampuannya hanya sebatas menyajikan hot pot instan dan ramyeon.

sebenarnya, perkara itu biasa dialami setiap orang. bukankah hal instan memang lebih gampang disajikan? tapi, kasus doyoung berbeda. kekasihnya adalah seorang chef ternama. restorannya salah satu peraih bintang michelin di paris dan hari ini adalah ulang tahunnya.

"sudahlah, young. kenapa tidak beli saja makanan lewat jasa antar? jaehyun pasti tidak keberatan."

suara di seberang telepon membuat doyoung memanyunkan bibir. well, sekarang, doyoung sedang menatap dapur apartemennya yang terlihat seperti habis kena badai topan. "hari ini ulang tahunnya, aku ingin jaehyun memakan masakan buatanku."

chittaphon menghela napas. "kau ingin membahagiakannya atau meracuninya? setidaknya, gantilah menunya. kau 'kan tidak bisa masak makanan perancis, buat ramyeon saja."

wajah doyoung makin muram. kendati ia seorang seniman, tangannya ternyata tidak berbakat dalam menciptakan seni kuliner.

suara pintu yang terbuka tiba-tiba terdengar di teras depan. doyoung terkejut dan mematikan panggilannya pada chittaphon. ia keluar dapur dan menyambut kepulangan sang kekasih.

"kau pulang lebih awal," doyoung tersenyum gugup. ia belum membersihkan kekacauan di dapur dan jaehyun tidak boleh melihatnya.

"restoran tutup lebih awal," jelas jaehyun. ia menyampirkan jas bepergiannya di tiang gantung samping pintu, lalu meraih pinggang doyoung dan mengecup bibirnya. "kau tidak suka aku pulang cepat, hyung?"

doyoung tentu saja suka. hanya saja, ia masih khawatir dengan kondisi dapur dan makan malam yang belum selesai.

"kau membuat sesuatu, hyung?" jaehyun mencium aroma asing, seperti bau gosong. "kau tidak membakar apartemen kita, 'kan?"

doyoung nyaris melakukannya, uhuk.

cengengesan, doyoung menarik jaehyun ke sofa depan televisi, menyuruhnya menunggu di sana selagi ia ke dapur membuat kopi. untungnya, jaehyun menurut dan tidak bertanya lebih lanjut.

"oke, bagaimana caranya aku membersihkan kekacauan ini tanpa diketahui jaehyun?"

doyoung berusaha tidak memikirkannya. ia menggulung lengan sweater-nya dan mulai memindahkan perabot kotor ke bak cuci. ia bekerja keras selama lima belas menit, tidak menyadari bahwa sang kekasih sedang memperhatikannya dari ambang pintu.

jaehyun mendesah. "apa ini yang kausembunyikan dariku, hyung?"

doyoung tersentak kaget. ia menoleh ke belakang dan menelan ludah. "jaehyun, aku ... aku akan membersihkannya. jangan marah. aku tahu dapur adalah tempat istimewa bagimu. aku tidak akan mengacaukannya lagi. aku janji."

jaehyun tertawa pelan, membuat doyoung menaikkan satu alis. ia memperhatikan pria bermarga jung itu menghampirinya dan memeluknya.

"apa yang ingin kaubuat, hm? kau tidak akan ke dapur kalau bukan hal yang penting, hyung."

doyoung mendesah, menyamankan kepalanya di bahu jaehyun. "hari ini ulang tahunmu, aku ingin membuat makan malam untukmu."

"manis sekali."

pipi doyoung merona. "bodoh."

tawa jaehyun kembali terdengar. setelahnya, jaehyun menarik diri dan mengusap pipi kekasihnya. "ayo, bersihkan sama-sama. biar aku yang membuat makan malam."

"tapi, aku ingin memasak untukmu," doyoung tampak kecewa.

"hyung ingin menghadiahiku makan malam?"

doyoung mengangguk dengan imut.

"well, kalau begitu jadilah hidangan penutup untukku."

doyoung tertegun. "eh?"

jaehyun tersenyum dan mengangkat bahu. "ayo, bersihkan. aku sudah lapar."

*

i. ma chérieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang