satu yang pertama

7 2 0
                                    

Hari itu dimana aku mulai mengenal dirimu. Sosok manusia yang hampir sempurna yang pernah aku temui. Disini aku mencoba mencatat sejarah akan dirimu agar aku tidak lupa atau bahkan sengaja melupa, karena memori tentang dirimu pantas untuk di kenang.

Pada masa saat mata kita pertama kali bertatap. Terasa sejuk sekaligus menusuk . Ingin bertanya siapa namanya tapi lidah kelu karna sinar mata yang begitu mengikat.

Menundukan kepala dengan cepat, seakan aku tidak pernah menatap matanya. Tapi terlanjur dia sudah mengerutkan dahi seakan bertanya "ada apa dengan tatapanmu?". Aku tidak sadar sudah berapa lama aku menatap matanya sebelum aku tersadar bahwa ini di dunia nyata bukan mimpi.

Aku melihat bayangannya semakin mendekat kearahku, tenggorokanku tercekat dan lupa caranya bernapas sepersekian detik. Ku kira dia ingin menepuk pundakku atau mengadahkan wajahku ke atas tapi ternyata dia hanya lewat persis di sebelahku.

Huft, aku bernapas dengan lega. Lalu suara pengumuman pun terdengar dan aku segera bergegas ke ruangan tempat kami semua disuruh berkumpul. Ternyata hari ini adalah pembagian kelas, harap-harap cemas aku ingin sekali sekelas dengan dia yang mempunyai mata indah itu.

"Pengumuman sudah di tempel, silahkan cari nama masing-masing dan menuju kelas yang sudah di tetapkan"

"Mipa 6, Mipa 6" gumamku dalam hati sambil mencari ruangan itu, cukup lama aku berjalan tapi belum menemukan kelas.

"Ah akhirnya ketemu, ini dia ruang mipa 6".

Letak kelasku ada di ujung sekali dekat ruangan lab.Biologi dan prakarya. Agak seram sih karna banyak pohon besar yang umurnya lebih 10 tahun. Pasti tau kan mitos apa yang ada di dalam pohon tua. Aku menggidikan badan dan seketika merinding karena membanyangkan yang tidak-tidak

"Sejuk" kata yang aku dengar samar dari telinga sebelah kananku. Aku reflek menengok ke sumber suara. Lebih tepatnya aku melihat ke bawah dulu, ada kakinya apa tidak. Tapi ternyata ada, huh syukurlan ternyata manusia.

"Kenapa?"
Dengan nada yang berat dia bertanya padaku

Aku kaget sampai menggetarkan badan dan, astaga malunya.

Eh tunggu sebentar suara itu kan.

Memori ku mengingat suara itu seperti tidak asing

Aku buru-buru mendongak ke atas dan damn ternyata itu dia, si mata indah itu

Dia menaikkan sebelah alisnya

Aku tak merespon dan langsung bergegas masuk ke kelas dan memilih tempat duduk.

Aku memilih duduk paling depan dekat meja guru, bukan karna aku anak yang rajin sekali atau si kutu buku tapi agar jika guru sedang menulis di papan tulis aku bisa melihat dengan jelas, karena mataku mines dan masih malu memakai kacamata. Jadi di saat tertentu saja aku memakai kacamata itu.

Hari pertama segera di mulai. Teman-temanku sudah mulai berkenalan satu sama lain tetapi belum ada yang mau duduk di sampingku, kenapa? Aku bertanya-tanya.

Sampai pada akhirnya 15 menit sebelum guru datang, ada yang duduk di sebelahku, ternyata itu teman SMP ku dulu, tapi tidak terlalu kenal hanya tau namanya saja.

"Mel, aku duduk disini ya"

"Eh iya ta, duduk aja"

"Kita satu kelas lagi nih, di smp jarang ngobrol ya"

"Iya nih, beda geng haha"

"Beda geng emang apaan, kamu suka motongin penghapus trus di lempar-lempar gitu kan"

"Heh ssttt malu, udah berubah nih"

"Haha ya gapapa la kalo serius terus nanti tegang, cepat tua, emang mau?"

Tiba-tiba ada yang ikut nimbrung di obrolan kami dan mereka asik-asik. Terlebih di sekolah ini banyak orang baru, yang dari smp ku hanya 4 orang keterima di sekolah ini dan mereka pun beda kelas. Cuma satu yang sekelas namanya tata.

"Assalamuallaikum"
Ada seorang pak guru dengan rambut yang cuma setengah dan kumis yang cukup tebal memasuki kelas kami

Setelah beliau mengucapkan selamat datang dan memperkenalkan diri, ternyata beliau adalah wali kelas sekaligus guru matematika peminatan kelas kami.

"Hm sepertinya galak" ucap tata

"Iya udah keliatan dari cara bicaranya sama mukanya agak sangar" ucapku

"Oke sudah cukup perkenalan bapak, sekarang gantian, dari ujung kiri cepat ke depan perkanalan diri"

Aku kena giliran ke empat, ternyata teman-temanku yang lain sudah kenal satu sama lain karena berasal dari satu sekolah.

Setelah giliranku. Gugup setengah mati. Tangan gemetar. Ya aku memang tidak terbiasa berbicara di tengah orang banyak pasti saja jantung ini serasa mau loncat dari tempatnya.

Huft "Perkenalkan nama saya Melyana dari SMP kebangsaan 2"

"Heh jauh kali lah, temanku ada yang mengoceh seperti itu dengab logat bataknya"

Aku hanya tertawa saja dan melanjutkan perkenalan itu, ternyata ada yang bertanya aku berangkat jam berapa dari rumah karena lumayan jauh sekitar 15km jarak antara rumah dan sekolah.

Tapi aku terdiam sejenak, yang bertanya adalah teman sebangku dari si dia yang belum ku tahu namanya itu. Aku tersenyum ke arahnya, entahlah apakah dia melihat senyumku atau tidak yang penting aku senang bisa melihat wajahnya lagi, dan setiap hari akan melihatnya.

Aku menjawab dengan seadanya hingga giliranku sudah selesai. Aku memperhatikan dengan seksama nama-nama temanku. Karena aku agak susah untuk mengingat nama orang dan wajah orang.

Sebenarnya aku sangat menunggu giliran dia. Aku segera memakai kacamata agar bisa melihatnya lebih jelas lagi.

Dan saatnya tiba. Dia maju dengan langkah yang meyakinkan. Mataku tidak bisa lepas darinya seakan terhipnotis. Dia sangat tinggi. Aku yang memiliki tinggi 165cm saja hanya sampai setengah lengannya.

Begitu indahnya ciptaanmu tuhan.

"Nama saya Aditya Pratama"

Otakku mencatat nama penting itu, ku simpan di memori paling depan sehingga tak ada yang menghalangi ingatanku tentang dia.

Matanya menelusuri isi kelas, dan tiba-tiba dia menatapku. Aku tak mampu berbuat apa-apa padahal hanya sekadar tatapan mata.

Hari pertama yang menyenangkan.

----------------
Aku harap kalian berkenan membaca kelanjutan cerita ini.

Kamis, 16 juli 2020


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang