Seorang gadis mengangkat kedua lengan nya ke atas, menampung air hujan yang jatuh membasahi kota Jakarta.
Ia berteduh di Halte, dengan seragam putih abu-abu di balut switter hitam crop. Air yang di tampung sudah terbuang, ia melihat jam di pergelangan tangannya.
"Jam delapan, nggak salah nih?" Seru nya, "Lama juga gue nunggu angkot, dua jam. Nggak ada yang lewat sama sekali,"
Terlalu sibuk menikmati hujan, sampai lupa kalo dirinya sudah terlambat ke Sekolah.
Gadis ini berlari kecil menyebrang jalan, memasuki Cafetaria yang cukup sepi. Hanya ada pelayan dan tiga pengunjung disini, ia berniat untuk tidak pergi ke Sekolah.
Ponsel nya berbunyi, ia meraih nya melihat notif yang masuk.
Clara : Bolos ye lo
(Namakamu)sf : Kaga ada angkot, gue di cafe depan komplek
Clara : Abang lo mane anjj
(Namakamu)sf : Tidur doi
Pesanan (Namakamu) datang, ia tersenyum ramah pada sang pria yang baru ia lihat di cafe ini. "Baru kerja disini ya, Mas?"
"Iya, Mba. Permisi," Katanya, sambil senyum simpul.
(Namakamu) menikmati hidangannya, masih bertukar pesan dengan Clara yang tidak terima jika sahabatnya tidak Sekolah.
Pesan terakhirnya,
Clara : Lo nggak masuk gue kaya dongo sial nggak punya temen
(Namakamu) terkekeh, melupakan pesan dari Clara. Saat ini dirinya sedang berbincang dengan pelayan perempuan yang baru saja memberinya surat.
Pelayan perempuan ini sudah kenal dekat dengannya, karna ia berlangganan disini. Namanya Bila, dua tahun lebih tua dari (Namakamu).
"Gue nggak bisa kasih tau orangnya, (Nam). Dibaca aja, ya?"
(Namakamu) kebingungan, terkekeh geli juga. Apa dirinya mempunyai penganggum rahasia? Senang sekali rasanya. "Aduh gue jadi kepo sama orangnya nih, Kak. Yaudah kalo gitu makasih, ya?"
(Namakamu) membuka lipatan kertasnya, senyumnya merekah saat membaca isinya.
"Kamu cantik, saya suka.
Mau kenalan, tapi nggak berani hehe"
-DF"Yaelah gemes banget sih ini manusia," (Namakamu) menatap sekelilingnya, pria yang ada disini bukan cuma satu orang.
(Namakamu) menyimpan suratnya di dalam tas, sekaligus ia mengambil novel nya yang belum sempat terselesaikan.
Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari menjadi temannya di kala hujan pagi ini.
Tapi, kegiatan membacanya terganggu karna musuhnya tiba tiba datang. "Ngapain lo disini bukannya Sekolah,"
(Namakamu) melirik sinis, "Gara-gara lo nggak nganterin gue, gue jadi keujanan dan nggak dapet angkot!"
Adam mengacak gemas rambut adiknya. "Maaffff, lagian lo kan bisa jalan kaki."
"Mata lo jalan kaki, lo kira Sekolah gue di TK komplek."
Pria ini terkekeh, "Abis ujan, sih. Mending gue tidur daripada nganterin lo,"
"Terus sekarang lo ngapain disini?"
"Tadi gue abis ngefoto lo diem-diem, abis itu gue kirim Papah deh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
When She Loved Me
Fanfiction"Udah siap baper belum? Udah siap nambah haluan? Kalo udah, buruan serbu. Selamat senyum-senyum sendiri,"