Ini hanya kisah yang bisa di baca dengan secara sekali duduk, hanya bisa di baca dengan satu hentakan napas, hanya secawan kopi, tenang saja ini hanya sebuah kisah nyata yang di masukkan sedikit unsur estetika, ahh ternyata jujur sekali.
Muhammad Iqbal adalah sebuah nama yang menyerupai nama manusia pada umumnya, silahkan berimajinasi sendiri bagaimana rupanya, yang jelas sikapnya sedikit humoris dan apa adanya atau tidak apa adanya, Iqbal sekarang menyukai perempuan dan dia masih hidup.
Nama perempuan itu adalah Nurul Amelia, hidup dengan ibunya, adiknya dan seorang abg kandung, entahlah mungkin Amel juga memiliki abg angkat dan kebetulan Iqbal lebih tua daripada Abang angkat Amel, dengan tubuh yang lebih kecil sih.
Ngapain sih punya abg angkat' kan kamu sudah punya abg angkat kata Iqbal di suatu hari..
Ya karena dia baik, Amel sedikit mencari kenyamanan di bahu Iqbal.
Aku juga baik, bisa kaliii. Kata Iqbal sambil menggoda sang pacar sambil menoel hidung sang pacar..
Bisa apaan, bisamu cuman jahil sama aku..
Bisa jadi suamimu lahh, perempuan seperti kamu gak cocok di jadikan adik angkat, yaa meskipun aku tak punya adik dan anak bungsu, aku tak membutuhkan adik, tapi aku butuh kamu untuk masak di rumah..
Aku belum bisa memasak kata sang pacar, dengan rendah hatinya, padahal Iqbal sangat tau bahwa sang pacar sangat pandai dalam hal memasak..
Hey kita mau mendirikan rumah tangga bukan rumah makan..
Heheh ayo pulang, sudah malam.
Ahhh ini adalah kenangan yang cukup indah pada hari itu, cukup membuat Iqbal senyum sendiri jika mengingatnya, bahwa doa sekarang adalah tertuju hanya satu perempuan yang dia suka, Iqbal juga adalah orang yang sedikit pemalas, jadi dia jarang sekali meminta sang pacar di sepertiga malam, bahwa dia cukup tau dengan pacaran pun sudah salah di agama, terus ngapain kita minta ke tuhan bahwa pacaran nya sekalipun gak syari'ah, satu hal yang Iqbal tau bahwa dia menyukai Amel bukan karena siapa-siapa, bahwa menyukai Amel bukan karena apapun, jika dia patah hati itulah yang harus dia terima..
Di sinilah Iqbal sekarang duduk di teras rumah, logikanya sedang tak berdaya, setelah menerima pesan dari sang pacar bahwa dia minta putus, sebenarnya hati Iqbal ingin tahu kenapa harus putus tapi logikanya berkata semua orang berhak untuk itu, semua orang berhak mengakhiri status nya masing-masing dan semua orang berhak atas diri mereka sendiri.
Semua bayangan itu terus datang, pelukan itu, genggaman tangan, sedikit pertengkaran, sikap jahilnya, Iqbal hanya berdiam diri, tak melakukan apapun..
Kenangan kembali bermunculan tanpa jeda sekalipun, ahh ternyata benar kenangan hadir untuk di ingat.
Iqbal malam ini berjalan di bawah bulan, di jalan yang berdebu dan dengan hati yang beku.
Sudah satu tahun lebih dia tak bisa melupakan Amelia, bahkan dia sangat tau kalau sang mantan sudah ganta-ganti pacar, di suatu malam Iqbal melihat story' WhatsApp sang mantan, dia memiliki pacar lagi, ahh sudah 2 kali dia punya pacar semenjak mereka putus..Setelah selesai dalam pekerjaan di rumah makan Padang, rumah makan ampera (amanat penderitaan rakyat), yahh di situlah dia bekerja, Sekarang dia sedang mencuci piring dengan temannya yang bernama Udin, ahh pasaran sekali namanya.
Udin: aku berak dulu ya, sudah cenat cenut nih katanya, sembari beranjak ke WC yg di dekat pencucian piring..
Iqbal tetap mencuci piring sembari dengan pikiran nya tidak tenang, entahlah ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan setelah tau sang mantan memiliki pacar lagi.Iqbal mengambil cangkir kaca, tanpa di sengaja cangkir itu jatuh dan pecah pantulan cangkir pecah itu menghantam tangan Iqbal, ahh seperti di dramatisasi segala tangan Iqbal berdarah dan temannya yang ada di WC bersuara seolah tau apa yg Iqbal pikirkan..
Udin: pecah itu cangkir, gimana bos taudak, kata Udin bertanya di balik WC
Kyaknya daktau deh kata Iqbal sambil melihat kearah kamar bos yg sudah tertutup ".
Udin: kenapa bisa pecah
Iqbal: gak tenang, licin juga kena sabun
Udin: Amel, katanya sembari mengeluarkan kentutnya yg berbau seperti rendang daging yang dia makan malam tadi..
Iqbal; pacar baru lagi dia, kata Iqbal sambil membersihkan pecahan kaca dan terlihat tangan nya sekarang berdarah, tanpa peduli apapun Iqbal kembali mencuci piring dengan tangan yg berdarah itu..
Udin: relakan sajalah kata Udin dengan santainya, keluar sambil telanjang dada dan sedikit baukkk taik
Iqbal; aku usahain, sambil menggaruk tengkuknya yg tidak gatal..
Udin; bal, cinta sama terobsesi itu beda tipis, cinta itu penuh dengan kerelaan sedangkan obsesi itu penuh dengan paksaan, beranjak lah dari rasa mu yg dahulu, aku tau kau juga sering jahil sama cewek di kota ini, terutama sama Maya itu..
Iqbal terkekeh geli melihat teman, sahabat atau saudara apalah itu, Iqbal tak perduli yg penting dia bisa kenal sama Udin.
Ahh mungkin beranjak adalah sebuah hal yang perlu di lakukan, keikhlasan. bukankah bagian terbaik dari mencintai adalah menerimanya, bukankah bagian terburuk dari mencintai adalah ketidakmampuan itu. Setelah ini perjalanan terus berlanjut sembari mendengarkan lagu-lagu kesukaan dan berbahagialah
Akan ada Masanya dua orang saling berpisah, aku tak salah, kamu juga tidak.. Raditya Dika
KAMU SEDANG MEMBACA
menulis
Randomsegala hal yang tampak menarik, tidak bermaksud membuat mu tertarik, hidup dan ketiadaan nya, segala cerita dan hampa yang terusik kian bising selalu ingin menyeruakkan sepi. entah itu musik atau hanya alunan suara nya saja, terlalu hebat dalam hal...