PROLOG

85 4 4
                                    

Hallo, semuannya!
Gimana hari ini?

Selamat membaca

🐨

Bertemanlah denganku, akanku kenalkan kamu dengan duniaku.

Langit sore yang indah dengan warna jingga yang memukau, membuat lelaki tampan bernama Alastair Ardhani Zeroun terpana.

Alas ingin menentang takdir Tuhan, tetapi tak akan pernah bisa dilakukan. Segala sesuatu yang telah Alas lakukan seringkali membuat Alas terluka bahkan kecewa. Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, berubah menjadi neraka. Kejadian beberapa tahun lalu berhasil membuat dunia Alas runtuh.

Ana, sang bunda telah menghadap Tuhan beberapa tahun yang lalu. Menjadikan Alas terpukul. Mengapa takdir tak pernag adil?

"Al, mau sampai kapan disini?" tanya Nandar menepuk pela bahu Alas.

"Sampai gue puas mengenang semuanya!" balas Alas dingin.

Alas menatap laut di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Laut tempatnya berpijak menjadi saksi bahagia Alas. Alas pernah merasakan bahagia tak terhingga sebelum semuanya berubah menjadi gelap.

Dunia Alas runtuh seketika, mengingat kejadian silam. Sikap dan sifat Azer menjadi lebih dingin dan emosional jika berkaitan dengan Alas.

"Cabut yuk Al. Mama gue nyuruh pulang cepet."

Alas melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah cukup lama Alas dan Nandar menikmati semuanya.

"Cabut Nan." titah Alas, lantas beranjak pergi sebelum Azer pulang, atau Alas akan mendapatkan hadiahnya malam ini.

****
Alas kembali lagi nih, tapi dengan alur yang baru. Gimana gimana, suka gak?
Kepo gak sih apa yang dimaksud Alas dengan 'Hadiahnya'?
Ada yang rindu Alas gak? Atau malah gak ada?

Oh iya, jangan lupa vote, comment biar aku semangat update nya, jangan lupa share juga ke temen-temen biar kenal sama Alas.

Bocoran bab selanjutnya : Hadiah, dengan 1000 kata. Bakalan lebih puas dong bacanya.

Sampai jumpa di bab selanjutnya yang entah kapan aku update lagi.

Salam hangat, Iis Lidiya

ALASTAIR (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang